Pagi-pagi sekali Yogi dan Vio sudah bangun dari tidur nya, mereka membantu pekerjaan Rumah karena Via harus berangkat pagi sekali untuk rapat.
"Nda, hati-hati" ucap Vio melambaikan tangannya saat Via melajukan mobil nya.
Via memutuskan menghabiskan uang tabungannya untuk membeli mobil, walau hanya mobil bekas tetapi setidak nya dia bisa menghalau hujan di saat perjalanan pulang.
"Maaf ya Bunda tak bisa nemenin kalian sarapan, Bunda akan bawakan makanan untuk kalian nanti" balas Via dengan tersenyum.
"Tidak apa Bun, pergilah" ucap Yogi lembut.
Yogi lalu membawa Vio masuk ke dalam Rumah, mereka akan sarapan walaupun tanpa adanya sang Bunda.
*
Tepat jam 06 pagi Via sampai di perusahaan, sudah banyak tamu undangan yang berdatangan dan bahkan Reres pun sudah menunggu nya di loby.
"Ayo Bu, kita langsung ke ruang rapat saja" ajak Reres dengan cepat.
"Apa semua berkas sudah kamu bawa?" tanya Via.
Reres mengangguk dan memberikan berkas nya pada Via, mereka langsung masuk ke ruang rapat dan duduk di salah satu kursi yang sudah di sediakan untuk nya.
Banyak dari mereka yang masih mengerjakan laporan dan beberapa berkas, bahkan dari kepala marketing pun masih mengetik di laptop nya.
"Bu, kenapa belum selesai? Mari saya bantu karena sebentar lagi CEO kita akan datang" bisik Via pada teman sesama karyawan nya.
"Ini sudah selesai kok Vi, tinggal menyimpan saja. Semalam anakku demam jadi aku tidak sempat merampungkannya" balas nya dengan pelan.
"Ah syukurlah, Bu" ucap Via dengan helaan nafas lega.
Tak berselang lama, semua petinggi perusahaan sudah duduk dan menempati kursi masing-masing. Hingga tak lama kemudian datanglah yang mereka tunggu-tunggu.
Semua yang ada di ruang rapat pun langsung bangkit dan menundukan kepala nya.
"Selamat pagi, Tuan muda" sapa mereka dengan hormat.
"Hmm, duduklah" balas sang CEO dengan nada dingin nya.
Deg.
"Kenapa aku seperti tak asing dengan suara nya" batin Via yang sudah duduk kembali.
Via ikut memperhatikan berkas yang di berikan sekertaris dari cabang X, dan rapat pun di mulai dari cabang perusahaan terlebih dulu.
Semua nya mendengarkan dengan seksama sambil membaca berkas nya.
Hanya 10 cabang yang di panggil oleh sang CEO untuk memberikan penjelasaannya karena mereka melapor sedang mendapatkan keluhan dan juga masalah. Termasuk cabang di Surabaya yang ikut menjelaskan karena dia mengaku sedang kekurangan dana.
Hampir jam 10 pagi semua penjelasan dari ke 10 sudah di dengarkan dan sekarang sang CEO meminta kepala marketing untuk melaporkan semua nya.
Wanita yang di samping Via pun menjelaskan semua nya dengan sangat rinci dan ada dari beberapa kepala cabang yang ketar ketir karena mereka sudah jelas ketahuan sedang bermain api.
"Stop, sekarang kepala keuangan yang memberikan laporan nya" ucap Asisten Max dengan tegas dan dingin.
Via menghembuskan nafas nya secara perlahan, lalu ia memberikan berkas salinan nya pada Asisten Max untuk di berikan pada sang CEO.
"Silahkan di mulai" ucap Asisten Max.
"Baik Tuan" balas Via berusaha tenang dan tegas.
Via menegakan kepala nya dan berjalan menuju ujung meja untuk melakukan laporan, dia membawa laptop dan menyambungkannya pada layar besar agar mereka bisa melihat semua nya.
"Selamat pagi menuju siang semua nya" sapa Via dengan sopan.
Via lalu menatap satu persatu petinghi perusahaan dan juga sang CEO.
Brak.
Berkas yang ada di tangan Via langsung saja terjatuh saat melihat ke empat orang yang tak asing di mata nya.
Begitupun dengan mereka, mereka juga sangat kaget saat melihat wajah dari kepala keuangan di perusahaan tersebut.
"Anda kenapa, Nona?" tanya salah satu kepala cabang yang dekat dengan Via berdiri.
"Ti tidak kenapa-napa" jawab Via segera.
Via mengambil berkas nya dan memulai semua segala laporan nya dengan perinci dan tanpa adanya yang di tutupi. Via juga mencoba menahan amarah yang bergejolak di dada nya, dia bahkan sekuat tenaga agar tetap fokus.
Hingga Via membahas dimana kepala cabang Surabaya yang mencoba menggelapkan dana perusahaan untuk proyek Hotel di kota x, Surabaya.
"Sekian dan Terimakasih" ucap Via setelah menyelesaikan semua nya.
Dia lalu membereskan semua nya dengan bantuan Reres, Via dan Reres kembali duduk di kursi nya yang memang berhadapan dengan ke empat petinggi perusahaan.
Via meneguk habis air yang ada di depannya, dia tidak sama sekali menatap ke depan.
"Kenapa aku bertemu dengan mereka lagi, Ya Allah" batin Via dengan mengepalkan tangannya kuat.
"Bu" panggil Reres pelan.
"Ya ada apa, Res?" tanya Via.
Reres menggelengkan kepala nya, dia lalu kembali fokus saat Asisten Max memberikan perintah untuk yang tidak bersangkutan segera pergi dari sana.
Sebagian dari mereka keluar dari ruangan rapat dengan wajah lega dan tersenyum kecil, mereka memang tidak bermasalah dan di biarkan kembali ke perusahaan yang mereka pimpin.
Di ruangan itu hanya ada Via, petinggi perusahaan dan yang bermasalah. Awal nya Via akan pergi namun Asisten Max melarang nya karena perintah dari sang CEO, Al.
"Tuan muda" ucap kepala cabang Surabaya dengan terbata.
"Semua nya sudah jelas dan ada bukti yang kuat, jadi kalian sebentar lagi akan di jemput oleh petugas keamanan" tegas Alvredo dengan aura yang sangat mengerikan.
Glek.
Semua yang ada disana langsung meneguk ludah nya kasar terkecuali Via yang masih diam dengan sejuta kebencian pada, Al.
Hingga tak berselang lama, masuklah beberapa pengawal keamanan Elang Group datang dan membawa semua yang bermasalah.
Via bangkit dari duduk nya, dia membereskan semua nya dan beranjak pergi dari ruang rapat. Namun belum juga sempat sampai di depan pintu, nama nya di panggil dengan lirih.
"Via" panggil Al dengan lirih.
Deg.
Via menghentikan langkah nya sebentar, namun setelah nya dia kembali melanjutkan langkah nya.
"Via, berhenti dan kembalilah duduk" tegas Al dengan memegang tangan Via.
Via melepaskannya dengan kasar, dia lalu menatap Al dengan penuh kebencian.
"Maaf, Tuan muda. Saya akan beristirahat lebih dulu dan nanti saya akan melaporkan semua hasil rapat pada anak buah saya. Jadi, saya tidak bisa berlama-lama disini" tegas Via dengan nafas tersenggal karena menahan emosi yang sudah naik ke ubun-ubun.
Brak.
Via menutup pintu ruangan tersebut dengan sangat keras, dia langsung saja menuju ke lantai atas dimana dia bekerja.
Via tidak langsung menuju ke ruangannya, dia langsung ke ke kamar mandi saja.
Dia menangis sejadi-jadi nya disana, dia bahkan menangkup wajah nya dengan kedua tangan nya.
"Kenapa kenapa malah bertemu lagi, hiks hiks" ucap Via dengan lirih.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Kasmawati S. Smaroni
ya ampun gimana gak dendan dan sakit hati,gara2 via hamil sampai orang tuanya meninggal
2022-07-05
3
Syarah
Bodoh gt aj nagis
2022-07-03
0
Enny Sulasmi
lanjuut
2022-06-24
0