Keroncongan di dalam perut menandakan sudah waktunya makan siang. Di sebuah restauran, empat anak manusia tengah menikmati hidangan pesanannya. Mereka adalah Jeaven, Jesslyn, Monica, dan Verlin.
Di sela kegiatan menyantap makanannya, Jesslyn terpaksa harus menekan denyutan di dada, sebuah reaksi tubuh yang membelit rasa tidak suka. Pemandangan di depan mata sungguh mencetak rona kelabu pada muka.
Cemburu? Iya, itulah jenis emosi yang tengah menggerogoti hatinya. Interaksi di antara Jeaven dan Verlin terkesan manis jika dilihat dari sudut pandangnya. Padahal bagi si pria, itu adalah hal biasa, tidak memiliki arti apa-apa ataupun kesan istimewa.
"Jeaven, ini untukmu." Verlin memindahkan sayur brokoli dan kentang miliknya ke piring si pria berparas dingin itu. "Sebagai gantinya, berikan buncis milikmu kepadaku. Aku tahu kau sangat membencinya."
Wanita yang bekerja sebagai manajer pribadi itu memang sudah sangat hafal dengan makanan apa saja yang disukai atau yang tidak disukai Jeaven. Bahkan dia sampai membuat buku catatan kecil untuk hal itu.
Tanpa berpikir panjang atau berucap kata, Jeaven mengangguk samar dengan tampang datarnya. Dipilah sayur buncis miliknya lalu dipindahkan ke piring Verlin dan langsung disambut senang oleh wanita itu.
"Terima kasih," ucap Verlin lalu melahap sayur buncis kesukaannya.
Rasa tidak suka yang kian merajai mendorong lidah Jesslyn untuk melontarkan kalimat ungkapan perasaan yang menggelitik hati. Lagian ia tidak akan bisa tahan jika hanya berdiam diri. Itu sudah pasti.
"Kau sudah sangat tahu bagaimana perasaanku kepada Jeaven, Verlin. Perhatianmu barusan seperti mencongkel mataku dan juga menusuk hatiku," sindir Jesslyn terang-terangan.
Tidak berniat menunggu nanti, besok, ataupun lusa, wanita itu benar-benar meluapkan perasaan apa yang bergumul di rongga dada di saat itu juga. Baginya, akar ketidaknyamanan akan menjadi penyakit hati jika tidak dicabut dengan segera.
"Maaf, aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu," lirih Verlin dengan perasaan tidak enak hati. Raut cerahnya seketika memudar dan pergi.
"Sudah, Jesslyn. Makanlah dengan tenang," tegur Jeaven. Kendati nada suaranya terdengar rendah, tapi kesan dingin sangat terasa.
"Jeav ... aku hanya--" kalimat Jesslyn terputus saat Jeaven menyelanya.
"Tidak ada yang salah dengan sikap Verlin."
Dan sekali lagi, pembelaan Jeaven terhadap Verlin menciptakan denyutan perih yang kian menekan kuat dada Jesslyn kini. Hah! Rasanya ingin sekali ia berteriak dan memaki, tapi itu tidak mungkin terjadi. Walaupun ia sedang kesal setangah mati, lidah terlalu berat untuk berkata kasar kepada sang pujaan hati.
Di sisi lain, Verlin mulai merengkuh rasa bersalah di ruang dada. Apalagi melihat netra Jesslyn mulai berkaca-kaca. Hati kecilnya pun merasa tidak tega.
Sementara Monica?
Menikmati makan siang sedang menjadi prioritasnya saat ini. Bukan karena tidak peduli atau berlagak tuli. Hanya saja ia lebih memilih membiarkan sahabatnya itu menyelesaikan masalah secara mandiri. Bahkan di saat mulut mengunyah, telinga masih diajaknya mendengar dengan teliti.
"Tapi di mataku tetap salah." Jesslyn masih keukuh terhadap cara pandangnya.
Wanita cantik bermutiara hazel itu menghela napas berat tanpa melepas pandangan ke Jeaven yang sudah tampak tak bersela makan. Pria itu bahkan sudah terlalu malas untuk lanjut mengunyah makanan yang masih bersarang di mulutnya.
"Semua hal yang membuatku tersakiti itu salah. Tidak ada alasan tepat yang bisa membenarkannya bukan? Dan selain itu, coba kau lihat porsi makanmu ini." Jesslyn membawa garpunya untuk mengobrak-abrik makanan yang ada di piring Jeaven.
Wanita itu menarik napas dalam lalu mulai beraksi dengan kelincahan lidahnya saat berbicara. "Jumlah ideal porsi kalori yang dibutuhkan tubuh seorang pria dewasa adalah 2500 sampai 3000 kalori per hari, dengan jumlah kalori pada karbohidrat maksimal 225 sampai 325 gram atau sekitar 900 sampai 1300 kalori. Dan sisanya dilengkapi oleh kalori pada lemak dan protein. Sedangkan jumlah kalori pada menu makananmu ini melebihi plafon maksimal yang dibutuhkan tubuhmu."
Jesslyn menusuk kentang rebus milik Jeaven yang diberikan Verlin tadi menggunakan garpu lalu kembali berceloteh. "Kentangmu ini setara dengan berat 200 gram atau 800 kalori. Dan masih ketambahan milik Verlin jadi total 1600 kalori. Belum lagi daging, dan sayuran lainnya. Semua total kalori di porsi makananmu ini aku perkirakan mencapai 5000 lebih kalori. Apakah dengan ini kau ingin menyia-nyiakan latihan ototmu selama ini?" Jesslyn melempar kalimat tanya diakhir pemaparan panjangnya yang seperti gerbong kereta api bawah tanah.
Verlin seketika terperangah, sementara monica tercengang sampai berhenti mengunyah dan memuntahkan kembali makanan dari dalam mulutnya.
"Wah! sampai sedetail itu penjelasanmu. Kau seharusnya menjadi pakar gizi, Jess. Sayangnya aku tetap tidak mengerti dengan apa yang kau katakan." Monica kembali mengunyah stik dagingnya. Kali ini kian lahap dengan sikap masa bodoh.
Jeaven masih tak berkata, dalam hati ia sempat membenarkan semua pemaparan Jesslyn meski tidak sepenuhnya. Dia adalah seorang pembalap dunia, jadi memang harus selalu berhati-hati dalam hal apapun yang berhubungan dengan kesehatan. Dan tindakannya barusan bukan berarti ia tidak mempertimbangkan sebelumnya.
"Aku ke toilet sebentar," pamit Jeaven pada akhirnya. Bukan bermaksud lari dan tidak mau mengakui ketelitian Jesslyn, hanya saja, moodnya mendadak buruk sekarang. Pria itu mengelap mulut menggunakan napkin sebelum menuju ke toilet.
"Maaf, Jesslyn. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku dan Jeaven sudah berteman lama, dan kami juga sudah biasa saling bertukar makanan seperti tadi," jelas Verlin penuh sesal, berharap bisa memperbaiki suasana hati Jesslyn.
"Sudah ... jangan ciptakan mood jelek saat makan." Monica menengahi, mencoba mencairkan suasana canggung saat ini. "Ini makanlah, steak dagingnya sangat enak." Dia bergantian menjejali daging ke mulut Jesslyn dan Verlin.
"Enak?" Monica menuntut jawaban dan langsung mendapat komentar berupa anggukan kompak kedua wanita di hadapannya, Jesslyn dan Verlin.
"Jujur, aku tidak nyaman melihat kedekatanmu dengan Jeaven," aku Jesslyn kepada Verlin di sela mengunyah daging di mulutnya.
Sementara di toilet, Jeaven berdiri di depan cermin wastafel, membasuh tangan dan wajahnya. Sesaat ia memandangi pantulan bayangan diri di hadapannya dan diakhri ******* berat.
"Kau selalu saja berulah, Jesslyn. Setelah ini apa lagi yang akan terjadi," gerutunya dalam lirih, seiring dengan kilasan ingatan tentang segala tingkah laku Jesslyn yang selalu membuatnya frustrasi.
"Bagaimana caraku agar dia berhenti mengejarku?" Pria tampan berona dingin itu kembali menghela napas sebelum akhirnya memilih kembali bergabung dengan orang-orang.
Dari arah toilet menuju meja makan, Jeaven langsung disuguhi pemandangan yang membuatnya mengerutkan dahi. Dia kian melangkah cepat dengan sebuah prasangka di hati.
Mendekati Verlin yang tampak berdiri dan sibuk membersihkan pakaian basahnya. Sementara Jesslyn tengah dalam posisi duduk seraya memegang gelas kosong di tangan.
"Apa yang baru saja kau lakukan, Jesslyn?" Tanya Jeaven dengan nada dingin dan gurat-gurat tak senang di muka.
"Aku--" Jesslyn bahkan tak sempat menyelesaikan rangkaian kalimatnya karena Jeaven memotong dengan cepat.
"Apa kau tidak punya harga diri? Hingga apapun kau lakukan demi kesenanganmu. Tak sepantasnya kau bersikap kasar kepada Verlin," cerca Jeaven tanpa mendengarkankan penjelasan dari Jesslyn terlebih dahulu.
Pedih! Perkataan tajam yang terlontar dari bibir Jeaven sukses menyayat seonggok daging di rongga dada. Ditambah lagi sikap pembelaan pria itu yang jelas-jelas ditujukan untuk Verlin, mendorong kristal bening dari netra cantiknya.
"Bukannya aku tidak punya harga diri, Jeaven. Tapi karena dirimu bagiku sangat berarti. Namun meskipun begitu, aku masih punya hati dan perasaan." Setelah selesai dengan sederet kalimat yang sarat akan ketulusan hati, Jesslyn menyeka bingkai matanya yang basah dan langsung melenggang pergi.
Bersambung~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺😔
2022-08-30
2
Ria Diana Santi
Btw, tuh 🌟⭐🌟⭐ apa bacanya, kak? 🙄
2022-08-30
2
Ria Diana Santi
🙃😅🤣 dah lah ngakak aku.
2022-08-30
2