"Jesslyn, kau lah yang salah!" Rocky membela diri dengan sedikit berteriak, membuat pukulan Jesslyn seketika terhenti begitu saja.
"Apa maksudmu? Kau yang berkhianat kenapa aku yang salah?!" sengit Jesslyn tidak terima.
"Aku tahu kau hanya menjadikanku sebagai alat saja, demi menarik perhatian Jeaven. Jujur aku kecewa. Lagian kau juga terlalu jual mahal ketika aku sentuh. Kau bahkan menamparku saat kucium, jadi jangan salahkan aku jika aku mencari kepuasan dengan wanita lain," jelas Rocky.
Lemas seketika, Jesslyn tidak mengira bahwa Rocky mengetahui niat awalnya menerima pria itu saat mengungkapkan cinta. Dan bahkan itulah alasan yang menjadi hantaman bomerang di hatinya.
"Aku ingin kita putus saja!" Ucapan Rocky sontak menggugah Jesslyn dari lamunannya.
Terus terang, meski tidak ada rasa cinta tapi Jesslyn tetap sakit hati. Dia dikhianati dan baru saja diputusin Rocky. Rasanya kini ia tidak punya harga diri.
"Ck! Kau yang dulu mendekatiku, lalu kau mengkhianatiku. Dan kini kau juga yang memutuskankanku. Apa aku tidak salah dengar? Dasar bajingan!" Jesslyn melayangkan satu pukulan ke Rocky lagi lalu mengenakan kembali sepatunya.
"Mon, kita pergi sekarang," ajak Jesslyn, berniat segera enyah dari hadapan pria yang beberapa detik resmi menjadi mantan pertamanya itu, sebelum amarah kembali menyembur dari ubun-ubun.
"Sudah selesai?" tanya Monica.
"Iya ayuk buruan pergi, sebelum ada yang lihat."
"Jesslyn!" panggil Rocky, mencoba menghentikan langkah Jesslyn.
“Apa?! Minta dipukul lagi?!" Jesslyn sudah bersiap melayangkan pukulan kembali tapi Rocky buru-buru bersuara untuk menghadang.
"Tolong bantu aku, kami berdua tidak bisa lepas," pinta Rocky menahan malu yang luar biasa hebatnya. Ternyata batang miliknya terjebak di lubang si wanita.
"Jess, please ...!" mohon Rocky sekali lagi saat Jesslyn masih terdiam, tampak enggan membantunya. Karena terjebak dalam kondisi kepepet, mau tidak mau ia harus menyisihkan harga dirinya kali ini.
"Jess, bantu dia. Kasian," bujuk Monica. Ia bahkan mendorong tubuh Jesslyn hingga kembali mendekati Rocky dan selingkuhannya.
"Hah! Yang benar saja." Jesslyn akhirnya memilih menuruti sisi kemanusiaanya, meski kedongkolan masih memenuhi ruang dada.
Jesslyn dan Monica sudah mengambil posisi untuk menarik tubuh si wanita dari pangkuan Rocky.
"Dalam hitungan ke tiga kita tarik yang kuat." Jesslyn mulai memberi aba-aba dan langsung mendapat anggukan mengerti Monica.
"Satu dua tiga!" Kedua wanita itu mulai menarik tapi belum berhasil.
"Sekali lagi. Satu dua tiga!"
Masih gagal.
"Apa kita potong saja burungnya?" ucap Jesslyn dengan ringan tanpa beban.
"Potong saja pakai garpumu tadi." Monica seolah mendukung saran gila sahabatnya.
"Lumayan, bisa ditancapkan di depan rumah sebagai penolak bala," celetuk Jesslyn yang membuat Rocky langsung bergidik ngeri dan berkeringat dingin.
"Tidak! Aku mohon jangan lakukan itu!" Rocky mengiba belas kasihan.
15 menit kemudian, Rocky dan pasangannya dibawa ke dalam mobil ambulan untuk ditangani langsung oleh pihak medis. Beberapa saat yang lalu, Jesslyn memutuskan untuk menghubungi pihak rumah sakit karena tak mampu membantu pasangan mesum itu terlepas.
"Kau kenapa lagi?" tanya Monica saat melihat raut sendu Jesslyn.
"Aku menyerah untuk jual mahal. Saat ini aku sangat merindukan Jeaven. Haruskah aku menemuinya saja?" Jesslyn tampak melangkah gontai dengan kepala tertunduk lesu.
"Sudah kuduga." Ia mengimbangi langkah Jesslyn lalu merangkul pundaknya. "Kau cukup menjadi Jesslyn yang kukenal. Kejarlah dia, perjuangkan cintamu. Aku aku selalu mendukungmu," ucapnya mencoba mengerti perasaan si sahabat.
"Kau memang yang terbaik selain mommy, daddy, dan kembaranku Jaeden."
"Biar aku yang menjadi saksi bagaimana kau meruntuhkan si gunung es Jeaven."
Sementara itu di belahan bumi lainnya.
Kulit berlapis keringat, berkilau di bawah pantulan cahaya lampu, mempertegas tonjolan otot tubuh yang terlihat seksi. Deru napas mengiringi setiap pergerakan panasnya di malam hari. Jeaven tengah fokus bermain dengan lat pulldown machine di ruang gym pribadi.
Seperti biasa, Jeaven sangat tekun melatih otot-otot tubuhnya, terutama pada bagian tangan dan bahu demi menjaga kekuatan dan stabilitas untuk memacu MotoGP yang memiliki berat setara dengan dua kali lipat pria dewasa.
Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai pembalap motor dunia, pria tampan bermata elang itu akan mendapat cuti di akhir musim MotoGP selama 180 hari dalam setahun. Selepas dari itu, waktunya lebih banyak digunakan untuk berkeliling dunia guna mengikuti ajang balap motor bergengsi.
"Kenapa kau kemari? Sudah malam, beristirahatlah," tutur Jeaven kepada Jennis yang baru saja masuk ke ruangan, menghidupkan treadmill dan mulai berjalan di atasnya. Pria itu lantas menghentikan aktivitasnya lalu berjalan mendekati sang adik. "Kau bisa kelelahan," tuturnya kembali.
"Ayolah, aku hanya sangat bosan dengan tumpukan buku statistika dan hukum bisnis," protes Jennis kepada Jeaven.
Helaan napas terdengar keluar dari bibir Jeaven, seiring dengan gurat tidak suka di wajah tampannya. "Jangan buat orang lain menderita karena mencemaskanmu."
Jennis mengulas senyuman. "Aku tidak akan mati hanya karena berjalan di atas treadmill. Kau terlalu berlebihan, Jeav."
"Kau sudah minum obat?"
"Sudah."
"Kembalilah ke kamarmu."
"Aku ini pria dewasa berusia 21 tahun, tapi kau selalu memperlalukanku seperti anak kecil."
"Selamanya kau tetaplah adik kecilku dan harus mendengar ucapanku," tegas Jeaven lalu mematikan mesin treadmill tanpa meminta ijin Jennis terlebih dahulu.
"Sepertinya kau sangat takut aku mati kelelahan. Kalau aku mati harusnya kau senang karena bisa menjadi pewaris tunggal keluarga Allison."
"Teruslah berkata sampah jika ingin kurobek mulutmu."
Jennis tergelak melihat ekpresi serius Jeaven. Dirangkul pundak kokoh sang kakak lalu kembali berkata. "Aku berjanji akan hidup selama seribu tahun lalu berkembang biak, memberimu banyak keponakan. Kau tenang saja."
Mendengus geli, kelakar Jennis akhirnya sukses mencetak senyuman di bibir Jeaven. Meski senyuman itu hanya sebentuk garis tipis yang hampir tidak terlihat.
"Aku akan menyeretmu dengan motorku jika kau ingkar janji."
Lagi-lagi Jennis tergelak. "Kau pria mengerikan, tapi herannya Jesslyn sangat tergila-gila denganmu."
"Jangan bahas wanita gila itu di depanku," ketus Jeaven. Mengingat setiap tindakan di luar nalar Jesslyn, membuat ia menggerang frustrasi.
"Aku akan mengambilnya darimu jika kau tidak mau."
Bersambung~~
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen ya ... Vote dan Gift juga boleh dong disumbangin untuk Jeaven dan Jesslyn🥰
Terima kasieeeehh... lop you🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Hulapao
wah saya tidak paham, saya masih sd 😳
haloo kak nov, nyicil baca yaaa
jangan lupa mampir di karya terbaruku 'save you'
thankyouuu ❤
2022-09-12
1
Bayangan Ilusi
ya ampuun🤣🤣
2022-07-21
1
Bayangan Ilusi
dasae gilaa!! udah ngianatin kayak gitu, bisa² minta tolong misahin😆😆
dasar edunn roki
2022-07-21
2