Di sebuah ruangan serba putih, seorang gadis kecil terbaring di tepi tempat tidur dengan tatapan kosong. Sementara itu, terdapat seorang gadis dengan kacamata bertengger di hidungnya berdiri di sisinya sembari memegang sebuah buku catatan. Salah satu tangannya yang berada di dahi Viona, bersinar putih. Ia sedang memeriksa keadaan inti sihir milik gadis kecil yang baru ia temui itu.
Noemi yang sedang memeriksa kepala Viona menggunakan sihirnya, kini menarik telapak tangannya dari kepala Viona lalu mencatat sesuatu di kertas. Gadis kecil yang semula menatap kosong, kini telah kembali seperti biasa.
“Inti sihir di kepalamu terganggu,” ujar Noemi seraya melepas kacamatanya. Iris hitamnya terlihat berkilau terkena cahaya mentari. Matanya menatap Viona, ia bersyukur gadis kecil itu tidak lagi terlihat pucat. Rasa mualnya pun telah memudar tatkala Noemi mengangkat sihir milik Elvo dari tubuh Viona.
Sebelumnya, Viona terlihat kebingungan sehingga ia pun keliru menyebutkan namanya sendiri. Padahal, Noemi tahu siapa Viona Liez ini. Tapi dia mengatakan bahwa dirinya bernama Thalia. Noemi khawatir bahwa efek dari teleportasi yang dilakukan gurunya itu sangat buruk bagi Viona. Ia pun bergegas menggendong Viona di punggungnya lalu segera memeriksa kondisi gadis kecil itu.
Untungnya perubahan inti sihirnya tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu, Noemi masih bisa menarik ingatan Viona walaupun ingatan sebelum kejadian menggemparkan beberapa hari yang lalu tetap terkunci.
“Sebaiknya kamu pulang dulu dan beristirahat, Viona.”
Viona yang mendengar hal itu pun menggeleng. Ia sudah bertekad untuk mempelajari semua hal yang membuatnya kebingungan. Dadanya terasa sesak saat melihat sesuatu ataupun mendengar istilah yang tidak ia ketahui. Pikirannya terasa kacau saat ia tidak bisa mencerna situasi yang ia miliki.
Ketidaktahuan itu menakutkan.
Seolah berjalan di tengah kegelapan malam tanpa perbekalan, tanpa arah dan tanpa tujuan. Viona sama sekali tidak menyukai perasaan tersebut. Hal ini juga yang membuatnya refleks membuka mata saat teleportasi tadi. Dan pada akhirnya, Viona mengabaikan larangan dari gurunya.
Ia menyesal. Oleh karena itu, Viona ingin segera menemui Elvo untuk meminta maaf dan meminta untuk diajari berbagai pengetahuan yang ingin ia ketahui.
Dari awal pun, ia mengikuti Elvo dengan tekad untuk belajar. Semuanya akan sia-sia jika ia pulang begitu saja tanpa mendapat apapun selain bajunya yang kotor akibat pelangi dari mulutnya.
“Kak Emi,” Viona menggenggam tangan Noemi dengan erat, matanya menatap gadis di hadapannya dengan penuh harap, “aku mau belajar, Kak. Tolong bawa aku ke Kak Elvo. Ya? Tolong bantu aku, sekaliiii saja.”
Hati Noemi terasa tertancap panah, namun tidak terasa sakit. Rasanya kupu-kupu bersenda-gurau di dalam perutnya saat matanya melihat betapa imutnya ekspresi Viona saat ini. Hati Noemi lemah terhadap keimutan. Apalagi dengan anak kecil seperti Viona memohon dengan mata bulatnya yang seolah bersinar.
Ia menyerah.
“Baik, tapi bagaiamana kalau kamu mengenali lingkungan sekitar terlebih dahulu sebelum belajar?”
Viona yang baru saja bersorak senang terlihat tidak setuju dengan saran dari Noemi, bibirnya merengut kesal. Alih-alih marah, Noemi yang melihatnya pun merasa semakin gemas. Gadis itu duduk di tepi kasur seraya menggenggam tangan Viona erat.
“Kamu masih belum tau ingin belajar apa, kan?” ujar Noemi menyimpulkan. Saat mengobati ingatannya, Noemi tanpa sengaja melihat pikiran bingung yang menumpuk di salah satu sudut ingatan.
“Supaya kamu dapat memutuskan ingin belajar apa, aku akan mengajakmu bekeliling. Setelah berkeliling, aku akan mengantarmu kembali ke rumah keluarga Liez dan mintalah ke orang dewasa untuk memberi surat kepada Kak Elvo. Suratnya berisi, keputusan tentang apa yang ingin nona pelajari di kursus ini dan kapan saja kamu ingin datang. Apa Nona mengerti?”
Viona mengangguk mengerti. Noemi pun merasa puas dengan jawaban Viona.
“Baiklah, kalau begitu… mari kita berkeliling!”
...****************...
Viona yang berpegangan tangan dengan Noemi, berjalan beriringan di sepanjang jalan mengelilingi fakultas yang ada di kurus milik baron Veiss. Kelas sihir, ramuan, hukum pemerintahan, bahkan kursus untuk membuka usaha di masyarakat pun ada.
Noemi menjelaskan semuanya dengan baik dan mudah dipahami. Hanya saja, Viona tidak terlalu mendengarkan penjelasannya karena tidak tertarik dengan bidang-bidang tersebut.
Saat ini, mereka berdua berjalan melawati koridor yang menghubungkan gedung utama dengan gedung praktikum.
Tiba-tiba, hempasan angin bertiup kencang ke arah keduanya. Untung saja, Noemi memiliki refleks yang cukup tanggap. Oleh karena itu, ia dapat melindungi Viona tepat waktu.
Tangannya yang memeluk Viona tidak mampu menahan angin kencang. Gravitasi bumi pun tidak mampu menahan berat badan keduanya, sehingga mereka terlempar karena angin kencang itu.
“Ini bukan angin alami, aku merasakan sihir di dalamnya yang dikendalikan jarak jauh. Tapi, rasanya angin ini terasa akrab. Apa mungkin…” pikir Noemi dalam hati.
Belum sempat menyelesaikan pikirannya, seorang laki-laki dengan raut datar mendekat seraya menjinjing tas bola.
“Maaf, kukira ada kotoran yang lewat dimataku. Aku terlalu banyak mengeluarkan sihir sehingga kalian tidak mampu bertahan.”
“Azve Jayden Reeves!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫
lahhh ini yg bikin penasaran,knp dr baik jd jahat????klo dr jahat jd baik aku ga penasaran,mgkn sdh insyaf 😅
2023-04-25
1