Shabira menghentikan langkahnya, di depan sebuah ruangan kosong yang biasa digunakan untuk penyimpanan barang. Secara tidak sengaja, ia menangkap suara seseorang di dalam sana. Setiap kata yang terdengar dari dalam membuat Shabira sedikit tertarik. Sebuah ide muncul di pikiran Shabira. Dengan cepat Shabira mengambil ponsel. Merekam semua pembicaraan dua orang di dalam ruangan tersebut secara diam-diam.
Tidak lupa, Shabira juga mengambil beberapa foto mesra keduanya, melalui sela pintu yang sedikit terbuka. Shabira tersenyum penuh arti. Dengan foto dan video tersebut, paling tidak ia bisa memanfaatkannya di kemudian hari. Cukup lama ia menguping pembicaraan mesra keduanya didalam sana. Hingga akhirnya salah satu di antara mereka keluar membuat Shabira dengan cepat menyembunyikan diri.
"Ok, saatnya memanfaatkan situasi!" Melihat perempuan yang baru saja keluar dari ruangan sudah pergi, Shabira perlahan keluar dari tempat persembunyian seraya tersenyum miring. "Mari kita lihat, seberapa cintanya lo sama Milka sebenarnya!"
Shabira menyandarkan tubuhnya di samping pintu ruangan kosong tersebut, menyilangkan kedua tangannya bersikap santai. Tidak berselang lama, seorang laki-laki keluar dari ruangan setelah selesai menghubungi seseorang. Seperti dugaan sebelumnya, cowok itu langsung terkejut melihat keberadaan Shabira di depan ruangannya yang paling favorit di sekolah.
"Ngapain lo di sini?" Andika menatap Shabira dengan raut wajah tidak suka, meski dalam hati ia sedikit gugup. Ia takut jika Shabira sampai mengetahui apa yang telah dirinya lakukan di dalam ruangan bersama Bella tadi.
"Nggak ngapa-ngapain, gue cuma lewat aja kok!" Shabira menggeleng, bersikap polos seolah tidak tahu apa-apa. "Tapi ...."
"Tapi apa?" sela Andika sedikit waspada.
"Gue nggak sengaja liat lo berduaan sama Bella tadi," ucap Shabira.
Seketika Andika membulatkan matanya, mendekatkan jari telunjuknya di depan bibir sembari menengok kanan dan kiri. Ia tidak ingin sampai ada orang lain yang mendengar ucapan Shabira barusan. "Ssstttt... mulut lo!" ucapnya mendelik.
"Kenapa? Lo takut kalo sampe Milka denger ya? Lo takut Milka tahu kalo lo selingkuh?" tanya Shabira dengan nada polos.
"Sssttt diem anjir, mulut lo!" Andika kesal, bukannya diam sesuai perintah, Shabira malah mengucapakan rahasianya dengan gamblang. "Awas aja lo kalo sampe ada yang tahu!" ancamnya.
"Yah padahal ini berita bagus lho, bukannya lo paling suka kalo ada berita baru?" tanya Shabira sedikit memancing.
"Eh bego! Mana ada penyebar berita nyebarin aibnya sendiri?" sewot Andika.
Seketika Shabira terkikik mendengar ucapan Andika. "Makanya gue dengan senang hati mau bantuin lo! Gimana?" tanyanya.
"Gimana apanya anjir? Nggak usah macem-macem lo!" ucap Andika memperingkatkan.
"Ya kali aja lo mau bikin drama bagus di sekolah, gue udah ambil bahannya nih." Shabira mengambil ponselnya, menunjukkan foto kemesraan Andika dan Bella yang sudah ia ambil sebelumnya. "Bukannya lo suka ya sama berita menarik kayak gini?" Shabira menaik turunkan alisnya.
"Anjing, lo ... ngapain lo fotoin gue sama Bella bangsat?!" Andika melotot sembari mengepalkan tangannya menahan marah.
Shabira tergelak, menarik ponselnya dengan cepat ketika Andika hendak merebutnya. "Eits, nggak bisa!" ledeknya.
"Wah udah berani lo main-main sama gue ternyata!" ucap Andika tidak percaya. "Hapus tuh foto, atau---"
"Atau apa?" tantang Shabira membuat Andika langsung terdiam. "Tenang aja, gue nggak akan kasih tahu siapapun!" lanjutnya.
Andika mengerutkan keningnya, tidak percaya ketika melihat ucapan dan air muka Shabira sangat tidak singkron. Tidak mungkin ia biarkan Shabira mengungkap perselingkuhannya dengan Bella. Bagaimanapun juga, Milka dan Bella sudah bersahabat dekat sejak dulu. "Nggak percaya gue, buru hapus. Kalo sampe Milka tau, bisa berabe gue!"
"Oho, tidak semudah itu." Shabira tersenyum jenaka. "Hm gini deh, gimana kalo lo kasih gue bayaran, minimal buat tutup mulut lah!" tawar Shabira.
"Anjir bayaran, bukannya bokap lo orang kaya? Kenapa nggak lo porotin aja keluarga lo? Renita bilang lo cuma anak pung---" Andika menghentikan ucapannya, menutup mulutnya setelah menyadari dirinya hampir saja keceplosan. Memang benar, selama ini dirinya yang telah menyebarkan semua berita buruk tentang Shabira. Semua berita bohong itu Andika dapatkan dari Renita, karena Andika sendiri tidak mungkin menyebarkan berita hasil rekayasa dirinya sendiri.
"Ngomong apa lo barusan?" tanya Shabira menyelidik. Meskipun pada kenyataannya, Shabira sudah mengetahui fakta tersebut. Semua yang dilakukan Renita memang termasuk dalam alur novel Happy Ending yang ditulis oleh Livia.
"Bukan apa-apa, lupain. Buruan bilang, mau berapa lo? Abis itu lo harus hapus tuh foto!" Andika hendak mengambil dompetnya, namun terurung ketika Shabira menghentikannya lewat isyarat.
"Gue nggak butuh uang lo! Sebagai biaya sogokan, gue cuma mau nomor ponselnya Austin," ucap Shabira. Untuk saat ini, dirinya hanya sedang membutuhkan nomor itu. Sejak dulu, Austin memang tidak suka memberikan nomor ponselnya dengan mudah pada orang lain. Karena itu tidak banyak siswa yang bisa dengan mudah menghubungi dirinya, kecuali para sahabatnya.
"Lo minta nomor Austin buat apa, anjay?" tanya Andika curiga.
"Buat pedoman hidup! Banyak tanya lo, buru!" celetuk Shabira tidak ingin menjelaskan panjang lebar.
"Ck gue nggak punya!" ucap Andika bohong. Mana mungkin ia berani memberikan nomor ponsel Austin, bisa-bisa setelah ini dirinya akan menjadi santapan ikan piranha di sungai Amazon jika Austin mengetahuinya.
"Nggak percaya gue! Buru, atau lo mau berita perselingkuhan lo gue sebar hari ini juga!" ancam Shabira. Meskipun bukan sahabat dekat, namun Shabira yakin kalau Andika sebenarnya memiliki nomor ponsel Austin.
"Njir, iya iya, gue kasih buat lo!" Tidak ingin berita tentang dirinya menjadi trending topik di sekolah, Andika milih untuk membagikan nomor keramat itu pada Shabira. Tidak peduli dengan reaksi Austin setelah ini, Andika hanya tidak ingin sampai kehilangan martabatnya yang sudah terkenal sebagai cowok setia dan berwibawa.
"Nah gini kan enak!" ucap Shabira seraya tersenyum penuh kemenangan. Shabira tahu, jika meminta pada Austin secara langsung, sudah dapat dipastikan ia tidak akan mendapatkan apapun.
"Puas lo?!" ucap Andika setelah memberikan nomor ponsel Austin. "Sekarang apus tuh foto!"
"Oke, tenang aja. Kalo sampai nomor ini bukan nomor Austin, jangan harap nasib percintaan lo bisa selamat!" ancam Shabira dengan nada santai.
"Wah ngancem lo, itu beneran nomor Austin bego. Mana mungkin gue boong, udah sono ah pergi!" usir Andika yang sudah malas berurusan dengan Shabira.
"Oke kalo gitu, gue pergi dulu. Bye!" Shabira melenggang pergi, sembari mengangkat salah satu tangannya tanpa menoleh pada Andika sedikitpun.
Langkah pertama berhasil, setidaknya kini dirinya sudah memiliki nomor ponsel Austin. Shabira tersenyum jahat, seolah baru saja melakukan kejahatan besar. Sesampainya di depan kelas, gadis itu langsung disambut oleh kehadiran Shafa yang sejak tadi mencari dirinya.
"Shabira! Abis dari mana lo?" tanya Shafa.
"Dari taman, kenapa emangnya?"
"Oh lo abis belajar di taman?" tanya Shafa menebak.
"Bukan."
"Hah? Terus ngapain lo di taman? Biasanya lo paling rajin belajar kalo mau ada ulangan gini!" ujar Shafa sedikit bingung.
"Emang mau ada ulangan?" tanya Shabira ikut bingung.
Seketika Shafa melongo, tercengang mendengar pertanyaan Shabira barusan. Tidak biasanya Shabira seperti ini. Dulu, jangankan lupa, Shabira bahkan selalu menjadi siswa pertama yang mempersiapkan diri untuk menghadapi setiap ulangan yang akan diadakan. "Ada bego, kok lo bisa lupa sih?"
"Oh ada ya? Ya udah lah, orang lupa mau gimana lagi? Tenang aja, gue bisa kok ngerjain tugasnya nanti!" Shabira menepuk bahu Shafa dengan santai, sedikit menyepelekan ulangan harian yang akan berlangsung setelah ini. Bagaimanapun juga kini Shabira sudah menjadi gadis yang pandai, Livia juga sudah pernah mengalami masa SMA ketika di dunia nyata dulu. Ia yakin kali ini dirinya bisa mengerjakan ulangan nanti dengan baik.
"Aneh banget tuh anak, biasanya dia sendiri yang paling ribet kalo ada ulangan kayak gini." Shafa sendiri masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Shabira sekarang.
🎀🎀🎀
Sambil menunggu HTKS up, mampir dulu yuk ke karya keren di bawah ini.
Judul : Istri Kecil Dosen Muda
Napen : Susi similikity
...Sampai bertemu di cerita HTKS selanjutnya 👋🏻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Mpok Nana
Mulai ada keseruan,
sabira yg pemberani tak mudah d tindas.
2022-05-24
0
Ratna Komalasari
mau lanjut baca ini dan heavanna dulu baru yg lain...
semangat ya 🤭💪
2022-05-19
0