Pah Mah, maafin aku. Bukan karena aku tidak mau berjuang, tapi keadaan ini memaksa diriku untuk menyerah!
Livia membuka matanya, suara lembut seorang gadis berhasil menyadarkannya. Nafasnya tersengal, dengan rakus ia meraup udara di sekitar sana. Ia teringat beberapa menit yang lalu dirinya masih tenggelam di dalam air, akan tetapi sekarang ia justru terheran dengan hembusan angin yang menerpa tubuhnya.
Livia menatap ke sekeliling, tempatnya begitu asing. Ia merasa saat ini sedang berada di atas sebuah gedung yang cukup tinggi. Dan benar saja, Livia begitu terkejut ketika melihat ke belakang. Di bawah sana terlihat banyak sekali kendaraan yang melintas, gadis itu menyadari kini sedang berada di atas gedung di pusat kota. Di tengah malam yang cukup terang karena adanya cahaya rembulan.
Bodoh, kenapa aku bisa ada di sini. Bukannya tadi masih di laut? Bukannya tadi aku tenggelam dan ... ah tidak-tidak, aku belum mati!
Livia menggeleng kemudian bergidik ngeri, baru kali ini dirinya berada pada ketinggian sekitar tiga puluh meter. Ia bahkan tidak berani menatap ke bawah, karena hal itu hanya akan membuat dirinya merasa takut dan bisa saja ketakutan itu malah membuatnya terjatuh dari ketinggian. Akan tetapi, apa maksud dari semua ini? Kenapa tiba-tiba dirinya bisa berada di atas gedung seperti ini.
“SHABIRA!”
Livia tersentak mendengar suara seseorang, terlihat seorang cowok berlari tergesa-gesa menghampiri dirinya. Gadis itu mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu siapa laki-laki itu. Namun setelah dilihat-lihat, ciri-cirinya begitu mirip dengan ... Dion Almostin, salah satu tokoh figuran dalam novelnya.
Ah tidak mungkin, mungkin saja itu hanya kebetulan saja. - Pikir Livia.
“Ra, gue mohon lo jangan nekat kayak gini Ra. Masa depan lo masih panjang, gue yakin lo bisa hadapi semuanya!” ucap cowok itu khawatir.
“Maksudnya apa?” tanya Livia bingung.
“Shabira Lawrence, please! Jangan nekat kayak gini! Apa lo tega ninggalin keluarga lo?”
Shabira?
Livia termangu heran, bagaimana bisa cowok itu memanggil dirinya dengan nama Shabira.
Apa maksudnya ini?
Livia semakin tidak mengerti, ia melirik tangan kirinya yang bergetar. Kulitnya kusam dan kotor, ada beberapa noda darah di bajunya. Livia kembali menatap ke sekeliling, kali ini ia baru menyadari, keadaan ini sangat mirip dengan adegan ketika Shabira memutuskan untuk bunuh diri di atas gedung. Di halaman terakhir kisah Shabira, Livia kembali teringat dengan kata-kata terakhir yang Shabira ucapkan sebelum melompat dari gedung.
Bukan karena aku tidak mau berjuang, tapi keadaan ini memaksa diriku untuk menyerah!
Livia memejamkan mata, tiba-tiba kepalanya begitu sakit ketika serentetan adegan demi adegan dalam kehidupan Shabira masuk ke dalam ingatannya secara bersamaan. Seperti ada benda berat yang tiba-tiba menghimpit dadanya, Livia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Shabira selama ini.
Benarkah sekarang aku berada dalam tubuh Shabira?
Air mata kesedihan tiba-tiba menggenang, rasanya begitu sesak. Livia memukul beberapa kali dadanya, namun hal itu justru malah membuatnya terhuyung ke belakang. Livia lupa bahwa satu langkah di belakangnya sudah tidak ada lagi pijakan. Gadis itu kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.
“AAAAAAA.....” Gadis itu berteriak kencang.
“SHABIRA!” teriak Dion langsung berlari mendekat.
Terlihat gadis itu masih berpegangan pada tembok, tubuhnya masih bergelantungan di atas gedung. Dion dengan segera meraih tangannya, mencoba menolong gadis yang kini tengah berteriak ketakutan itu.
“Tolongin gue please!” Livia menitikkan air mata, tentu saja ia sangat takut karena lagi dan lagi dirinya kembali dihadapkan oleh kematian di depan mata.
“Tenang Ra, pegang tangan gue!”
Dion memegang tangan gadis itu dengan erat, kemudian menariknya perlahan. Begitu juga dengan Livia, gadis itu tidak melepaskan sama sekali tangan Dion bahkan sampai dirinya sudah berhasil naik lagi ke atas gedung. Karena kakinya masih terasa lemas, Livia yang tidak sanggup berdiri malah terhuyung ke arah Dion, hingga membuat keduanya terjatuh bersamaan.
Livia memejamkan matanya, namun tidak kunjung merasakan sakit sedikitpun. Karena penasaran, Livia membuka salah satu matanya. Terlihat Dion tengah terpaku menatap wajahnya dari dekat. Posisi Dion yang berada di bawah Livia, membuatnya bisa dengan bebas menatap wajah cantik alami itu.
“Maaf, maaf. Gue nggak sengaja!” Menyadari posisinya terlalu menempel, Livia segera beranjak berdiri.
Dion beranjak berdiri sambil membersihkan bajunya yang kotor. “Lo ngapain berdiri di situ hah, mau bunuh diri?” bentak Dion.
Livia terdiam, menatap bingung cowok yang kini dirinya ketahui bernama Dion itu. Meskipun masih tidak bisa dimengerti oleh akal manusia, namun gadis itu cukup sadar bahwa saat ini dirinya sudah berada dalam tubuh Shabira. Ia sudah masuk ke dalam cerita novelnya sendiri.
“Siapa juga yang mau bunuh diri?” elak Livia.
“TERUS NGAPAIN LO DI SITU HAH?”
Livia hanya menunduk, masih sangat jelas di ingatannya tentang apa yang membuat dirinya memutuskan datang ke gedung ini. Masih sangat jelas bagaimana sesaknya rongga dadanya saat ini. Saat di sekolah tadi siang, seperti biasa Shabira kembali mendapat bullyan dari teman-temannya. Bukan hanya itu, Ayah dan keluarganya pun masih sangat marah pada dirinya. Semua itulah yang mendorong Shabira untuk melakukan percobaan bunuh diri hari ini.
“Gue cuma cari angin,” jawab Livia beralasan.
“Cari angin lo bilang? Mana ada cari angin di atas gedung setinggi ini?”
Dion mengepalkan tangannya, dalam kondisi seperti ini bisa-bisanya Shabira masih mampu berbohong tentang perasaannya yang sesungguhnya. Dion tahu selama ini hidup Shabira begitu menderita, namun gadis itu selalu menyembunyikan penderitaan itu seorang diri.
“Gue cuma ....” Livia menggantungkan ucapannya, ia tidak tahu harus beralasan apa sekarang.
“Shabira, sadar! Yang lo lakuin tadi itu bahaya, jadi jangan bodoh dengan melakukan hal itu lagi!” ucap Dion memperingatkan
Livia terdiam menatap Dion, tidak disangka ternyata masih ada yang peduli dengan Shabira. Namun, haruskah ia melanjutkan hidup sebagai Shabira sekarang? Tapi jika tidak, itu tandanya ia akan mati untuk yang kedua kalinya. Livia sendiri masih tidak mengerti, mengapa ia bisa berada dalam tubuh Shabira, tokoh utama yang telah ia buat sendiri. Sangat tidak masuk akal.
Gadis itu kembali teringat dengan sumpah serapah yang diberikan para pembaca novelnya, sumpah dari mereka benar-benar terjadi padanya kini. Livia tidak menyangka, bahwa dirinya akan benar-benar merasakan bagaimana berada dalam posisi Shabira seperti sekarang ini.
Ternyata rasanya begitu menyakitkan, aku bahkan tidak menduga kalau ternyata sesakit ini menjadi seorang Shabira.
Livia memegang dadanya, hatinya dapat merasakan bagaimana sakit dan rapuhnya hati Shabira saat ini. Betapa menderitanya kehidupan Shabira selama ini, semua itu terus berputar dalam ingatannya. Itulah mengapa Shabira mengalami depresi berkepanjangan, namun semua itu hanya Shabira lah yang tahu. Hanya Shabira lah yang dapat merasakannya, karena mereka semua hanya mementingkan diri mereka sendiri.
Baiklah Livia, mulai sekarang kamu adalah Shabira. Jika kamu tidak ingin mati konyol seperti sebelumnya, maka lanjutkan saja hidupmu dan perbaiki semuanya. Shabira layak mendapatkan kebahagiaan.
Jika tempat ini adalah halaman terakhir dalam kisah hidup Shabira, maka aku akan membuka halaman baru untuk melanjutkan kehidupan Shabira yang penuh dengan kebahagiaan!
🎀🎀🎀
...Sampai bertemu di cerita HTKS selanjutnya 👋🏻
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Zaed Nanu
aq mampir kak....
2022-09-23
0
Mpok Nana
Nah gitu dong,, livia ayo semangat, rubah nasib shabira
2022-05-08
0
Mpok Nana
Hiihiihii, Novel dalam Novel..
ayulah ikuti terus,
2022-05-08
0