Dua Pilihan

Hubungan Janu dan Nena semakin dekat, dalam artian Nena sudah tidak setakut sebelumnya saat bertemu Janu. Bahkan menurut Janu, Nena berani mengancam atau menjahilinya. Setiap Nena singgah ke apartement Janu ada saja yang makanan atau minuman ringan yang dibuat untuk Janu. Dua hari yang lalu, Nena membuatkan puding buah.

Sedangkan malam ini, saat Janu tiba di unitnya dan menuju lemari es untuk mengambil air mineral, Nena meninggalkan noted.

Om Janu, jangan kebanyakan merokok dan bergadang, aku buatkan susu jahe tinggal dihangatkan. Habiskan ya! Kalau enggak, nanti diganggu hantu penunggu kamar tamu. Hiiiii

Janu membaca pesan Nena sambil tersenyum. Kemudian menuju dapur dan menekan tombol untuk menyalakan kompor menghangatkan susu jahe yang dibuat Nena. Setelah membersihkan diri, Janu kembali sibuk dengan laptopnya dan segelas susu jahe yang tadi sudah dihangatkan.

Jadwal Nena membersihkan apartement Janu hanya seminggu tiga kali dan besok Nena tidak akan datang. Memikirkan hal itu, Janu merasa ada yang kurang dalam aktivitas sehariannya. Karena Nena akan menghubunginya jika dia berada di unit atau meningglkan unit apartement Janu. Selain kedua hal tadi, Nena tidak akan menghubungi Janu.

Sejak pagi, Janu sudah disibukkan dengan rapat. Menjelang makan siang, Janu membuka aplikasi pesan antar pada ponselnya. Setelah berhasil melakukan pesanan ia hanya tersenyum menunggu ponselnya berdering atau bergetar karena pesan masuk.

Di tempat yang berbeda, Nena sejak pagi disibukkan dengan stok opname gudang meneguk isi botol air mineralnya. Tata yang bertugas di pelayanan menghampiri Nena, “Mau makan apa Na? Gue laper banget deh.”

“Tau, kaki aku ampun pegel dari tadi duduk berdiri duduk berdiri,” ujar Nena. “Lah, lo stok opname apa habis senam, kok gerakannya mirip yang lagi poco-poco,” sahut Tata.

“Nena,” panggil salah seorang rekan kerja Nena yang lain, “ada kurir nyariin. Di depan ya.”

“Kurir?” tanya Nena dan Tata serempak.

“Mbak Nena, ini pesanannya,” ujar sang kurir menyerahkan tumpukan lunch box brand makanan cepat saji bergaya Jepang. Bahkan tumpukan tersebut di bagi dua dengan Tata, “Mas, tapi saya enggak pesan ini.” Nena khawatir ia menjadi korban iseng seseorang yang akhirnya harus membayar makanan yang ia tidak pesan, apalagi di lunch box yang ia terima tertera Premium menu bukan paket hemat tiga puluh ribu.

“Tapi disini saya harus antar ke Mbak Nena Apotik XX.”

“Yang pesan siapa Mas?” tanya Tata.

“Kalau itu saya kurang tau Mbak, saya bertugas mengantar saja.”

“Sudah dibayar Mas?” tanya Tata lagi.

“Sudah Mbak, permisi mbak.”

Nena masih bingung, dia menatap Tata. “Udah, tenang aja. Yang penting udah dibayar, terus ini mau lo makan sendiri?”

“Gila aja, bagikan aja ke yang lain.” Membawa satu box jatahnya, ia kembali ke depan gudang teritorialnya untuk hari ini. Tata kembali menghampiri Nena sambil membuka boxnya, “Wow, Na, gue belum pernah makan nih menu yang beginian. Kita kan seringnya makan paket lima belas ribu,” ujar Tata lalu keduanya terbahak. Tidak lama ponsel Nena yang berada dalam saku bergetar tanda sebuah pesan masuk.

Nena membuka pesan tersebut, yang ternyata dikirim oleh Janu.

Selamat menikmati makan siangnya.

Nena mengernyitkan dahi membaca pesan Janu dan baru menyadari bahwa makanan yang ia terima kiriman dari Janu. “Hmm, dasar Om ‘rese,” ucap Nena.

“Om ‘rese?” tanya Tata, “maksudnya yang ngasih ini semua?” tanyanya kembali sambil mengunyah. Nena hanya mengangguk, “Lo enggak jadi sugar baby Om-om ‘kan?”

Nena memukul lengan Tata, “Itu mulut sama otak udah gesrek kali, emang aku cewek apakah pake jadi begituan.”

“Ya tadi lo bilang Om siapa itu yang ngasih ini?”

“Om Janu,” jawab Nena. “Janu? Janu Arsana?” tanya Tata.

“Iya.”

“Sejak kapan?”

“Apanya?”

“Lo pacaran sama Pak Janu Arsana?”

“TATA!!” teriak Nena.

“Terus, hubungan lo sama dia apaan?”

“Yang jelas aku kerja gantikan karyawannya yang cuti. Kenapa bisa begitu, ceritanya panjang dan aku lagi enggak mau cerita apapun.”

“Lo hutang cerita sama gue,” ujar Tata.

Iya, makasih ya Om Janu. Semua jadi makan enak hari ini, tapi mending Nasi Padang kaliii porsinya jumbo.

Nena membalas pesan Janu, “Hmm, dasar perempuan aneh,” ucap Tata saat membaca balasan pesan untuk Janu. “Aneh gimana?” Nena membuka box miliknya dan mulai menikmati isinya.

“Kalau emang hubungan lo sama Pak Janu cuma atasan dan bawahan buat apaan dia kirim kayak beginian pake berdus-dus segala, ini pasti ada udang di balik bakwan. Hanya ada dua pilihan dia suka sama lo atau dia mau nawar lo.”

Nena tersedak mendengar ucapan Tata, meraih botol air mineral milik Tata karena miliknya sudah kosong. “Ish, mulut bener-bener ya,” sahut Nena.

“Aduh Nena, jadi cewek jangan polos-polos banget. Udah deh, jelas cuma dua opsi itu doang. Tinggal lo hubungin aja sama sikap Pak Janu selama ini mengarah ke opsi satu atau dua.”

Ponsel Nena kembali bergetar, keduanya saling menatap. Nena membuka pesan masuk balasan dari Janu, Tata ikut membacanya.

OKE.

“Oke, katanya,” ucap Nena. “Oke, apaan ya Ta.”

Tata hanya melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Nena, “Emang bener katro temen gue.” Nena hanya mengedikkan bahunya kembali fokus pada makan siangnya. “Feeling gue, Pak Janu beneran suka sama lo,” ujar Tata.

“Udah rabun kali mata Om Janu pake acara suka sama aku. Pacarnya aja cantik banget, serasi sama dia.” Nena menjejalkan box makan yang sudah kosong pada tempat sampah. “Ta, gantian ya. Aku di depan kamu di sini,” rengek Nena, Tata segera melesat meninggalkan gudang.

“Dasar, temen enggak setia,” teriak Nena.

Setengah empat sore, Nena baru tiba di rumah. Memarkirkan motor maticnya, lalu mengambil makanan yang tadi ia beli untuk Malik. Sejak kemarin Malik ada di rumah, sepertinya sedang kurang sehat namun Nena tidak berani banyak tanya.

“Bang, ini makannya,” ujar Nena sambil mengetuk pintu kamar Malik. Setelah mengganti seragamnya dengan pakaian rumahan, Nena mulai membersihkan rumahnya. Malik keluar dari kamar menuju meja makan, Nena menoleh, “Abang kalau sakit mending berobat dari pada ngerem di kamar.”

“Bawel,” ujar Malik. Tidak lama terdengar pintu diketuk, Nena yang berada di dapur bergegas ke depan untuk membuka pintu.

“Ini benar tempat tinggalnya Malik?” tanya seorang wanita.

Ini kan pacarnya Om Janu, ngapain dia nyariin bang Malik.

“Halo,” ucap wanita itu. “Eh, iya.” Nena membuka pintu lalu menoleh pada Malik, “Abang, ada yang nyariin,” ucapnya. Malik yang masih duduk pada kursi meja makan menatap ke arah pintu. Ia hanya menghela nafasnya, melihat Dea yang datang. Nena bingung antara mempersilahkan masuk atau tidak melihat respon dari Malik. 

_________

Yuhuuuu, jejaks yess

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

jangan2 Dea ada hati sm malik y thour

2023-10-02

0

tiara

tiara

dea suka sama malik terus janu sama nena cocok dah

2022-05-05

1

fanthaliyya

fanthaliyya

Dea tuh sukanya sm Malik y??
kynya nanti om Janu bener" suka tuh sm Nena

2022-05-05

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!