Nena terengah sambil membungkukkan badannya sebelum naik ke motor Ajat. “Lelet macem siput,” ujar Ajat. “Lagi loe juga aneh, udah tau gue mau nebeng, malah nunggu disini padahal tadi udah lewat depan rumah.”
Nena menaiki motor Ajat, “Sengaja, biar loe olahraga dulu,” sahut Ajat.
“Olahraga jam segini bukan menyehatkan tapi menyakitkan,” ujar Nena agar berteriak di telinga Ajat karena motor yang sudah melaju, dan suara knalpot yang agak bising. Hampir dua tahun Nena telah bekerja di apotik, namun saat ini ia bertugas di cabang yang ada pada sebuah Mall di Jakarta.
Untuk cabang tempatnya kini hanya ada dua shift, dan saat ini ia masuk shift dua, dari jam dua siang sampai jam sepuluh malam. “Turun sini aja deh, macet kalau gue muter lagi,” ucap Ajat saat menghentikan motornya di halte yang ada disebrang Mall. “Iya, makasih ya.” Setelah turun dari motor, Nena harus menggunakan jembatan penyebrangan karena melewati dua jalur.
Sudah lebih dari tiga jam, Nena hilir mudik menyiapkan pesanan obat. Setelah istirahat ia akan bergantian berjaga di pelayanan langsung dengan pelanggan. Hampir jam enam sore saat ia bersama Tata rekan kerjanya keluar dari store menuju food court untuk segera mengisi perutnya yang sudah mulai bernyanyi.
Janu Arsana (32 tahun) seorang pejabat pemerintah, berada pada sebuah restoran sedang membicarakan kesepakatan proyek yang akan ia jalani dengan rekan bisnisnya. “Ayolah Pak Janu, masa pengajuan saya gagal, saya bisa memberikan jumlah sesuai yang Pak Janu minta loh.”
Janu hanya diam, ia menyesap isi cangkir yang dipegangnya. “Saya sudah coba penuhi kebutuhan Bapak, isi perut sesuai nominal yang tadi saya ucapkan dan bawah perut.” Pria paruh baya dengan tubuh sedikit gempal tertawa. “Bagaimana rasanya wanita yang kita siapkan untuk Pak Janu?”
“Wanita?” tanya Janu heran.
“Masa lupa sih, pertemuan kita sebelumnya yang diwakili oleh asisten saya. Wanita itu top loh, banyak pejabat yang pakai dia.”
“Pak Teja, perlu Bapak tau kenapa kami tidak meloloskan draft kerja sama dengan perusahaan Bapak karena sejarah kerjasama kita sebelumnya tidak bagus. Itu alasan kami menolak,” jawab Janu sambil meraih tisue dan melap bibirnya.
“Pak Janu tau kan siapa yang memback up saya?”
Janu menghela nafasnya, “Tau, tau sekali dan Pak Teja juga tau bagaimana saya menyelesaikan masalah dengan orang-orang yang ngeyel dan tidak kompeten. Tau juga kan siapa saja orang yang mendukung saya?” tanya Janu sambil mencondongkan tubuhnya ke arah depan seakan apa yang disampaikannya adalah rahasia.
“Tapi saya lebih suka tidak ada kekerasan, jadi baiknya terima saja hasil yang sudah disampaikan. Satu hal lagi, saya bukan pria suci tapi wanita yang Pak Teja siapkan saya tidak pernah menyentuhnya. Bahkan asisten Bapak sudah mabuk berat sebelum kami selesai diskusi. Saya lebih suka wanita yang sederhana dan menolak saya, membuat saya lebih tertantang untuk mendapatkannya.”
Janu yang ditemani Arman asistennya meninggalkan Teja dan restoran itu.
“Nena,” panggil Tata membuat langkah mereka terhenti. “Itu kan Pak Janu Arsana ya?”
Nena mengerutkan dahinya, “Janu ? Ardana? Mana?” tanyanya. “Ishhh, Janu Arsana. Masa loe enggak tau sih.”
“Enggak, yang mana orangnya.” Nena menoleh pada pria yang ditunjuk Tata. “Biasa lihat dia di TV, ternyata aslinya ganteng banget,” puja Tata.
Pria dengan tinggi tubuh yang Nena yakini lebih dari 185 cm, rahang tegas, kulit putih dan ... “Sebagai perempuan aku enggak percaya diri ya, lihat wajahnya orang itu,” ujar Nena. “Ganteng ya?”
“Glowing banget Ta, kita yang perempuan aja kalah,” sahut Nena sambil terbahak. “Eh, Tata,” panggil Nena pada Tata yang mengejar Janu. “Om Janu,” panggilnya membuat si pemilik nama menghentikan langkahnya. “Om, minta foto boleh?”
Janu ingin memaki gadis yang ada di depannya, minta foto? Sedangkan dia tidak merasa tenar bak seorang artis. Mengingat ia berada di area umum, “Boleh,” jawab Janu. “Nena, tolong fotoin!” titah Tata pada Nena. Arman asisten Janu pun menjauh, Janu sebenarnya risih dengan perempuan yang sepertinya agresif ini, menatap ke depan pada gadis yang mengambil gambar mereka.
“Satu lagi ya,” ujar Nena. Janu menatap Nena membuat gadis itu salah tingkah karena takut. “Makasih ya Om Janu,” ucap Tata. Yang dijawab Janu dengan tersenyum lalu berjalan menjauh. “Gila ganteng banget sumpah,” ucap Tata.
“Tapi kayaknya udah ...”
“Tua, maksud loe?” Nena mengedikkan bahunya.
“Lagi jamannya kali, perempuan muda jalan sama Om-om, gue juga mau kalau ada yang minta aku jadi sugar baby.”
“Astaga Tata, gelo maneh mah (Gila kamu),” pekik Nena sambil berjalan. “Realistis ajalah Na, gaji kita berapa sih, buat bayar kost, makan sebulan juga kadang kurang. Belum yang di kampung minta kirimin uang.”
Nena menghela nafasnya, “Tapi kan enggak gitu juga kali, pasti ada cara lain.” Kini Tata dan Nena sedang menikmati paket makan mereka. Tata yang terus mengoceh tentang kemewahan dan fasilitas yang akan didapatkan oleh seorang sugar baby.
“Ta, kita makan pakai paketan lima belas ribu yang isinya nasi, ayam sama teh manis. Terus kamu ngoceh-ngoceh masalah kemewahan kayaknya jomplang banget ya.”
“Nah, makanya gue enggak mau terus-terusan begini. Kalaupun enggak sugar baby, dapat cowo tajir juga enggak apa yang penting cuan.” Nena menghela nafasnya, ia menghabiskan es tehnya, lalu menuju wastafel cuci tangan. Sebenarnya apa yang disampaikan Tata ada benarnya, hidup di Jakarta itu berat. Entah dari mana ia harus membayar uang kost jika Bang Malik tidak mempunyai tempat tinggal.
Nena bergegas keluar area mall, ojeg onlinenya sudah menunggu. Setelah jam kerjanya selesai, ia mendapatkan pesan agar datang ke sebuah club untuk menjemput Malik yang sedang mabuk dan membuat keributan.
Bugh, saat didepan pintu masuk sebuah club Nena menabrak bahu seseorang. “Maaf, saya buru-buru,” ucap Nena langsung masuk ke dalam.
“Dia kan gadis yang tadi siang ... ku pikir gadis baik taunya sama aja,” batin Janu saat Nena bergegas masuk ke dalam club setelah minta maaf.
______
Hai, ketemu lagi di karya aku yang baru, murni boleh ngehalu. Jangan lupa jejaks yesss. Like, vote, komen dan favorit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Shyfa Andira Rahmi
jadi ke inget ama SUTEJA🤣🤣
2024-03-27
0
Katherina Ajawaila
lucu juga Nena, ketemu Janu cuek2 ntar nanksir loh🤫😎🤫🤫
2023-10-01
0
fanthaliyya
lanjutkan lah
pinisirin 💪💪💪💪
2022-04-25
2