“Ini kedua kalinya,” ujar Janu lalu melepaskan jasnya dan melempar ke wajah Nena. “Bersihkan, Arman catat kontaknya, pastikan dia kembalikan dalam keadaan bersih.”
“Baik Pak,” ucap Arman.
“Ahh, perlu kamu tau harga jas itu sangat mahal, jadi hati-hati saat membersihkannya, jaga seperti kamu menjaga nyawamu sendiri. Aku sedang terburu-buru, jadi kamu bisa menerima pembalasan karena sudah mempermalukan aku, lain waktu.”
Nena hanya bisa termangu sambil memegang jas yang Janu lemparkan padanya. Sedangkan pemiliknya sudah berlalu meninggalkan Nena. Berjalan dengan gaya angkuhnya, dimana salah satu tangan berada di kantong celana. Arman yang mengikutinya dengan setia.
Nena menyimpan Jas milik Janu dalam lokernya. Tata yang baru saja datang masih asyik dengan ponselnya berinstagram ria. "IGnya pak Janu apa ya? Gue mau nge-tag dia untuk foto yang kemarin," ujar Tata. "Aku enggak ngerti, enggak main begituan," sahut Nena.
Nena tidak menceritakan pertemuannya dengan Janu pada Tata. Tidak bisa dibayangkan jika Tata tau setelah Nena mengambil foto Janu dan Tata, ia masih bertemu kembali dengan Janu bahkan sudah dua kali.
Tata mungkin akan merebut bahkan mencuri jas milik Janu yang ada padanya sebagai kenang-kenangan. Nena memutuskan untuk melaundry Jas milik Janu.
Di tempat berbeda, Janu yang sedang berada dalam pertemuan bisnis, meraih ponsel yang ada di saku karena terus bergetar. Panggilan telpon dari Mamihnya.
"Iya, Mih."
"Kamu sepertinya udah lupa kalau masih punya Mamih selaku orangtua ya."
Janu berdecak, "Tidak usah berlebihan, biasanya juga Mamih yang terlalu sibuk dengan gang sosialitanya. Bahkan bisa lebih sibuk dari aku."
"Malam ini, makan di rumah. Tidak ada penolakan."
Panggilan pun diakhiri.
.
.
.
Janu tiba di kediaman orang tuanya, makan malam bersama yang sudah jarang mereka lakukan.
Setelah makan malam, Janu dan Papihnya membicarakan urusan bisnis yang dijalani Radja Arsana.
"Bereskan oleh kamu, sepertinya ada yang mendukung mereka. Tinggal beberapa kepala keluarga dan mereka bukan orang yang berpendidikan tapi tiba-tiba ingin lewat jalur hukum."
Janu yang mendengarkan sambil menghisap rokoknya mengangguk. "Lusa, aku akan sempatkan urus hal ini," jawab Janu.
"Tapi sebisa mungkin jangan menggunakan kekerasan, kita tidak tau maksud orang yang berada dibelakang mereka."
Janu berdecak, "Papih tau kan cara kerja aku gimana? Yang penting beres dan bersih." Mamih Janu ikut bergabung, "Lalu kapan kamu mau bantu Mamih?"
Janu mengernyitkan dahinya, "Bantu apa?" Mau ke Singapur lagi tapi Papih blokir kartu mamih?" Tanya Janu.
Halimah memukul lengan Janu, "Bukan itu, kapan kamu akan cari teman Mamih, penolong hidup Mamih. Yang pernah Mamih cerita sama kamu," sahut Halimah.
"Hmm, apa kompensasinya kalau aku berhasil menemukan teman Mamih."
"Kamu sama orangtua sendiri, hitungan. Pih, bilangin anak kamu nih, lama-lama udah mirip papih kamu bisnis terus yang diurusin."
"Untuk kamu juga kan? Kalau aku nyantai urus bisnis, yang ada kamu enggak bisa gaul dengan grup sosialita kamu," ungkap Papih.
Halimah hanya mencibir, "Janu, pokoknya bantu Mamih. Teman Mamih itu yang sudah menolong Mamih akhirnya masih hidup sampai sekarang."
"Itu karena takdir, teman Mamih itu hanya perantara," sahut Janu.
"Ya, tetap aja Mamih harus balas budi. Apalagi Mamih tau dia punya anak perempuan."
"Jangan bilang Mamih mau jodohkan aku dengan anak itu?" tanya Janu penuh selidik. Halimah berdecak, "Ya enggak mungkinlah, beda umur kalian itu jauh. Mamih mau jadikan anak angkat Mamih. Habis ngarep menantu dari kamu enggak tau deh kapan kali dapatnya, apalagi cucu. Apa kamu enggak bisa move on ya dari Arina," ungkap Halimah.
Radja yang sejak tadi hanya diam ikut menoleh pada Janu seakan menunggu penjelasan. Arina adalah mantan istri Janu, pernikahan mereka berakhir karena anak yang dilahirkan Arina ternyata bukan darah daging Janu.
"Justru karena aku pernah gagal dengan Arina, jadi tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Aku enggak mau punya istri karena mereka tau siapa aku bukan nurni karena cinta. Yang ada nanti sama aja kayak Mamih."
"Pokoknya cepat bawa menantu ke rumah ini dan kasih Mamih cucu, jangan celap celup di mana-mana apalagi FWB. Mamih enggak suka kamu begitu," nasihat Halimah sambil memukul lengan Janu.
Radja mengulurkan tangannya pada Halimah, "Ayo, kelamaan kamu bisa darah tinggi. Mending kita ke kamar, coba lagi. Belum bisa ngarep cucu dari Janu siapa tau dapat anak," ungkap Radja.
Janu terkekeh mendengar pernyataan Papihnya, Halimah yang melirik sebal akhirnya ikut dengan suaminya.
Janu pulang ke apartement, awalnya ia ingin ke club seperti biasa, namun karena lelah ia memutuskan untuk pulang.
Waktu menunjukan pukul sebelas malam saat Nena meninggalkan Mall dimana apotik cabang tempatnya bekerja berada di sana.
Karena motornya yang belum diambil dari bengkel ia pun menggunakan ojeg online. Ingin segera iatirahat karena lelah selama bekerja ia lebih banyak berdiri.
...~***~...
Beberapa hari berlalu, Jas Janu sudah Nena ambil dari laundry namun ia bingung bagaimana mengantarkannya. Saat itu Janu minta Arman mencatat nomor ponsel Nena tapi tidak sebaliknya.
Hingga saat sore hari, Nena yang baru saja pulang karena shift pagi, membuka ponselnya karena ada pesan masuk.
Resto xx, jam 7 malam
Nena mengernyitkan dahinya saat membaca pesan tersebut.
"Enggak jelas," gumam Nena.
Ponsel Nena kembali bergetar, tanda pesan masuk.
Jangan terlambat, dan bawa jas milikku.
______
Update tipis-tipis ya,,, jangan lupa jejaks 😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Hearty 💕
Jangan galak² Om nanti bucin baru rasa deh
2024-09-17
0
guntur 1609
jabgan blng jena anaknya temanya mamih janu
2024-09-16
1
Hearty 💕💕💕
Calon pria yang akan bucin
2023-07-31
0