Masih Terlalu Muda

Nena langsung mengirimkan pesan pada Janu mengenai kekacauan diunit milik pria tersebut.

Kini nena dan Janu duduk berhadapan di sofa. Nena sesekali terkikik, namun kembali ia tahan. Melihat tampang Janu yang sudah kusut, acak-acakan dan basah.

Janu menatap tajam pada Nena, dirinya berhasil dikerjai oleh Nena. Gadis yang bahkan umurnya jauh di bawah Janu. Nena tidak tahan dia pun terbahak.

Sebelumnya, saat Janu masih berada di kantor, Nena mengiriminya pesan jika peralatan di apartemennya bermasalah dan malah membuat kekacauan.

Janu bergegas pulang, saat masuk ia melihat debu dan kotoran berserak di karpetnya dengan vacum cleaner yang tergeletak tidak jauh.

Lalu menuju dapur, dimana air sudah meluber dari wastafel. Busa sabun yang semakin banyak. "Om Janu," panggil Nena, "aku enggak paham malah jadi kacau begini."

"Kamu," ucapnya lalu menghela nafas, ia bergegas menuju wastafel. Memutar kran yang ternyata keras, saat dipaksa putar krannya malah patah dan air menyemprot ke arah wajah Janu.

"NENAAAA!!!!" jerit Janu.

"Aduh, Om Janu. Gimana dong," ujar Nena berpura-pura. Ia lalu mencari perkakas sesuai arahan Janu. Bahkan saat memasang kembali karannya dilakukan oleh Nena sambil mencibir pada Janu yang berkacak pinggang menatap ke arah Nena.

Janu memasukan tangannya ke dasar wastafel dan mencabut penutup saluran pembuangan dan air yang tergenang pun mengalir.

"Cuci semua sampai bersih, lalu bersihkan semua debu yang kamu tumpahkan dan pel."

Nena mengerjakan semua sambil di awasi Janu yang berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada.

Kembali lagi pada posisi mereka saat ini, Nena masih terbahak. Sedangkan Janu bertambah kesal karena ditertawakan bocah ingusan.

"Sudah puas?"

Nena berdeham lalu duduk menegakkan tubuhnya. "Saya tau kamu sudah menguasai pemakaian peralatan di apartement ini, kacau yang kamu maksud hanya alasan karena ingin mengerjaiku," ungkap Janu.

"Enggak gitu lah, Om. Saya memang enggak cocok kerja disini, pakai peralatan canggih. Biasa saya nyalain kompor dengan cara diputar ini hanya tekan tombol, pokoknya enggak familiar. Mendingan Om Janu cari orang lain aja deh," Nena menjelaskan sambil menahan tawa melihat tampang Janu saat ini.

Janu mengeluarkan ponselnya, dia melakukan panggilan. "Halo, Dio. Cari tau keluarga Nena lalu kirimkan surat denda dan ganti rugi termasuk kejadian hari ini. Kamu bisa ..."

Bruk

Nena bangun dan berusaha merebut ponsel milik Janu namun Janu berhasil mengelak malah tubuh Nena rebah pada Janu dan membuat Janu bersandar karena dorongan tubuh Nena. Wajah keduanya kini sangat dekat, Janu melihat wajah Nena terlihat lebih cantik saat mereka berdekatan bahkan kini tangan Janu melingkar di pinggang Nena.

Alarm tubuh Nena seakan berbunyi karena berada di situasi tidak aman. Saat akan bangun, "Om Janu, lepasin ih." Tubuh Nena yang menempel pada tubuh Janu membuat pakaian gadis itu ikut basah.

"Kenapa minta lepas, kamu sendiri yang menghampiri aku."

Nena memberontak, "Lepas Om, aku tadi mau rebut ponsel Om Janu bukan mau begini. Lepas atau aku jambak rambut Om?"

"Rambut mana yang mau kamu jambak?" tanya Janu sambil terkekeh. "Ishhh, lepas."

"Aku akan lepas, tapi berjanjilah ikuti semua perintahku. Berani kamu mengerjaiku seperti ini lagi ..."

"Iya, selama tidak merendakan harga diri dan melanggar norma," ujar Nena ia merasakan bagian bawah tubuh Janu mengeras dan menempel pada, ah sudahlah.

"Melanggar norma, maksudnya?" Janu menggoda Nena hingga menunda melepaskan tubuh Nena. "Aku akan jelaskan tapi lepaskan dulu, atau aku gigit?"

"Boleh, mari kita saling gigit," jawab Janu.

"OM JANUUU!!!" teriak Nena.

Sungguh kesenangan luar biasa bagi Janu bisa membalas keisengan Nena. Bahkan dapat bonus memeluk gadis ini.

Tapi, "Shiitt," batin Janu yang merasa di bawah sana tegang dan mengeras.

Janu melepaskan Nena, gadis itu segera berdiri, "Ishhh, jadi basah kan," ucapnya sambil mencibir. "Kamu sebaiknya pulang, besok jangan sampai terulang lagi," ujar Janu sambil berjalan menuju kamarnya di lantai dua."

"Besok saya kerja shift dua, Om Janu. Jadi tidak bisa ke sini," teriak Nena.

"PAGI," jawab Janu yang sudah berada di lantai dua.

Sampai malam menyapa, Janu merasa tubuhnya belum normal kembali. Malah semakin menjadi, ia menginginkannya, ada sesuatu yang harus tersalurkan. Apalagi mengingat tubuh Nena yang menghimpit tubuhnya. Terasa bagian atas tubuh Nena yang membusung sintal menempel pada dadanya.

"Shiiitt," maki Janu, ia pun membuka ponselnya dan mengirim pesan pada Dea.

Dea adalah wanita yang dijodohkan dengan Janu, lebih tepatnya dikorbankan. Oleh Ayahnya, Dea diminta dekat dengan Janu agar dapat meloloskan kerja sama dengan Radja Arsana.

Radja merestui anaknya dengan Dea jika memang cocok. Tapi dasar Janu, bukan hanya ayahnya yang memanfaatkan Dea, Janu pun sama. Dea and Janu just friend, friend with benefit.

Dea menekan bel unit apartement Janu, bahkan tidak membiarkan Dea bicara karena langsung membawa Dea masuk ke dalam kamar tamu yang berada tidak jauh dari ruang makan, kamar yang biasa dipakai olehnya untuk bercin_ta. Tidak mengijinkan siapapun masuk ke dalam kamar pribadinya kecuali Bu Ida. 

Janu mencum*bu Dea dengan kasar, keinginan yang tertahan sejak tadi membuatnya menggebu-gebu. "Kamu yang buka atau aku?" tanya Janu. 

Dea berdecak, "Aku aja, kalau kamu malah disobek," sahut Dea sambil membuka penutup tubuhnya. 

"Cepetan," ujar Janu dengan tubuh polosnya membuka laci nakas mengambil pengaman dan memakainya. 

Janu mendorong tubuh Dea hingga rebah diranjang kemudian melummat dan menyatukan diri mereka.

Dea hanya bisa pasrah berada si bawah Janu, yang seperti kesetanan menggerakan tubuhnya. Berbeda dengan yang Janu rasakan, wajah Nena yang terus terbayang membuatnya bergerak cepat untuk menuntaskan hasr*tnya.

Dea yang mendeesah dan erangan Janu saat keduanya sampai pada puncak kenikmatan.

Esok paginya, Nena menekan tombol pass code apartement Janu.

"Kamu siapa?" tanya Dea saat Nena masuk. Nena menatap wanita didepannya, dengan rambut pendek dan dress yang dikenakannya menunjukan bahwa dia dari kalangan atas. Ditambah sangat cantik, serasi dengan Janu.

Mungkin ini strinya Om Janu

"Saya Nena."

"ART Janu yang baru?" Nena mengangguk, "Masih terlalu muda," ujar Dea.

_________

Yang muda biasanya maaih seger, ehhhhh. Jangan lupa jejak yesss. Gimana ketupatnya udah mateng belum ? ☺

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

Juna ternyata doyan teh celup juga, malas amat

2023-10-02

0

Hearty 💕💕💕

Hearty 💕💕💕

Bener Nena gercep juga untuk Jawas Om Janu

2023-07-31

0

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

aku kira om juna baik ternyata suka main perempuan , kasian nena ny dpt barang bekas

2022-11-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!