Bel pulang sekolah berbunyi. Risya segera berlari ke depan gerbang sekolah, rupanya supir di rumahnya sudah sampai. Ia melangkah maju, menghampiri mobil tersebut. Pak supir membuka pintunya dan ia naik ke dalamnya. Pagi tadi ia tak berangkat bersama Sigra, dan memilih di antar jemput saja. Sebenarnya ingin meminta motor juga, tapi sepertinya belum waktunya. Entah kapan itu, yang pasti ia juga tidak tahu.
Mang Asep, selaku supirnya kini melajukan mobil mereka menuju rumah. Hanya keheningan yang memenuhi mereka. Risya tak berbicara apa-apa, pun Pak supirnya hanya diam saja. Risya memandang keluar kaca yang dimana jalanan di penuhi oleh manusia dan beberapa pohon yang menghiasi pinggir jalan raya.
Tangannya terangkat menyentuh kaca, jarinya bergerak membentuk beberapa huruf yang jika di satukan menjadi sebuah kata. Azriella, Agastia. Dapatkah ia kembali ke sana?
Ia menghentikan perbuatannya, lalu menoleh ke depan menatap mang Asep yang terlihat dari kaca spion dalam mobil. "Mommy sama Daddy sudah pulang, mang?"
"Belum, Non. Katanya lusa baru bisa pulang."
Mang Asep menyahut tanpa menoleh pada Nona nya. Ia harus fokus pada jalanan yang macetnya luar biasa. Dari pada nanti terjadi yang tidak-tidak, kan bahaya. Risya mengangguk, dan kembali terdiam untuk kesekian kalinya.
Risya melirik supirnya lagi. "Mang Asep udah lama kerja sama Daddy?" Tanyanya sekedar basa basi.
Mang Asep menoleh sekilas sambil mengernyit. "Loh, Non Caca sudah lupa?"
"Iya agak lupa mang, kebanyakan tugas sekolah makanya kadang lupa sama dunia dan sekitarnya," ujar Risya berkelakar.
Mang Asep tertawa renyah mendengar penuturan Nona mudanya. "Keluarga saya sudah lama mengabdi di kediaman keluarga Serville," ucapnya mulai bercerita. "Sudah puluhan tahun sepertinya, dari waktu Tuan Jaya masih ada di sini. Sekarang beliau sudah tinggal di negara Z." Risya mengangguk, Jaya Serville adalah kakeknya Risya.
"Waktu itu Bapak saya yang kerja sama beliau. Sampai akhirnya saya yang menggantikan kerjanya. Bagi keluarga saya, Tuan Jaya itu bagai penyelamat yang datang di saat gelap. Kami punya hutang pada beliau yang belum tentu bisa di bayar dengan uang. Karena Bapak bingung harus bagaimana, jadi Tuan Jaya memberi solusi untuk bekerja di kediamannya."
"Tuan Jaya begitu baik. Ia bermurah hati pada keluarga kami, sampai-sampai istri saya juga di perbolehkan bekerja di sini," ucapnya lagi.
"Istri mang Asep?" Tanya Risya bingung.
"Itu Bi Iyem," ucap mang Asep. "Ternyata Enon banyak lupanya ya," ucapnya sambil tersenyum simpul. Ia melirik Nona mudanya dari kaca spion dalam. Risya hanya mengangguk sambil tertawa canggung.
"Terus mang Asep kerjanya dari kapan?" Tanya Risya lagi.
"Dari awal Pak Vino sama Bu Aliya menikah. Waktu itu saya baru di pekerjaan buat gantiin Bapak saya yang sudah lumayan tua. Saya gantiin Bapak buat jadi supir keluarga. Sedangkan istri saya jadi pembantu biasa. Sampai kelahiran Den Sigra, istri saya di angkat menjadi pengasuh. Karena Pak Vino sama Bu Aliya sibuk dengan pekerjaan masing-masing jadilah Den Sigra di titipkan sama istri saya. Sampai juga pada kelahiran Non Caca, istri saya tetap jadi pengasuh Enon dan Aden. Begitu Non, dan saya bersyukur sampai sekarang pun masih bisa bekerja di sini," tutur mang Asep dengan senyum yang merekah di bibir gelapnya.
Risya tersenyum menanggapinya, ternyata begitu. Ia sering mendengar cerita seperti ini. Seorang pekerja yang mengabdi puluhan tahun di kediaman x, entah karena punya hubungan dekat atau punya hutang jasa yang tidak bisa di gantikan dengan nominal, ia pasti akan rela bekerja di bawahnya bertahun-tahun mungkin sampai mati pun.
Mobil berhenti tepat di perkarangan rumah. Mang Asep membukakan pintu mobil untuk Nona mudanya. Tak lupa Risya berterima kasih sebelum memasuki pintu rumahnya. Ia sempat menengok ke garasi, motor Sigra tidak ada di sana. Jadi kemana anak itu?
Risya geleng-geleng kepala, dasar anak muda ucapnya dalam hati. Ia menaiki tangga perlahan sampai pada pintu kamarnya. Ia membuka pintu, kemudian melangkah masuk dan melemparkan tas yang ia kenakan ke sembarang arah.
Ia langsung berbaring dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu. Ia ingin tidur. Boleh kah? Sebentar saja.
................
Rey merenggangkan otot tangannya. Pinggangnya juga sakit. Kegiatan ini bisa membuatnya pegal linu setelahnya. Setelah tadi membersihkan taman, mereka berlima tengah berteduh di bawah pohon besar nan rindang. Sekedar bernafas lega untuk hari ini sebelum memulai hari esok lagi. Sedangkan perempuan yang di hukum bersama mereka sudah pulang lebih dulu.
Mereka duduk selonjoran di atas rerumputan taman sambil mengipasi diri masing-masing di bantu oleh angin yang berhembus sejuk ke arah mereka.
"Setelah ini mau kemana?" Celetuk Angga. Ia berbaring di kaki Rizhan, seragam atasnya sudah ia lepas dan berganti dengan kaos hitam miliknya.
"Gue pulang aja dah. Lemes banget gak di semangatin ayang," ucap Rey. Setelah itu kepalanya di geplak oleh Rizhan.
"Limis bingit gik di simingitin iying!!" Angga meledek Rey dengan ekspresi yang begitu jelek.
Sigra melirik jam di pergelangan tangannya. "Pulang." Satu kata yang keluar dari mulut Sigra membuat mereka semua beranjak dan bersiap untuk pulang, bahkan Relvan yang notabene-nya adalah ketua dari mereka pun ikut beranjak mengikuti ucapan wakilnya.
"Besok weekend, mau nginep di apartemen gue gak?" Tanya Rey sambil memasang helm di kepalanya.
"Nggak. Bokap nyokap ke luar kota," ucap Sigra. Ia menyalakan mesin motornya.
"Kagak ilang juga kali rumah lu kalau di tinggalin. Biasanya juga gak apa-apa kan."
"Ck. Gak bisa," tegas Sigra.
"Nanti aja Rey tunggu yang lain bisa kumpul," ucap Relvan. Rey mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah, pulang aja yuk!" Ajak Rizhan. Ia mengenakan helmnya. Rizhan memakai motor ninjanya sendiri. Jangan salah ya kalian, walau tubuhnya lebih pendek dari yang lain, tapi ia sampai kok menaikinya.
Mereka mengangguk kemudian melajukan motornya menuju tempat masing-masing.
**
Sigra melepas seragamnya saat sudah tiba di kamarnya. Ia merendam tubuhnya di bath up untuk menenangkan pikirannya. Ia memejamkan matanya sambil mencoba rileks.
Tadi malam ia bermimpi aneh. Seorang gadis yang memakai gaun putih. Ia begitu cantik walau tak terlihat rupanya. Gadis itu menggenggam tangan Sigra, terasa lembut sampai membekas di hatinya.
Sayangi dia, nanti kamu akan tahu yang sebenarnya. Dan Kamu cukup pintar untuk menyadari itu semua.
Itu yang diucapkan gadis bergaun putih sebelum menghilang sepenuhnya dari pandangan Sigra. Seolah-olah ia mengatakan bahwa Sigra dapat menangkap ucapannya dan mengerti perkataannya. Tapi nyatanya yang terjadi adalah Sigra sama sekali tidak mengerti arti di balik semuanya.
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Putri Minwa
Sigra mimpi apaan tuh
2022-10-21
2
Nur Khasanah
author kenapa mama ku kau jadikan pembantu hah?.......
gak di sinetron, gak novel nama mama ku jadi legenda banget ya.
2022-09-11
2
Dehan
Wihhhh adem banget tuh..
2022-08-08
2