Baru saja hendak menyalakan motor, sebuah suara menghentikan pergerakan mereka. "Kak Sigra,bisa anterin ak--"
"Gak bisa. Udah gue booking." Risya lebih dulu memotong ucapan Nina. Iya, yang berbicara tadi adalah Nina. Pasti nih bocah mau nebeng tebak nya yakin.
"Tap-"
"Gak bisa," potongnya lagi. Risya dengan santainya memeluk Sigra dari belakang dengan kepala yang ia senderkan.
"Boleh ya kak?" Wajah Nina nampak memelas seolah memohon pada Sigra.
"Sorry," ucap Sigra seolah mengatakan bahwa ia berpihak pada ucapan Risya. Sigra menatap Angga dan menyuruhnya untuk memesan taksi.
"kamu aja yang pakai taksi ya. Biar kak Sigra yang anterin aku. Aku ada keperluan soalnya." Kekeuh Nina sembari menarik tangan Risya.
"Gak." Risya menyentak tangan Nina dan menatap sinis ke arah perempuan itu.
"Emang kamu siapa nya kak Sigra sih? Kok harus di anterin segala?"
"Aku lebih dulu kenal sama kak Sigra. Sedangkan kamu kan hanya orang baru di antara mereka."
Raut wajah Risya seketika berubah saat mendengar kata 'aku lebih dulu kenal'. Perubahan itu di sadari oleh sang abang. Sigra sigap mengusap tangan adik nya saat merasa pelukan Risya mengerat.
"Udah lah Nin. Tadi gue udah pesenin taksi. Lagian Sigra juga emang gak bisa nganterin." Ujar Angga menengahi dan menetralkan suasana di antara mereka.
Akhir nya Nina menganggukkan kepala pasrah menyetujui perkataan Angga. Ia menurunkan pandangan memandang ke arah lantai parkiran. Kasihan juga bila ditinggalkan sendirian jadi mereka akan menunggu sebentar sampai taksi yang dipesankan datang.
Rizhan yang sudah bosan pun mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sekolah sudah nampak sepi. Di parkiran sini hanya tertinggal beberapa motor saja, sepertinya itu motor anak OSIS atau yang masih punya kepentingan di dalam sekolah. Di parkiran guru pun masih ada beberapa juga.
Saat pandangan nya mengarah pada Nina, netra nya tak sengaja menatap tangan Nina yang terkepal kuat semacam sedang menahan luapan sebuah emosi.
"Nina tangan nya jangan di gituin. Kuku kamu panjang, nanti luka." Ucap Rizhan.
Wajah Nina nampak menegang mendengar ucapan Rizhan. Yang lain pun ikut menoleh dan menatap tangan Nina yang sedikit berdarah akibat kuku nya.
"Kenapa Nin?" Tanya Angga bingung.
Nina mengedip pelan. Ia tergagap. Jawaban nya seperti terbubu-buru. "Hah? N-nggak papa kak. Aku duluan. M-makasih, taksinya udah sampai." Ia melenggang pergi dari hadapan mereka.
Mereka terdiam. Saling bertanya lewat pandangan mata. Ada apa dengan Nina?
•
•
•
•
Kamar bercorak silver putih dengan aroma yang menyenangkan membuat Risya memilih tidak keluar dari kamar. Aroma kamar ini persis dengan aroma kamar nya dulu. Vanilla, wangi nya sungguh menenangkan. Ia menyukai itu.
Rumah nya sangat sepi. Mommy dan daddy tak ada di rumah. Mereka pergi ke luar kota, kata nya ada kendala proyek di sana.
Sehabis pulang tadi ia habiskan dengan rebahan, ngemil dan menonton drama korea. Tak ada kerjaan memang. Semua pekerjaan rumah kan sudah di ambil alih asisten rumah tangga.
Risya menyenderkan punggung di headboard kasur. Ia membenarkan posisi duduk agar terasa nyaman. Laptop ia taruh di atas bantal yang ia letakan di atas paha.
Ia mengklik dan menonton series drama terbaru korea. Mata Risya fokus pada layar laptop. Sedangkan tangan nya sibuk memasukan cemilan ke dalam mulut yang tak berhenti mengunyah sedari tadi. Biar saja lah gendut, nanti bisa di kurusin. Kalau mampu.
Klek!
Risya terjengit kaget dan hampir saja melempar laptop yang ada di paha. Pintu kamar tiba-tiba dibuka, menampilkan sosok abang nya yang masuk dengan wajah tanpa dosa. Risya mendelik sebal. Jantung nya hampir saja melorot ke usus.
"Gak sopan! Masuk kamar orang gak ketuk pintu dulu," tukas nya kesal.
Tanpa rasa bersalah, Sigra merebahkan diri di kasur empuk milik sang adik. Dan bukan nya meminta maaf ia malah membalas keluhan Risya dengan pertanyaan.
"Udah makan?" Tanya Sigra seraya menatap Risya bawah.
"Gak lihat?" sahut Risya.
Risya menyelis sinis dengan mulut yang penuh dengan makanan. Sigra nampak menghela nafas panjang, memejamkan mata sesaat dan mengurut pangkal hidung.
"Masih marah ya karena kejadian tadi?" Tanya nya sambil menatap Risya.
Masih nanya lagi! Ingin sekali Risya berteriak di depan wajah sigra. Tapi tak bisa, alhasil ia hanya bisa mengumpati nya dalam hati.
Kalian tahu? Tadi sehabis pulang sekolah, mereka mampir dulu ke toko kue membeli titipan mommy. Saat itu Risya kebelet dan lari ke kamar mandi. Saat keluar dari sana, ia sudah tak melihat Sigra di toko kue. Ia sampai bertanya pada penjaga kasir, katan ya lelaki itu sudah pulang duluan. O*su! Masa ia ditinggal?! Mood nya itu sudah buruk karena kejadian di parkiran tadi, sekarang malah di tambah oleh Sigra. Ckckck... hancur sudah!
"Abang gak sengaja. Karena udah biasa sendirian, jadi lupa kalau tadi abang bawa orang. Nama nya juga manusia kan bisa pelupa," terang Sigra dengan alasan logis.
"Tapi kan abang balik lagi buat ngambil kamu disana."
Dikira apaan kali ya gue pake di ambil segala! gerutu Risya dalam hati.
Risya tak menghiraukan ocehan Sigra. Ia tetap fokus pada layar laptop. Sebenar nya mendengar, tapi ia malas meladeni. Merasa tak dihiraukan, Sigra menghalangi tontonan Risya dengan tangan besar nya.
"Awas ih!" Keluh Risya.
Risya menjauhkan tangan Sigra dari hadapan nya. Ia sedikit bergeser agak menjauh dari makhluk menyebalkan ini.
"Abang nanti mau nongkrong," ucap Sigra memberitahukan Risya bahwa nanti ia tak ada di rumah.
Risya masih tak bergeming. Ia tetap diam dan meneruskan kegiatan nya. Sigra berdecak kesal melihat nya. Apa dia ini kurang menarik di mata Risya?
Sigra dengan segala cara menarik perhatian Risya. Sia-sia. ia sudah lelah. Mata Sigra berkaca-kaca karena tak di respon, bibir nya ikut melengkung ke bawah. Ia meledakkan tangis sambil berguling ke sana kemari di atas kasur.
"Huaaaa cacaaa.."
"Berisik!" Risya melotot garang. Sungguh ia jengah sekali.
"Caca... Jangan galak-galak," ucap Sigra dengan berurai air mata. Hidung serta pipi pun sudah memerah. Abang nya terlihat begitu menggemaskan di mata Risya. Jadi tak tega deh memarahi bocah tampan ini.
"Gak usah nangis! Muka lu jelek mirip kudanil." ketus Risya. Bukan nya berhenti, tangisan abang nya makin menjadi-jadi.
Risya menghela nafas sabar. Ia menutup laptopn. Menaruh nya di atas meja nakas. Ia menghadap ke arah Sigra dan melembutkan tatapan nya.
"Kenapa?" Tanya Risya pada akhir nya.
Sigra menghapus air mata, sesegukan. Tangan nya menggenggam tangan mungil Risya dan memainkan jari jari nya. Pun Risya membiarkan nya saja.
"Ayen mau kumpul sama temen," ujar Sigra mengutarakan niat hati nya. Risya mengernyit, kumpul kan tinggal kumpul. lalu apa hubungan nya dengan dia?
"Iya nggak apa apa." Risya mengiyakan. Tapi respon abang nya setelah itu malah membuat dahi Risya berkerut.
"Kok nggak papa?" Tanya Sigra seraya mengerucutkan bibir.
"Ya udah gak boleh."
"Kok gitu?!" Tanya Sigra lagi dengan nada protes.
Tuh kan! Dia ini meng-aneh. Risya memijit kepalanya, pusing.
Risya bingung sendiri. Risya memang tak di beri ingatan sama sekali oleh Risya asli tentang kedekatan dia dengan Sigra. Tapi jika di rasa dari respon tubuh, seperti nya Risya asli tidak dekat dengan Sigra.
Lalu kenapa Sigra bertingkah kekanakan di depan nya dan lagi ia seperti tidak ingin Risya menjauh dari nya?
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Ida Blado
,lotus putih tuh pasti
2023-02-02
0
Putri Maharani
iya bener, penasaran dengan risya asli sebenernya dekat ga dengan sigra
2022-12-03
0
Putri Maharani
astaga humor mu thor berhasil membuatku terkejut bukan tertawa, kayak kasus yg sekarang sedang on, ditembak sampe otaknya udah ga ada lagi dikepala. tau lah ya siapa.
2022-12-03
0