Setelah kejadian di koridor, Risya terlihat melamun dan pikirannya melayang jauh. Tempat duduknya berada di barisan belakang dekat jendela yang mengarah pada lapangan. Menikmati sejuknya angin yang berhembus menerpa wajah dan sedikit menerbangkan helai rambut panjangnya.
Pandangannya terarah pada lapangan yang terlihat ramai oleh murid yang berolahraga. Hari ini kelasnya belajar sendiri. Gurunya tidak masuk karena anaknya sedang sakit, katanya.
Ia tak menyangka ternyata murid-murid disini sama saja dengan di dunianya dulu. Mereka juga suka bergosip ria, bercanda,saling menjahili satu sama lain, bertukar pendapat dan cerita, dan masih banyak lagi.
Risya sendiri memilih termenung tanpa mendengarkan ocehan anak-anak di kelasnya. Toh dia juga tidak terlalu kenal dengan mereka. Ia memang melamun tapi tidak dengan pikirannya yang masih bekerja. Menerka-nerka sampai mana alur novel sudah berjalan. Memikirkan itu membuatnya kembali memutar soal kejadian tadi.
"Lu bisa gak sih kalo jalan itu pake mata!" bentak seorang perempuan dengan amarah.
"J-jalan kan pakai kaki Soya..." cicit si penabrak pelan.
"Bagus! lu udah berani ya sama gue sekarang?!"
Soya? Apa Soya Aila Aldic si antagonis wanita? terka Risya ketika mendengar nama yang disebutkan itu. Ia harus memastikan nya terlebih dahulu. Jika itu antagonis, berarti yang satunya adalah protagonis Nina Erabel.
"*Hei, mereka kenapa?" Tanya Risya pada salah satu siswi disampingnya, beberapa murid yang lain juga menatap ke arahnya.
Siswi itu nampak sedikit terkejut dan takut. Ia menyenggol lengan temannya dan dilakukan balik oleh temannya lagi. Mereka saling senggol-menyenggol untuk menjawab*.
"Lu yang jawab!"
"Lu aja sana!"
"Lu aja!"
Keduanya saling berbisik. Risya jadi aneh sendiri melihat tingkah mereka. Kenapa lagi mereka ini? Apa wajahnya menakutkan? Atau pertanyaannya yang terlalu sulit? Masa sih? pikirnya tak percaya.
"Mereka kenapa?" Risya mengulang pertanyaannya.
"T-tadi kak Nina nabrak kak Soya. M-mungkin gak gak sengaja tapi kak Soya gak terima." jawab salah satunya gugup.
"Ya iyalah gak terima!" sahut teman satunya lagi. "Lu tau tadi Nina bawa beberapa buku paket yang berat itu. Gak tau kenapa bisa ketabrak, terus bukunya jatuh kena kaki Soya anj*r!"
Risya menaikkan sebelah alisnya, kejadian Nina membawa buku? Bukankah itu harusnya terjadi di depan perpustakaan saat Nina keluar membawa buku, ia menabrak Soya yang hendak masuk karena kelas mereka di suruh belajar di sana. Mereka adu mulut dan saling jambak sampai kedatangan pemeran utama pria yang memisahkan mereka. Tapi kenapa jadi di koridor?
Ia meringis kesal mengingat semua itu. Kejadian seharusnya kan seperti itu, lalu tadi kenapa hanya Soya saja? Nina malah terlihat lemah dan tidak bisa melawan. Padahal di dalam buku ia menentang keras perlakuan Soya.
Berarti ada kemungkinan adegan kedepannya juga bisa berubah. Risya harus berhati-hati. Sebenarnya ia tidak suka juga dengan novel romansa. Agak lebay dan sedikit geli ketika membacanya. Tapi karena sekarang ia juga sudah termasuk ke dalam bagiannya, mau tak mau ia akan bertindak dan ikut campur tangan merubah nasib antagonis yang tersiksa berakhir bahagia. Semoga.
Tak!
Sebuah gumpalan kertas mengenai kepalanya. Ia menoleh,mengernyit. Menatap mereka semua yang terdiam kaku. Kelas mendadak senyap seperti tak berpenghuni.
"Siapa?" tanyanya membuyarkan keheningan kelas. Ia jadi bingung karena tak ada seorang pun yang membuka mulut.
"Budi noh yang lempar!" seseorang menjawab dengan cepat.
"Kok Budi? Bagas tuh!" Sahut satunya lagi.
"Si Yono kali!"
"Gue kagak ikutan. Ngapa di bawa-bawa?!"
Risya meng-capek disini. Ia merasakan dejavu. Apa sih yang mereka debatkan?? Tinggal mengaku saja kan beres. Ia juga tak akan marah, hanya sebuah kertas itu tidak sakit. Lain hal jika kena mukanya sih, mungkin ia cuma akan mengamuk.
................
Bel istirahat telah berbunyi, banyak murid yang berbondong-bondong menuju kafetaria untuk mengisi perutnya. Tapi tidak dengan dua manusia yang berbeda gender ini. Mereka memilih pergi ke taman belakang sekolah
"Apaan sih lu narik-narik gue! Gue masih marah ya monyet!"
"gue gak sengaja."
"Gak sengaja biji mata lu! Sakit dodol!"
"Tangan gue tiba-tiba gerak sendiri Ya."
"Bohong! Lu namparnya gak ada adab banget. Punya dendam lu sama gue?!"
"Lu juga nonjoknya kencang banget. Untung gak bonyok muka ganteng gue."
"Muka ganteng, muka ganteng. Muka monyet yang ada!"
"Papa lu monyet!"
"PAPA ANG-- mmppphhh." Angga membekap mulut berisik Soya dengan tangan besarnya.
Ya, Angga dan Soya lah dua makhluk yang memilih pergi ke taman belakang. Lebih tepatnya, Angga yang menarik Soya.
"Ajhswjkaahhq!" Soya bergumam tidak jelas, Angga bingung mendengarnya.
"Apaan nyet?"
Ia menepis kasar tangan Angga. "Tangan lu lepasin ege! Asin banget!" Keluh Soya sambil melepeh-lepehkan mulutnya.
"Jadi apaan lu narik gue kesini? Kalo gak penting gue tendang lu ke pluto!" Lanjutnya lagi sambil duduk di bangku taman.
Angga juga melakukan hal serupa, ia duduk di samping Soya dan menatapnya. Wajah Angga nampak serius kali ini, Soya jadi ikut serius melihatnya.
"Gue mau.." Angga menjeda kalimatnya. "Mau pinjem duit." sambungnya cengengesan.
Seketika Soya langsung memukuli Angga menggunakan jaket yang ia bawa. S*alan memang! Sudah serius masa di kibulin?!
"Awh!! Iya iya.. berhenti dulu!" keluhnya pada Soya yang masih memukuli dirinya.
Soya nampak menghentikan aksinya. "Cepetan ngomongnya!! Gue orang sibuk gak ada waktu!"
"Gegayaan lu!"
"Tapi gue serius ini..." ucap Angga serius menatap Soya. "lu bisa gak nyerah aja ngejar Relvan?"
"Alasannya?"
"Dia udah punya Nina kan. Lu juga berani banget gangguin milik dia. Lu gak tau ya dia itu orangnya kek gimana?"
"Kenapa gak lu suruh aja tu uler yang jauh-jauh dari Relvan gue!"
"Hidung Lo buta ya?"
"Mata kali!" timpal Soya.
"Iye mata. Mata lo buta?!" Ucap Angga mengulang.
"Itu kambing darat udah jadi milik Relvan ogeb. Bisa kena gibeng pak bos gue kalo misahin!" Omel Angga.
Walaupun Angga SEDIKIT tak suka dengan Nina tapi ia juga tak membenarkan tindakan Soya terhadapnya.
Soya menarik nafas dalam-dalam, menghembuskan nya perlahan. Ia menatap lurus ke depan. Matanya sedikit berkaca dan sendu. Seperti menyiratkan sebuah kesedihan itu yang terlihat di mata Angga.
"Maaf.."
"Gue juga gak bisa. Gue udah terlanjur suka sama tuh orang. Gue cinta. Gue gak bisa berhenti buat terus suka sama dia. Gue gak bisa Angga."
"Gue pengen berhenti. Berhenti ngejar dia. Berhenti berharap sama dia. Tapi.. tapi gue gak.." ia tak sanggup melanjutkan. Ucapannya terhenti diantara kerongkongan dan mulut. Rasanya sesak, perih dan menyakitkan.
"Gue gak bisa... sorry." Ia menyapu kasar air mata yang menetes begitu saja. Beranjak pergi meninggalkan Angga sendiri.
"Soya... Gue cuma takut Lo kenapa-kenapa."
"Kenapa lu suka banget nyiksa diri lu sendiri.." gumamnya lirih menatap kepergian Soya tanpa berniat mencegahnya.
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Putri Maharani
anjayyy
2022-11-20
0
Rini Antika
Astagfirulloh, ngomong monyetnya jgn sambil lihatin muka aku dong..🤭 Aku hadir De, semangat terus ya..💪💪
2022-08-19
2
Rini Antika
dmn" pasti saja semua orang doyannya gibah..🤭
2022-08-19
2