Bab 18 | Para Lelaki Tampan

*Risya POV

Bel istirahat pertama berbunyi. Teman-teman yang lain sudah berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya. Aku masih setia duduk tanpa beranjak sedikit pun. Tidak sendiri, ada Alby yang duduk di depanku.

Ia datang tak lama setelah bel masuk berbunyi, tapi sedari tadi ia hanya diam tak tahu kenapa. Wajahnya terlihat muram. Aku jadi kepo sedikit, biasanya Alby akan selalu menyapaku walau terkadang aku tak meresponnya. Apa dia sudah bosan menyapaku ya?

Alby meletakkan kepalanya di atas tangan yang ia lipat di atas meja. Kepalanya ia miringkan menghadap dinding. Tak bergerak dan tak bersuara. Apa ia sakit? Kenapa malah aku yang jadi khawatir padanya.

Aku terdiam menatapnya beberapa detik, kemudian beranjak dan duduk di atas mejanya. Tubuhku menghadap ke arah belakang dan membelakangi papan tulis.

Alby masih tak bergeming, ia masih tetap dengan posisinya. Beneran sakit atau apa? apa ia tidur? Karena rasa penasaran ku tinggi aku dengan perlahan mengangkat tangan dan meletakkan nya pada dahi Alby. Tidak panas sama sekali. Jadi dia kenapa?

Alby sedikit terkejut nampaknya, sentakan kepalanya terasa di tanganku. Tapi ia tetap tak mengubah posisinya, tetap menghadap tembok dan tak menghiraukan aku. Aku menjauhkan tanganku dari dahinya, lalu berucap "lu sakit? Kalau sakit mending ke UKS sana."

Ia hanya diam. Aku menghela nafas, rada kesal juga di dalam hati. "Gue gak mau jadi saksi kalau lu mati di kelas ini."

Ucapanku ternyata berefek padanya. Ia bergeming, dan merubah posisi kepalanya juga mengubah arah pandangnya menghadapku dengan menatapku dari arah bawah. Aku tak langsung menengok ke arahnya, aku malah memandang ke luar jendela tapi aku tahu bahwa dia memandangiku.

Alby terkekeh, "Kenapa gak mau?" Tanyanya.

Suaranya agak serak, apa memang serak ya? Aku tak terlalu memperhatikan suara maupun orangnya. Hanya memperhatikan setiap kalimat yang ia lontarkan.

Kalau dilihat Alby juga tampan, lelaki berambut hitam dan berkulit putih, wajahnya soft, bulu matanya lentik dan hidungnya mancung, pipinya sedikit berisi dan kalau tersenyum memang sangat manis.

Cara dia memperlakukan perempuan itu kayak le mineral, ada manis-manisnya. Aku menyukainya. Menyukai perlakuannya, bukan orangnya. Xixixi:D

"Kita gak kenal," ucapku datar. Ia tertawa, lalu menegakan posisi duduknya. Meraih tanganku dan menjabatnya. "Kenalin gue Alby Hidayat. Calon sepupu ipar lu di masa depan," ucapnya dengan senyuman yang mampu menggetarkan hati para gadis di luaran sana.

*Risya POV end

..........

Alby melepaskan jabatan tangannya lalu tersenyum tipis kala melihat tanda kebingungan di wajah Risya.

"Maksudnya?" tanya Risya sambil mengerjap cepat.

Alby mengangkat bahunya. "Nggak ada," jawabnya enteng.

Risya mengernyit sesaat kemudian berdecak dan beranjak meninggalkan Alby. Tapi terhenti saat merasa sesuatu menarik bajunya. Ia membalikkan kepalanya menatap tangan yang menarik ujung almamaternya. Ia menatap sejurus pada pemilik tangan, "kenapa?" tanyanya.

"Mau kemana?" balas Alby dengan pertanyaan. Ia masih memegang dan tak melepaskan tangannya dari baju Risya.

"Makan," sahut Risya singkat.

Risya berniat melepaskan tangan Alby tapi malah tangannya yang di genggam erat oleh lawan bicaranya. Ia ingin protes, tapi Alby lebih dulu menariknya keluar dan Risya hanya bisa pasrah mengikutinya.

Mereka berdua menuju kafetaria sekolah yang menyediakan berbagai macam makanan. Tidak berbagai macam juga sih, tapi beberapa makanan. Kafetaria terlihat ramai karena diisi oleh para siswa yang dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Bahkan guru-guru pun memilih duduk di sini. Karena posisi tempat ini ada di lantai dua jadi, di sisi tembok kanan dan kiri di beri dinding kaca. Bertujuan agar mereka bisa dengan nyaman menikmati makanannya dan menikmati pemandangan di luar kaca.

"Lu pilih tempat duduk, biar gue yang ambilin makanan lu," ucap Alby menepuk dua kali kepala Risya.

Risya mengangguk, "nasi goreng ya," pintanya.

Alby memberikan jempol dan berlalu menuju stand makanan. Risya menepuk jidatnya sendiri, lupa mengatakan kalau ia juga perlu minum. Biar lah, Alby pasti orang yang peka.

Meja di ujung sana nampak kosong, Risya dengan cepat menuju ke sana sebelum orang lain mendahuluinya. Ia Menarik kursi dan duduk dengan anteng sambil menunggu kedatangan Alby. Risya terdiam, ia masih tidak paham apa maksud ucapan Alby di kelas tadi. Tapi ia tak mau terlalu memikirkannya, ia lihat Alby itu suka bercanda jadi pasti ini cuma lawakannya.

"Kita gabung di sini ya?"

Risya mendongak menatap ke asal suara. Lima lelaki tampan dengan wajah bak dewa Yunani. Ketampanan yang luar biasa, yang bisa mengikat hati siapa saja termasuk Risya, tapi ia sadar diri karena mereka cuma fiksi. Ia sampai tak menyadari salah satu diantaranya. Dan sibuk menelisik rupa mereka.

Yang pertama menarik perhatiannya adalah lelaki yang tubuhnya lebih pendek di antara yang lain. Rizhan namanya. Wajahnya imut dengan pipi bulat yangberisi, dan ia memiliki lesung pipi di pipinya. Kulitnya putih, dengan rambut hitamnya yang menjuntai menutupi dahinya. Tinggi badannya hanya sekitar seratus enam puluh centimeter saja sedangkan teman-temannya sekitar seratus delapan puluh centimeter atau lebih. Ia berdiri di antara mereka bagaikan bunga di antara pohon-pohon.

Yang kedua, lelaki bernama Ryshaka. Yang berarti kekuatan serta maskulinitas. Sesuai dengan namanya, Ryshaka, ia punya tubuh yang kekar dapat di lihat dari otot tangannya dan urat yang menyembul keluar. Di dukung dengan tinggi badannya yang standar lelaki pada umumnya. Sungguh ia lelaki yang sangat tampan. Rambut hitam yang di belah tengah, hidung mancung dan memiliki rahang yang tegas.

Ketiga adalah Erlangga. Nama belakangnya ada tertulis Lee, apa itu marganya? Jika dilihat dari wajahnya memang antara campuran lokal dan luar. Wajahnya seperti lelaki soft boy dan good boy, tapi jangan dinilai dari wajahnya. Biasanya sifat tak mesti mengikuti wujudnya.

Dan yang keempat adalah Relvano. Anak terkaya nomor dua setelah keluarga Risya. Lelaki tertampan di novel walau yang lain juga tampan tapi Relvano adalah tokoh utamanya jadi ketampanannya harus di atas yang lainnya. Wajahnya seperti bule dan sedikit ada campuran wajah Korea juga. Matanya tajam, hidungnya mancung dan rahangnya tegas. Wajahnya sangat tampan, badannya juga kekar dan tinggi. Jika berpakaian formal mungkin ia sudah terlihat seperti hot daddy.

Risya tak bisa lagi menjelaskannya, ia tidak sanggup. Sungguh, makhluk-makhluk di dalam sini luar biasa tampan dan cantiknya. Ia jadi insecure jika di dunia nyata.

Dan yang terakhir..

Risya terdiam, pandangannya tiba-tiba menjadi gelap dan ia tak dapat melihat semuanya..

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...tbc...

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

kk hadir thor, semangat terus ya

2022-10-21

1

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Likenya mampir Kak...

2022-10-02

1

Dehan

Dehan

aku lagi hamil nih thor, seketika aku jadi pengen nasi goreng gara2 risya😂😂
celamitan ya 😂

2022-08-04

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 | Transmigrasi
2 Bab 2 | Novel
3 Bab 3 | Penyebab?
4 Bab 4 | Kesedihan dan Kerinduan
5 Bab 5 | Sekolah
6 Bab 6 | Pertengkaran
7 Bab 7 | Sesuatu Yang Sulit
8 Bab 8 | Pulang Bersama
9 Bab 9 | Ada Apa?
10 Bab 10 | Berkumpul
11 Bab 11 | Wajah yang familiar
12 Bab 12 | Ingin Menjadi Teman
13 Bab 13 | Informasi Tak Terduga
14 Bab 14 | Tuduhan
15 Bab 15 | Membalik Fakta
16 Bab 16 | Gosip
17 Bab 17 | Masalah Baru?
18 Bab 18 | Para Lelaki Tampan
19 Bab 19 | Perhatian
20 Bab 20 | Sebuah Pesan
21 Bab 21 | Surat Dan Obat
22 Bab 22 | Pergi
23 Bab 23 | Kilas balik Memori
24 Bab 24 | Menyelidiki
25 Bab 25 | Pasar Malam
26 Bab 26 | Hilangnya Risya
27 Bab 27 | Penjelasan
28 Bab 28 | Tamu Dadakan
29 Bab 29 | Permintaan Maaf
30 Bab 30 | Terlambat
31 Bab 31 | Murid Baru
32 Bab 32 | Perihal Dia
33 Bab 33 | Waspada
34 Bab 34 | Keadaan yang Memanas
35 Bab 35 | Hukuman
36 Bab 36 | About Festival
37 Bab 37 | Rumor
38 Bab 38 | Bimbang
39 Bab 39 | Pemberian Sigra
40 Bab 40 | Bertemu
41 Bab 41 | Astraphobia
42 Bab 42 | Mulai Berubah
43 Bab 43 | Mencoba
44 Bab 44 | Diculik
45 Bab 45 | Salah Target
46 Bab 46 | Sandera
47 Bab 47 | Target Kedua
48 Bab 48 | Penyelamatan
49 Bab 49 | Sekelabat Rasa
50 Bab 50 | Last practice
51 Bab 51 | Hari H
52 Bab 52 | Heboh
53 Bab 53 | Heboh Pt.2
54 Bab 54 | Untuk Kamu
55 Bab 55 | Anjing Penurut
56 Bab 56 | Insiden
57 Bab 57 | Syarat
58 Bab 58 | Happy Birthday To You
59 Bab 59 | Menjenguk
60 Bab 60 | No title
61 Bab 61 | Tukang Rusuh Comeback
62 Bab 62 | Diam-diam Cemburu
63 Bab 63 | Tempat Ternyaman untuk Pulang
64 Bab 64 | Masih Sama
65 Bab 65 | Desvita
66 Bab 66 | Ternyata Adik Angkasa
67 Bab 67 | Jalan-jalan
68 Bab 68 | Kacau
69 Bab 69 | Kena Omel Angga
70 Bab 70 | DNLM
71 Bab 71 | Tantangan Geng Sebelah
72 Bab 72 | Tabrak Lari
73 Bab 73 | Rumah Sakit
74 Bab 74 | Why?
75 Bab 75 | Kembali?
76 Bab 76 | Weak Heart
77 Bab 77 | Ulat Bulu Beraksi
78 Bab 78 | Mengunjungi Relvan
79 Bab 79 | Sadar
80 Bab 80 | Bersama Mereka Lagi
81 Bab 81 | Don't Cry
82 Bab 82 | Mulai Mendekati
83 Bab 83 | DNLM
84 Bab 84 | DNLM
85 Bab 85 | She Misses
86 Bab 86 | Kunjungan A dan R
87 Bab 87 | Menghabiskan Waktu Bersama
88 Bab 88 | DNLM
89 Bab 89 | Rasa Yang Tak Asing
90 Bab 90 | Bullying
91 Bab 91 | Tersangka
92 Bab 92 | Jangan Khawatir, Soya
93 Bab 93 | Memilih Diam
94 Bab 94 | File Rahasia
95 Bab 95 | DNLM
96 Bab 96 | DNLM
97 Bab 97 | DNLM
98 Bab 98 | DNLM
99 Bab 99 | DNLM
100 Bab 100 | Batin Yang Masih Terasa Jauh
101 Bab 101 | Terlepas Dari Semuanya
102 Bab 102 | Permintaan Maaf Darinya
103 Bab 103 | I Don't Know
104 Bab 104 | DNLM
105 Bab 105 | Caper?
106 Bab 106 | Terang-terangan
107 Bab 107 | Hujan
108 Bab 108 | Pelukan Untuk Menenangkan
109 Bab 109 | Berasumsi
110 Bab 110 | DNLM
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 | Transmigrasi
2
Bab 2 | Novel
3
Bab 3 | Penyebab?
4
Bab 4 | Kesedihan dan Kerinduan
5
Bab 5 | Sekolah
6
Bab 6 | Pertengkaran
7
Bab 7 | Sesuatu Yang Sulit
8
Bab 8 | Pulang Bersama
9
Bab 9 | Ada Apa?
10
Bab 10 | Berkumpul
11
Bab 11 | Wajah yang familiar
12
Bab 12 | Ingin Menjadi Teman
13
Bab 13 | Informasi Tak Terduga
14
Bab 14 | Tuduhan
15
Bab 15 | Membalik Fakta
16
Bab 16 | Gosip
17
Bab 17 | Masalah Baru?
18
Bab 18 | Para Lelaki Tampan
19
Bab 19 | Perhatian
20
Bab 20 | Sebuah Pesan
21
Bab 21 | Surat Dan Obat
22
Bab 22 | Pergi
23
Bab 23 | Kilas balik Memori
24
Bab 24 | Menyelidiki
25
Bab 25 | Pasar Malam
26
Bab 26 | Hilangnya Risya
27
Bab 27 | Penjelasan
28
Bab 28 | Tamu Dadakan
29
Bab 29 | Permintaan Maaf
30
Bab 30 | Terlambat
31
Bab 31 | Murid Baru
32
Bab 32 | Perihal Dia
33
Bab 33 | Waspada
34
Bab 34 | Keadaan yang Memanas
35
Bab 35 | Hukuman
36
Bab 36 | About Festival
37
Bab 37 | Rumor
38
Bab 38 | Bimbang
39
Bab 39 | Pemberian Sigra
40
Bab 40 | Bertemu
41
Bab 41 | Astraphobia
42
Bab 42 | Mulai Berubah
43
Bab 43 | Mencoba
44
Bab 44 | Diculik
45
Bab 45 | Salah Target
46
Bab 46 | Sandera
47
Bab 47 | Target Kedua
48
Bab 48 | Penyelamatan
49
Bab 49 | Sekelabat Rasa
50
Bab 50 | Last practice
51
Bab 51 | Hari H
52
Bab 52 | Heboh
53
Bab 53 | Heboh Pt.2
54
Bab 54 | Untuk Kamu
55
Bab 55 | Anjing Penurut
56
Bab 56 | Insiden
57
Bab 57 | Syarat
58
Bab 58 | Happy Birthday To You
59
Bab 59 | Menjenguk
60
Bab 60 | No title
61
Bab 61 | Tukang Rusuh Comeback
62
Bab 62 | Diam-diam Cemburu
63
Bab 63 | Tempat Ternyaman untuk Pulang
64
Bab 64 | Masih Sama
65
Bab 65 | Desvita
66
Bab 66 | Ternyata Adik Angkasa
67
Bab 67 | Jalan-jalan
68
Bab 68 | Kacau
69
Bab 69 | Kena Omel Angga
70
Bab 70 | DNLM
71
Bab 71 | Tantangan Geng Sebelah
72
Bab 72 | Tabrak Lari
73
Bab 73 | Rumah Sakit
74
Bab 74 | Why?
75
Bab 75 | Kembali?
76
Bab 76 | Weak Heart
77
Bab 77 | Ulat Bulu Beraksi
78
Bab 78 | Mengunjungi Relvan
79
Bab 79 | Sadar
80
Bab 80 | Bersama Mereka Lagi
81
Bab 81 | Don't Cry
82
Bab 82 | Mulai Mendekati
83
Bab 83 | DNLM
84
Bab 84 | DNLM
85
Bab 85 | She Misses
86
Bab 86 | Kunjungan A dan R
87
Bab 87 | Menghabiskan Waktu Bersama
88
Bab 88 | DNLM
89
Bab 89 | Rasa Yang Tak Asing
90
Bab 90 | Bullying
91
Bab 91 | Tersangka
92
Bab 92 | Jangan Khawatir, Soya
93
Bab 93 | Memilih Diam
94
Bab 94 | File Rahasia
95
Bab 95 | DNLM
96
Bab 96 | DNLM
97
Bab 97 | DNLM
98
Bab 98 | DNLM
99
Bab 99 | DNLM
100
Bab 100 | Batin Yang Masih Terasa Jauh
101
Bab 101 | Terlepas Dari Semuanya
102
Bab 102 | Permintaan Maaf Darinya
103
Bab 103 | I Don't Know
104
Bab 104 | DNLM
105
Bab 105 | Caper?
106
Bab 106 | Terang-terangan
107
Bab 107 | Hujan
108
Bab 108 | Pelukan Untuk Menenangkan
109
Bab 109 | Berasumsi
110
Bab 110 | DNLM
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!