*Risya POV
Bel istirahat pertama berbunyi. Teman-teman yang lain sudah berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya. Aku masih setia duduk tanpa beranjak sedikit pun. Tidak sendiri, ada Alby yang duduk di depanku.
Ia datang tak lama setelah bel masuk berbunyi, tapi sedari tadi ia hanya diam tak tahu kenapa. Wajahnya terlihat muram. Aku jadi kepo sedikit, biasanya Alby akan selalu menyapaku walau terkadang aku tak meresponnya. Apa dia sudah bosan menyapaku ya?
Alby meletakkan kepalanya di atas tangan yang ia lipat di atas meja. Kepalanya ia miringkan menghadap dinding. Tak bergerak dan tak bersuara. Apa ia sakit? Kenapa malah aku yang jadi khawatir padanya.
Aku terdiam menatapnya beberapa detik, kemudian beranjak dan duduk di atas mejanya. Tubuhku menghadap ke arah belakang dan membelakangi papan tulis.
Alby masih tak bergeming, ia masih tetap dengan posisinya. Beneran sakit atau apa? apa ia tidur? Karena rasa penasaran ku tinggi aku dengan perlahan mengangkat tangan dan meletakkan nya pada dahi Alby. Tidak panas sama sekali. Jadi dia kenapa?
Alby sedikit terkejut nampaknya, sentakan kepalanya terasa di tanganku. Tapi ia tetap tak mengubah posisinya, tetap menghadap tembok dan tak menghiraukan aku. Aku menjauhkan tanganku dari dahinya, lalu berucap "lu sakit? Kalau sakit mending ke UKS sana."
Ia hanya diam. Aku menghela nafas, rada kesal juga di dalam hati. "Gue gak mau jadi saksi kalau lu mati di kelas ini."
Ucapanku ternyata berefek padanya. Ia bergeming, dan merubah posisi kepalanya juga mengubah arah pandangnya menghadapku dengan menatapku dari arah bawah. Aku tak langsung menengok ke arahnya, aku malah memandang ke luar jendela tapi aku tahu bahwa dia memandangiku.
Alby terkekeh, "Kenapa gak mau?" Tanyanya.
Suaranya agak serak, apa memang serak ya? Aku tak terlalu memperhatikan suara maupun orangnya. Hanya memperhatikan setiap kalimat yang ia lontarkan.
Kalau dilihat Alby juga tampan, lelaki berambut hitam dan berkulit putih, wajahnya soft, bulu matanya lentik dan hidungnya mancung, pipinya sedikit berisi dan kalau tersenyum memang sangat manis.
Cara dia memperlakukan perempuan itu kayak le mineral, ada manis-manisnya. Aku menyukainya. Menyukai perlakuannya, bukan orangnya. Xixixi:D
"Kita gak kenal," ucapku datar. Ia tertawa, lalu menegakan posisi duduknya. Meraih tanganku dan menjabatnya. "Kenalin gue Alby Hidayat. Calon sepupu ipar lu di masa depan," ucapnya dengan senyuman yang mampu menggetarkan hati para gadis di luaran sana.
*Risya POV end
..........
Alby melepaskan jabatan tangannya lalu tersenyum tipis kala melihat tanda kebingungan di wajah Risya.
"Maksudnya?" tanya Risya sambil mengerjap cepat.
Alby mengangkat bahunya. "Nggak ada," jawabnya enteng.
Risya mengernyit sesaat kemudian berdecak dan beranjak meninggalkan Alby. Tapi terhenti saat merasa sesuatu menarik bajunya. Ia membalikkan kepalanya menatap tangan yang menarik ujung almamaternya. Ia menatap sejurus pada pemilik tangan, "kenapa?" tanyanya.
"Mau kemana?" balas Alby dengan pertanyaan. Ia masih memegang dan tak melepaskan tangannya dari baju Risya.
"Makan," sahut Risya singkat.
Risya berniat melepaskan tangan Alby tapi malah tangannya yang di genggam erat oleh lawan bicaranya. Ia ingin protes, tapi Alby lebih dulu menariknya keluar dan Risya hanya bisa pasrah mengikutinya.
Mereka berdua menuju kafetaria sekolah yang menyediakan berbagai macam makanan. Tidak berbagai macam juga sih, tapi beberapa makanan. Kafetaria terlihat ramai karena diisi oleh para siswa yang dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Bahkan guru-guru pun memilih duduk di sini. Karena posisi tempat ini ada di lantai dua jadi, di sisi tembok kanan dan kiri di beri dinding kaca. Bertujuan agar mereka bisa dengan nyaman menikmati makanannya dan menikmati pemandangan di luar kaca.
"Lu pilih tempat duduk, biar gue yang ambilin makanan lu," ucap Alby menepuk dua kali kepala Risya.
Risya mengangguk, "nasi goreng ya," pintanya.
Alby memberikan jempol dan berlalu menuju stand makanan. Risya menepuk jidatnya sendiri, lupa mengatakan kalau ia juga perlu minum. Biar lah, Alby pasti orang yang peka.
Meja di ujung sana nampak kosong, Risya dengan cepat menuju ke sana sebelum orang lain mendahuluinya. Ia Menarik kursi dan duduk dengan anteng sambil menunggu kedatangan Alby. Risya terdiam, ia masih tidak paham apa maksud ucapan Alby di kelas tadi. Tapi ia tak mau terlalu memikirkannya, ia lihat Alby itu suka bercanda jadi pasti ini cuma lawakannya.
"Kita gabung di sini ya?"
Risya mendongak menatap ke asal suara. Lima lelaki tampan dengan wajah bak dewa Yunani. Ketampanan yang luar biasa, yang bisa mengikat hati siapa saja termasuk Risya, tapi ia sadar diri karena mereka cuma fiksi. Ia sampai tak menyadari salah satu diantaranya. Dan sibuk menelisik rupa mereka.
Yang pertama menarik perhatiannya adalah lelaki yang tubuhnya lebih pendek di antara yang lain. Rizhan namanya. Wajahnya imut dengan pipi bulat yangberisi, dan ia memiliki lesung pipi di pipinya. Kulitnya putih, dengan rambut hitamnya yang menjuntai menutupi dahinya. Tinggi badannya hanya sekitar seratus enam puluh centimeter saja sedangkan teman-temannya sekitar seratus delapan puluh centimeter atau lebih. Ia berdiri di antara mereka bagaikan bunga di antara pohon-pohon.
Yang kedua, lelaki bernama Ryshaka. Yang berarti kekuatan serta maskulinitas. Sesuai dengan namanya, Ryshaka, ia punya tubuh yang kekar dapat di lihat dari otot tangannya dan urat yang menyembul keluar. Di dukung dengan tinggi badannya yang standar lelaki pada umumnya. Sungguh ia lelaki yang sangat tampan. Rambut hitam yang di belah tengah, hidung mancung dan memiliki rahang yang tegas.
Ketiga adalah Erlangga. Nama belakangnya ada tertulis Lee, apa itu marganya? Jika dilihat dari wajahnya memang antara campuran lokal dan luar. Wajahnya seperti lelaki soft boy dan good boy, tapi jangan dinilai dari wajahnya. Biasanya sifat tak mesti mengikuti wujudnya.
Dan yang keempat adalah Relvano. Anak terkaya nomor dua setelah keluarga Risya. Lelaki tertampan di novel walau yang lain juga tampan tapi Relvano adalah tokoh utamanya jadi ketampanannya harus di atas yang lainnya. Wajahnya seperti bule dan sedikit ada campuran wajah Korea juga. Matanya tajam, hidungnya mancung dan rahangnya tegas. Wajahnya sangat tampan, badannya juga kekar dan tinggi. Jika berpakaian formal mungkin ia sudah terlihat seperti hot daddy.
Risya tak bisa lagi menjelaskannya, ia tidak sanggup. Sungguh, makhluk-makhluk di dalam sini luar biasa tampan dan cantiknya. Ia jadi insecure jika di dunia nyata.
Dan yang terakhir..
Risya terdiam, pandangannya tiba-tiba menjadi gelap dan ia tak dapat melihat semuanya..
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Putri Minwa
kk hadir thor, semangat terus ya
2022-10-21
1
Lina Zascia Amandia
Likenya mampir Kak...
2022-10-02
1
Dehan
aku lagi hamil nih thor, seketika aku jadi pengen nasi goreng gara2 risya😂😂
celamitan ya 😂
2022-08-04
2