"Tuan besar sering saja mengutuskan anggotanya mengintai gerak-gerik kita," ucap Harry dengan nada khawatir.
Charles menoleh dengan dingin. "Biarkan saja! Selama ini rubah tua itu hanya berpura-pura di depanku. Sebenarnya dia tidak pernah percaya pada siapa pun," jawabnya dengan suara tegas, matanya menyipit penuh kecurigaan.
Harry mengangguk pelan, masih terlihat ragu. "Apakah kita biarkan saja?" tanya Cannon yang berdiri di belakang mereka.
"Abaikan saja! Kita tetap lakukan tugas kita, jangan menarik perhatiannya!" perintah Charles, memastikan setiap kata terdengar jelas.
"Baik, Bos," jawab Cannon, suaranya penuh kepatuhan.
Di Villa Clisten, teriakan menggema di seluruh ruangan.
"Cepat lanjutkan tugasmu...." teriak Mark, matanya menyala marah pada putrinya yang malang.
Flower, dengan wajah pucat dan tubuh lemah, terpaksa melakukan pekerjaannya. Setiap gerakan tangannya gemetar, kelaparan dan penyakit tampak jelas di wajahnya. Namun, Mark tidak peduli, memaksanya terus bekerja.
"Anak tidak berguna! Sama sekali tidak sebanding dengan kakakmu," bentak Mark, melayangkan pukulan ke kepala Flower dengan kasar.
Flower jatuh tersungkur, tubuhnya terhuyung lemas di lantai.
"Tidak berguna memiliki anak sepertimu, seharusnya aku buang saja," ketus Mark dengan kebencian mendalam.
Dengan air mata berlinang, Flower mengangkat wajahnya, menatap ayahnya penuh luka. "Jangan menyalahkan aku! Yang menjadikan aku tidak berguna karena papa juga. Aku disiksa dan dikurung sehingga tidak bisa keluar dan bekerja di luar. Aku selalu saja menjadi pembantu kalian," jawabnya dengan suara parau.
Plak!
Plak!
Tamparan keras itu membuat pipi Flower merah menyala. Dua tamparan berturut-turut membuatnya terkapar. Mark membungkuk, menarik rambut putrinya dengan kasar.
"Kau masih saja berani melawan. Kurang ajar! Kalau saja aku tidak memberimu makan, apakah kau masih bisa hidup hingga saat ini," bentaknya.
"Selama ini papa hanya memberiku makanan basi, roti basi dan sayuran yang sudah busuk. Apakah semua makanan itu layak dimakan?" balas Flower dengan tangisan penuh keputusasaan.
"Apakah kau tahu, kau sangat menjijikan seperti pelac*r. Kau hanya layak makan makanan basi dan busuk, karena itulah harga dirimu sebusuk makanan itu," ejek Mark dengan nada menghina."Lakukan tugasmu sekarang juga! Kalau tidak, aku tidak akan segan menghukummu dengan cara yang lebih sadis," ancam Mark, matanya berkilat kejam.
Flower menatap ayahnya dengan mata yang penuh kebencian. "Kalau di matamu aku adalah pelacur, kenapa tidak membunuhku saja? Kenapa masih membiarkan aku hidup?" ketusnya.
Mark tersenyum dingin. "Karena aku ingin menyiksamu. Penderitaanmu adalah kebahagiaan istri dan putriku," jawabnya tanpa belas kasihan.
Tangisan Flower semakin deras. "Hanya demi mereka aku harus menjadi korbanmu," suaranya penuh rasa kecewa dan sakit hati.
"Iya, asal mereka bahagia, aku rela melakukan apa saja. Suka atau tidak, kau harus menerimanya," tegas Mark, tanpa sedikit pun rasa penyesalan.
Di sisi lain villa, Mona dan putrinya Fannie sedang berada di kamar, mendengar semua itu tanpa rasa iba.
"Ma, wanita itu sangat panjang umur. Dia bisa saja bertahan begitu lama walau setiap hari menerima siksaan. Aku sangat kagum padanya," ucap Fannie dengan nada sinis.
Mona tertawa kecil. "Fannie, dia tidak bisa berbuat apa pun karena hanya rumah inilah tempat tinggalnya. Walau disiksa ataupun dibunuh, dia hanya bisa pasrah," katanya dengan santai.
"Kalau saja aku di posisinya, aku rela bunuh diri daripada menerima nasib seperti itu. Bayangkan saja makanan basi seperti roti, sayuran, serta daging ayam yang sudah membusuk. Dia harus paksa menelannya," kata Fannie dengan jijik.
"Biarkan saja dia! Lagi pula ada dia yang urus rumah ini, kita bisa hemat uang untuk membayar upah," kata Mona dengan nada tak peduli.
"Mama sangat pintar menggoda pria itu sehingga mampu membuatnya patuh pada setiap perkataanmu," ucap Fannie dengan senyum sinis.
"Soal pria sangat mudah untuk ditangani, lagi pula ini masalah kecil bagiku," jawab Mona dengan senyum penuh keyakinan.
"Ma, besok teman bisnis papa ulang tahun. Aku dan papa harus hadir," ujar Fannie.
"Baguslah kalau begitu. Tunjukan pesonamu agar bisa menarik perhatian pria di sana. Mungkin saja kau bisa mendapatkan pria kaya," kata Mona dengan senyum licik.
Pada malam pesta ulang tahun, acara diramaikan oleh sejumlah pebisnis ternama. Mark ditemani oleh Fannie menghadiri pesta itu dengan penuh percaya diri.
Saat itu, tatapan Fannie fokus pada seorang pria tampan yang tak lain adalah Charles Robertson, yang sedang berbincang dengan sahabatnya. Pandangan mata mereka bertemu sejenak, menciptakan percikan yang tak terduga.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Nurainun Harahap
mmg kbykn gitu klo sdah istri muda lpa dgn ank kndung
2023-12-05
0
Alexandra Juliana
Bapak somplak...Demi agar istri baru dan anak tirinya bahagia anak sendiri dijadiin samsak...
2022-11-18
0
Shautul Islah
aku kasih like thor dan favorit juga
2022-09-20
0