Reksa masuk bergandengan tangan dengan seorang wanita menawan ke sebuah bangunan dua lantai. Bata gedung itu nampak, berwarna merah kusam. Disekitar gedung itu terdapat banyak tanaman rambat dan gantung. Tak ubahnya dengan bangunan di sekitar. Terlihat seperti rumah dua lantai pada umumnya.
Namun saat pintu di buka, orang langsung berhadapan dengan dapur terbuka. Hanya ada empat buah kursi tinggi dengan meja panjang yang mengelilingi; di tengah-tengah berdiri koki dengan seragam biru tua dan topi khas Restoran Daisy.
Koki itu tengah mempersiapkan pisaunya, sebagai bentuk pertunjukan. Reksa dan wanita di sampingnya, masuk tepat waktu. Dengan gaya gentleman dia membantu perempuan di sampingnya untuk duduk. Koki itu menunduk tersenyum pada keduanya tanpa suara, sebelum mulai memasak. Menu yang di sajikan di tentukan langsung oleh Restoran Daisy. Sambil menunggu, seorang pelayan datang menyuguhkan pembuka: Melon Raja dan Tartare Tuna dengan mayo, telur puyuh, dan sayur hijau.
Mayangsari masih tersenyum lebar saat Reksa membawanya naik mobil ke suatu tempat. Ketika dia melihat gedung ini, senyumnya hampir luntur. Saat dia masuk dan melihat keadaan di dalamnya, senyumnya hanya tinggal formalitas.
Dia kira Reksa akan mengajaknya ke restoran mewah, makan malam sambil menikmati pemandangan malam yang romantis diiringi alunan biola kemudian berakhir dengan malam yang menyenangkan.
Apa-apaan ini? Dia bahkan tidak tahu pada siapa tas dan gaunnya harus di pamerkan. Hanya ada mereka berdua di tempat kecil ini.
Mayang menyembunyikan ketidakpuasan itu dalam hatinya dan ikut duduk saat Reksa menuntunnya.
Dia mengakui gaya dan gerakan koki di depannya terlihat menakjubkan. Saat mencicipi hidangan, Mayang ingin makan dengan suapan besar saking enaknya.
Ini makanan yang paling enak yang pernah dia makan!
Tapi karena dia sedang kencan, tidak mungkin dia akan menunjukkan sisi itu. Pikirkan sejauh apa dia sudah berusaha untuk bisa sampai kemari. Mayang tentu saja tidak bodoh, melihat sekitar dan mempertimbangkan sikap koki dan kelas hidangan yang di suguhkan, Mayang tersenyum lebar dalam hati. Hoho, akhirnya dia bisa benar-benar masuk ke sisi bos muda ini.
“Bagaimana?”
Koki yang menyiapkan hidangan untuk keduanya sudah undur diri.
“Luar biasa,” kata Mayang, menarik garis bibirnya yang merah terang. Kali ini senyum datang dari hatinya, penuh rasa puas. Matanya yang dioles maskara tipis, membuatnya kelopaknya terlihat tajam, namun dengan kesan anggun.
Reksa tertawa pelan. Dia sudah mengabaikan Mayang selama lebih dari tiga bulan. Baru setelah keadaan Sera stabil dan perusahaannya bergerak lurus dia berpikir untuk menghibur diri sendiri.
Mayang masih menawan dan cantik seperti yang dia lihat terakhir kali. Keduanya berbincang pelan, sesekali tertawa dan saling bersentuhan tangan. Mayangsari hanya menepuk lembut paha Reksa, membalas candaan pria itu. Gerak-geriknya seperti tidak sengaja, namun menyulut api.
Reksa menatap penuh arti pada perempuan di sampingnya, yang di balas dengan sama beraninya.
Keduanya menyudahi makan malam dan bergerak menuju hotel. Melihat tatapan kagum dan iri yang terlempar padanya di lobi hotel ketika jalan bergandengan bersama Reksa, Mayang mempertahankan senyum di wajahnya. Reksa menyimpan tempat khusus di hotel. Begitu dia masuk, pegawai hotel langsung menyambutnya dengan hati-hati. Dengan penuh pengertian, pegawai hotel itu menekan tombol lift dan tidak ikut masuk.
Mereka masih tidak bisa berbuat apa-apa karena kamera cctv yang terpasang di dalam lift. Mayangsari masih berdiri tegak, menyapukan rambutnya ke belakang telinga, lalu bertukar tatap dengan Reksa sebelum menunduk tersenyum malu.
Benar-benar rejeki nomplok. Reksa tidak hanya tampan dan muda, badannya pun proporsional, otot lengannya yang sedang Mayangsari gandeng terasa liat dan kokoh. Bahunya lebar, kakinya panjang. Yang paling penting, selain tajir, Reksa belum menikah!!
Hal yang paling penting untuk diingat saat menghabiskan malam dengan lelaki seperti ini adalah, jangan terbawa suasana. Mayangsari menyembunyikan hasratnya dalam-dalam. Bagaimana pun, meski pria mencari wanita dan memberikan bayaran untuk menghabiskan malam, mereka tidak suka perempuan yang terang-terangan menginginkan harta.
Berlagak seakan yang kau inginkan adalah orang itu sendiri. Sederhana, rendah diri, antusias, sekaligus percaya diri. Sungguh kontradiksi. Mayangsari sadar betul posisinya. Saat ini dia hanyalah partner kencan. Dia bukan kekasih Reksa. Apalagi setelah Reksa membawanya pergi makan, Mayangsari pikir ini adalah kesempatan langka, sebuah kemajuan.
Dia sangat menghargai kesempatan ini, dan tidak boleh ada kesalahan.
Ding.
Pintu lift terbuka dan langsung di hadapkan ke lobi kosong. Di lantai ini hanya ada satu kamar. Mayangsari tidak menyangka Reksa begitu bersemangat. Pria itu tidak menunjukkannya sama sekali. Berdiri sopan menjaga tangan dan tatapan lurus seperti pria baik-baik ketika masih di lift.
Begitu lift tertutup, Reksa langsung mendekapnya.
Wanita itu pikir, ini akan jadi malam yang membara untuk keduanya.
Hanya dia tidak tahu saja, kenapa ini bisa terjadi.
Mayang selesai mandi dan melilitkan rendah mantel handuknya, serta menata rambutnya sedemikian rupa. Matanya memicing, kulitnya kemerahan, nampak menggoda dalam sekali lirik. Seperti buah persik yang ranum dan siap digigit.
Tapi saat melihat ranjang, dia melihat Reksa tertidur pulas.
Mayangsari : ….
Bagaimana dengan malamnya yang membara?
Dia tidak kehilangan ketenangan. Mayang jalan mendekat ke Reksa, membelainya pelan. Namun tidak ada reaksi.
Dia mencoba berbisik mesra, memanggil dengan suara semanis madu, namun masih tak ada geming. Mayangsari tidak menyerah. Dia meraba setiap tempat, sampai menyentuh bagian favorit Reksa.
Mayangsari yang sudah menanggalkan handuknya dan kini menduduki Reksa, menepuk pipi pria itu beberapa kali. Saking kesalnya, Mayang tidak sengaja menamparnya.
Sial, kalau aku tidak bisa ketemu lagi dengan pria ini, kupotong kau!
Mayang menangis dalam hati sambil menatap telapak tangannya yang kurang ajar diluar kendali.
Tapi Reksa masih tidur pulas.
Wanita itu kemudian sadar malam ini mustahil di teruskan.
Dengan datar, Mayangsari kembali berpakaian, sebelum meninggalkan kamar hotel, dia berbaik hati menanggalkan jas, membuka ikat pinggang, sepatu dan membuka dua kancing atas kemeja Reksa. Tak lupa dia menyiapkan segelas air minum disamping ranjang untuk menunjukkan rasa perhatiannya yang istimewa.
Mayangsari membuka lipstiknya, berniat menulis pesan di cermin, namun teringat bahwa perannya ialah sebagai perempuan yang… modest.
Dia akhirnya ganti menulis pesan di secarik kertas, menyampaikan penyesalan mendalam namun penuh kelapangan. “Meski malam ini kesepian, aku seneng bisa ketemu lagi setelah waktu yang lama. Kamu keliatan capek, aku gak tega liat wajah lelahmu. Aku selalu nunggu kamu.”
Terlalu sederhana tidak baik. Jadi Mayangsari mengoleskan lipstik dan meninggalkan tanda bibir di ujung tulisan. Mayangsari berpikir dalam sebelum menambah simbol cinta di sekitarnya.
Mayangsari menambahkan kalimat lagi, “Maaf aku ninggalin tanda di kamu.. habisnya kamu tidur nyenyak ninggalin aku. Muuahh.”
Mungkin terlihat norak, tapi laki-laki suka yang begini.
Dia lalu bergerak kembali ke ranjang dan mengecup leher Reksa. Meninggalkan bekas lipstik yang kentara, kemudian meletakan catatan tadi di bawah gelas.
Mayang keluar kamar hotel dengan riang. Berpikir gaun malam apa yang harus dia siapkan untuk Reksa pada pertemuan mereka selanjutnya.
***
author mo bilang sesuatu: Reksa tepar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments