9. Tense

Reksa memberikan telepon pada Sera lebih dulu. Balita itu menatap Reksa lurus begitu mendengar suara Chacha. Namun dia tidak sempat berkata ‘ini bukan mama’ karena Chacha langsung mengalihkannya.

*“Sera sudah sampai?” *

Sera secara otomatis melirik ke sekitar dan menemukan bahwa tempat ini jauh lebih bagus dan lebih luas dari pada rumahnya dulu. Ini bukan rumahnya. Mungkin ini rumah papa-nya.

Tapi dia tahu disini tidak ada mama-nya.

“Sudah.”

“Sera ingat tidak Mamanya bilang apa kalau Sera gak makan?” Chacha bertanya dengan lambat dan perlahan.

“...sakit.”

“Iya nanti sakit, kalau sakit nanti Sera gak bisa kemana-mana.”

“Ke mama?” pergi ke mama gak bisa?

Chacha mengelak dan berkata, “Kalau Sera sakit nanti Mamanya sedih kan?”

Sera tidak sempat menjawab, karena Chacha langsung melanjutkan, “Kalau sedih nanti mama nangis.”

“Sera mau mamanya nangis?”

Mendengar itu mata Sera langsung berkaca-kaca.

Namun dia tetap menjawab. “Ngga nangis.” Mama jangan menangis.

Dia sudah melihat mama-nya menangis di malam hari. Sekali waktu dia berlari menghampiri namun mama malah mendorongnya. Dia tidak berani lagi mendekat.

“Iya, Sera makan ya?”

“..Makan.”*Iya, Sera makan. *

Reksa yang berusaha mendengarkan tidak menangkap semua percakapan namun dia mengerti dari respon Sera di depannya.

“Bilang ke Papanya Sera, Sera mau makan apa,”

Setelah bertukar beberapa kata, Sera menyerahkan kembali ponsel kepada Reksa.

“Sela makan.” anak itu menunduk sesaat lalu menatap Reksa dengan matanya yang memerah. “Makan, makan gak nangis.” Sera makan, biar mama ngga nangis.

Reksa memegang telepon yang sudah di tutup. Orang itu(Chacha) tidak berniat membantunya sama sekali.

Reksa tidak mengerti apa yang dikatakan Sera. Mungkinkah dia kelaparan sampai ingin menangis?

“Sera mau makan?”

Sera mengangguk dua kali.

Reksa langsung pesan makan malam saat itu juga di depan pintu lewat ponselnya. Dia tidak sempat belanja, jadi dia tidak bisa memasak. Untuk sekali ini, dia terpaksa harus beli makan di luar.

“Yuk, masuk.”

Reksa canggung mau menggendong lagi, atau harus menggenggam tangan anaknya. Namun Sera sudah berjalan di sampingnya dengan patuh, memegang tali ranselnya sambil melihat sekeliling.

Saat Reksa berhenti, dia ikut berhenti.

Reksa membawa Sera ke ruangan di sebelah kamarnya. Apartemen ini awalnya hanya untuk dia tinggali sendiri. Meskipun dia seorang bos yang pemilih, dia jarang menghabiskan waktunya di tempat ini. Jadi dia hanya memasang fasilitas secukupnya. Apartemennya memiliki satu dapur, satu ruang tengah, tiga kamar, satu kamar mandi, dan satu ruang laundry, juga balkon.

Dia sudah membeli vila di pinggir kota. Tapi belum bisa ditinggali karena dia harus mengganti banyak bagiannya, juga merenovasinya desain di dalamnya. Dia mengambilnya karena tempatnya  dekat dengan sekolah.

Reksa membuka pintu di samping kamarnya dan menyalakan lampu. Warna beragam yang cerah langsung menusuk matanya. Reksa masih belum terbiasa melihat pemandangan ini. Namun Sera yang menyaksikannya langsung terpana. Auranya yang lesu seketika seperti disuntikkan booster.

Sera menunjuk gorden. “Yewow.” yellow.

“Oh, yeah, wow.” Reksa menyahut, senang karena Sera terlihat antusias.

“Ping.” kali ini dia menunjuk karpet di sekitar ranjang.

“Pink! Sera pintar sekali!”

“Guin.” Boneka besar di samping ranjang di dekati Sera dan diperhatikan. namun anak itu tidak menyentuhnya.

Reksa kemudian sadar bahwa putrinya menyebutkan nama-nama warna dalam bahasa Inggris. Bukankah putrinya begitu pintar? Berapa usianya? Baru tiga tahun!

“Sera ini warna apa?” tanya Reksa menunjuk jam weker diatas meja bulat.

“Buu.” Blue.

“Kalau ini?”

“Led.” Red.

“Kalau ini apa, tahu tidak?” Reksa mengangkat bus mainan.

“....Dayo?” (nama kartun Bus)

“??” Sepertinya Dayo dan Bus terlalu jauh??

Reksa tidak menonton kartun anak-anak jadi dia pikir Sera bicara asal. Mainan ini pun sebenarnya dia asal pesan (Memesan semua mainan yang muncul di tabletnya). Mainan ya mainan. Kalau tidak mana mungkin kamarnya akan warna warni seperti ini.

“Ini apa?” Reksa mengangkat raket mainan dari kotak mainan tak jauh. Bahannya terbuat dari plastik dan bagian senarnya dibuat dengan tali rajut.

Sera menatap benda di tangan Reksa beberapa saat. Dia ingat Alvin anaknya Bi Sati pernah memainkannya dan membantingnya ke tanaman depan rumah(kontrakan) Sera.

“Vin pukul pot!” Sera tidak ingat, tapi dia tahu fungsinya.

Reksa tidak mengerti sama sekali. Mendengar jawaban itu, Reksa langsung suram wajahnya. Raket! Bahkan kalimat Sera tidak mendekati sama sekali.

“Ra-ket.”

“?”

“Ini Raket.”

“Laket.”

“Pintar.” Reksa mengusap kepala Sera lega. Namun perasaan krisis tidak hilang dari dadanya. Mungkinkah Sera mengalami kelainan? Tapi mereka masih bicara baik-baik saja sebelumnya?

Reksa bertekad untuk melatih dan memeriksa lagi, namun suara bel di pintu menghentikannya.

Dia bergegas ke pintu dan menerima makanan yang diantar.

Sera yang terkejut langsung berlari mengikuti masih dengan tas-nya.

Reksa yang melihatnya kehabisan kata-kata. Dia lupa dia kan mau memamerkan kamar itu pada Sera dan meletakkan tas kecilnya.

Lupakan, sebaiknya mereka makan dulu.

Setelah melihat kamar yang penuh warna barusan, Sera terlihat sedikit lebih rileks. Dia duduk sendiri saat Reksa membawa kotak ke meja makan. Reksa melihat balita itu berusaha naik ke kursi dengan kaki berayun-ayun. Sebelum dia sempat membantu, Sera sudah berhasil duduk.

Menu untuk Sera malam itu adalah bubur hangat dengan jagung manis, nugget, dan sepotong kecil puding susu.

Reksa memperhatikan Sera makan sampai selesai. Anak itu makan sendiri tanpa berantakan meski dengan perlahan. Mungkin satu dua remeh jatuh sudah biasa-lah. Reksa yang sedikit OCD tidak menghiraukannya sama sekali dan bantu melap pipi Sera yang cemong dengan kaku.

Selesai makan, Reksa memandikan Sera dengan sangat serius sambil memeriksa setiap bagian badannya. Setelah memastikan aman, barulah dia bisa tenang. Meski beberapa perabot di rumahnya perlu diperbaharui, seperti kursi makan tadi, tapi dia sudah menyiapkan perlengkapan balita sehari-hari. Selesai mengganti kemejanya yang basah karena terciprat air, Reksa mengoleskan minyak telon, lalu bedak bubuk ke seluruh badannya. Begitu serius sampai setiap lekukan kaki, tangan, dan belakang telinga tidak terlewat. Sera di pakaikan piyama pinguin yang anak itu langsung membawanya berkaca ke depan cermin.

“Sini, papa keringkan rambutnya.” dalam waktu tiga jam bersama, Reksa mulai bisa memanggil dirinya ‘Papa’ meski canggung.

Sera pikir memiliki papa rasanya sungguh hebat. Saat mamanya tidak hadir, dia tidak perlu tinggal bersama Bi Sati. Dia bisa bersama papa-nya. Makan, mandi, dan tidur bersama papa-nya.

Reksa menyalakan pengering rambut. Angin panasnya di cek ke tangannya sebelum dia mengeringkan helaian rambut Sera. Karena pendek, rambutnya kering dengan cepat.

Reksa baru mau mengajaknya ke ruang tengah untuk berinteraksi lebih banyak, namun dia melihat Sera sudah tertidur. Benar, balita-nya tertidur sambil duduk.

Reksa merasakan dadanya terpukul. Meskipun Sera sudah tidur, tapi perjalanan barusan serta apa yang dia alami beberapa hari ini pasti membuatnya khawatir dan tidak nyaman. Reksa menyelimuti Sera sampai pertengahan dada. Tak lupa dia memasang guling dan pagar pengaman di sisi ranjangnya. Sebenarnya tidak perlu… tapi Reksa berpikir kalau jatuh tetap saja rasanya sakit, sekalipun dia sudah memasang karpet di lantai.

Reksa pergi mandi dan makan malam sebelum dia duduk di ruang kerjanya dan mulai mendata apa saja yang harus dia lakukan dalam waktu dekat ini.

Dia harus mempercepat renovasi vila. Dia juga harus konsultasi ke psikologi anak dan memeriksakan Sera. Untuk berjaga-jaga, pertama; dia tidak pernah merawat anak dan kedua; ia tidak mendampingi pertumbuhan Sera selama tiga tahun ini. Oh, dia juga harus mendaftarkan Sera ke Pra-Tk. Paling tidak setahun. Kemudian mewawancarai pengasuh yang melamar, kalau tidak salah ada 15 orang yang melamar.

Setelah selesai, barulah Reksa mulai membuka dokumen pekerjaannya. Sesekali dia akan berhenti dan menambahkan data ke to do list sebelum lanjut memeriksa dokumen. Di pertengahan, Reksa baru ingat dengan layar monitor yang terpajang dan kini menganggur di sisi komputernya. Dengan lincah dia menyalakan layar monitor dan memeriksa kamera di kamar Sera.

Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Dia melihat Sera menggeliat di ranjangnya.

Reksa panik.

***

Episodes
1 1. Orang Lain
2 2. Bakpia
3 3. Sepertinya kenal?
4 4. Crap!!
5 5. Berita kilat!
6 6. Putar Balik!
7 7. CEMPEDAK
8 8. Makan yuk.
9 9. Tense
10 10. 112
11 11. Jadi Papa tidak susah juga, ternyata??
12 12. Mungkin aku mendapat hikmah?
13 13. Dia Harus me-Manage Jadwal untuk Anaknya
14 14.
15 15. ....Tapi aku harusnya...
16 16. Video angka yang mudah dicerna, hmm.....
17 17. Menemani Makan Putrinya dari Jauh
18 18. Ingat, Ke-Lin-Ci!
19 19. Bukan Ikan Air Tawar
20 20. Malam Yang Sepi....
21 21. Anak Kecil Jangan Lihat
22 22. Reksa tak menyadarinya....
23 23. Selalunya punya sabar
24 24. Pandangan anak jenius memang tidak biasa..
25 25. Semua baru, seperti Lebaran
26 26. Kamu pindah, atau aku yang pindah?
27 27. Memutus Benang Sejoli..
28 28. Akhiri Hubungan ini....
29 29. Puding untukku
30 30. Anak bawang diantara anak ayam..
31 31. Debut Pertama
32 32. Datang ke Papa tapi hasilnya.....
33 33. Kau Nenek Lampir jatuh dari Surga
34 34. Dance with me, make me sway
35 35. Dikira hanya cemberut, kenyataannya...
36 36. Simpanan itu bukan Tabungan
37 37. Serang, Menghindar, Lemparkan.
38 38. Malam, bulan dan bintang.
39 39. Pendeteksi Alami
40 40. Kadang berpikir dalam namun sebetulnya sederhana..
41 41. Daripada membawa sengsara orang lain...
42 42. Kelewat satu hari jadi seperti ada hal yang kurang...
43 43. Banyak yang harus Diperhatikan
44 44. Jauh di mata dekat di hati<3
45 45. Kebetulan adalah bagian dari takdir?
46 46. Mainstream Day
47 47. Masa depan bukan tempat untuk mengulang kesalahan.
48 48. Ibarat lebah tanpa bunga, kekeringan~
49 49. Keuntungan punya anak.
50 50. Musim Semi kedua
51 51.
52 52. Barang baru untuk di pakai, bukan untuk disimpan
53 53. Memelihara gajah..
54 54. Aku juga lagi cari istri...
55 55. Tidak ada yang lebih peduli pada kita.. selain keluarga.
56 56. Tapi apa dia berhak....?
57 57. Anak kecil gak boleh ikut-ikutan
58 58. Sera suka kok, adik baru.
59 59. Calon bukan, ya?
60 60. Sugar Daddy
61 61. Flashback
62 62. Kapan nikah?
63 63. ERIK
64 64. Butuh sedikit peringatan, nih.
65 65. Chivalry is dead :)
66 66. Ikatan yang tak bisa luntur
67 67. Papanya tidak bisa di harapkan, Sera harus merencanakan program khusus...
68 68. Bunga yang memancing Lebah
69 69. Gadis kecil ini punya nyali juga^^
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Orang Lain
2
2. Bakpia
3
3. Sepertinya kenal?
4
4. Crap!!
5
5. Berita kilat!
6
6. Putar Balik!
7
7. CEMPEDAK
8
8. Makan yuk.
9
9. Tense
10
10. 112
11
11. Jadi Papa tidak susah juga, ternyata??
12
12. Mungkin aku mendapat hikmah?
13
13. Dia Harus me-Manage Jadwal untuk Anaknya
14
14.
15
15. ....Tapi aku harusnya...
16
16. Video angka yang mudah dicerna, hmm.....
17
17. Menemani Makan Putrinya dari Jauh
18
18. Ingat, Ke-Lin-Ci!
19
19. Bukan Ikan Air Tawar
20
20. Malam Yang Sepi....
21
21. Anak Kecil Jangan Lihat
22
22. Reksa tak menyadarinya....
23
23. Selalunya punya sabar
24
24. Pandangan anak jenius memang tidak biasa..
25
25. Semua baru, seperti Lebaran
26
26. Kamu pindah, atau aku yang pindah?
27
27. Memutus Benang Sejoli..
28
28. Akhiri Hubungan ini....
29
29. Puding untukku
30
30. Anak bawang diantara anak ayam..
31
31. Debut Pertama
32
32. Datang ke Papa tapi hasilnya.....
33
33. Kau Nenek Lampir jatuh dari Surga
34
34. Dance with me, make me sway
35
35. Dikira hanya cemberut, kenyataannya...
36
36. Simpanan itu bukan Tabungan
37
37. Serang, Menghindar, Lemparkan.
38
38. Malam, bulan dan bintang.
39
39. Pendeteksi Alami
40
40. Kadang berpikir dalam namun sebetulnya sederhana..
41
41. Daripada membawa sengsara orang lain...
42
42. Kelewat satu hari jadi seperti ada hal yang kurang...
43
43. Banyak yang harus Diperhatikan
44
44. Jauh di mata dekat di hati<3
45
45. Kebetulan adalah bagian dari takdir?
46
46. Mainstream Day
47
47. Masa depan bukan tempat untuk mengulang kesalahan.
48
48. Ibarat lebah tanpa bunga, kekeringan~
49
49. Keuntungan punya anak.
50
50. Musim Semi kedua
51
51.
52
52. Barang baru untuk di pakai, bukan untuk disimpan
53
53. Memelihara gajah..
54
54. Aku juga lagi cari istri...
55
55. Tidak ada yang lebih peduli pada kita.. selain keluarga.
56
56. Tapi apa dia berhak....?
57
57. Anak kecil gak boleh ikut-ikutan
58
58. Sera suka kok, adik baru.
59
59. Calon bukan, ya?
60
60. Sugar Daddy
61
61. Flashback
62
62. Kapan nikah?
63
63. ERIK
64
64. Butuh sedikit peringatan, nih.
65
65. Chivalry is dead :)
66
66. Ikatan yang tak bisa luntur
67
67. Papanya tidak bisa di harapkan, Sera harus merencanakan program khusus...
68
68. Bunga yang memancing Lebah
69
69. Gadis kecil ini punya nyali juga^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!