"Tidak sayang, lebih baik kita tidur saja dan jangan lepaskan jilbabmu! karena aku tidak bisa menjamin imanku, jika melihat tubuhmu sesungguhnya, walaupun hanya sebatas rambut dan lehermu."
Haikal memunggungi tubuhnya dari istrinya karena dia juga enggan untuk menatap wajah cantik Rania yang hari ini berdandan paling cantik, layaknya pengantin yang dirias secantik mungkin untuk dipersembahkan kecantikan itu khusus untuk suaminya semata.
Rania tersenyum lalu ikut merebahkan tubuhnya dan juga tidur disebelah suaminya walaupun jantungnya sendiri saat ini tidak berirama normal lagi karena saking gugupnya.
"Ya Allah, tahu gitu mengapa nggak memilih sore saja nikahnya tadi, dari pada jadi tersiksa seperti ini. Menunggu waktu untuk berbuka sekitar tujuh jam lagi lebih menyiksaku."
Haikal menyesalkan tindakannya yang terlalu terburu-buru menikahi Rania di bulan puasa, hingga ia harus menahan hasrat birahinya. Apa lagi saat tidur sekamar dengan gadis impiannya ini.
Karena terus membacakan zikir, akhirnya keduanya tertidur hingga menjelang dhuhur.
*
*
Ketika menjelang berbuka puasa keduanya berjalan beriringan menuju restoran. Nyonya Malika pun tidak cemburu dengan Rania, karena saat ini putranya lebih memilih bersama dengan istrinya daripada dengan dirinya.
Tapi, Rania tetap mengutamakan kepentingan ibu mertuanya itu. Ia pun melayani keduanya dengan mengambil makanan untuk ibu dan anak ini.
Tidak lama kemudian azan magrib berkumandang, ketiganya menikmati makanan buka puasa mereka, dimulai meneguk air zam-zam dan memakan buah kurma ajwa dan puding roti yang sudah di ambil oleh Rania tadi.
Puas menikmati makanan berbuka puasa, Rania mengajak ibu mertuanya menunaikan sholat magrib berjamaah di Masjidil Haram.
Usai sholat magrib, Rania buru-buru pamit kepada ibu mertuanya untuk mempersiapkan dirinya dalam menyambut suaminya pulang sholat magrib.
Di kamar hotel miliknya, Rania merias dirinya dengan sentuhan makeup lembut dan mengenakan lingerie se*si. Rambut hitamnya di biarkan tergerai indah.
Tidak lama kemudian bunyi bel kamarnya terdengar nyaring, Rania membuka pintu kamarnya perlahan-lahan dan Haikal terpana menatap pemandangan yang menakjubkan yang ada di hadapannya ini, hingga ia lupa mengucapkan salam kepada sang istri tercinta.
"Assalamualaikum suamiku!"
Rania meraih tangan suaminya untuk ia cium.
"Waalaikumuslam.. sayang!" Haikal tersentak lalu tersenyum lalu menjawab salam istrinya dengan terbata-bata.
"Apakah aku tidak sedang bermimpi?"
Haikal masih mematung di tempatnya karena terbuai dengan kecantikan istrinya yang bukan hanya wajah namun tubuh indah Rania seperti ratu model kecantikan saat ini yang sedang menatapnya dengan sendu.
Bagaimana tidak, tadi siang ia hanya bisa menatap wajah cantik istrinya dan kini melihat tubuh indah itu tersuguh di hadapannya saat ini.
Mata jeli Rania menjadi daya tarik tersendiri karena cela matanya yang hitam ditambah hiasan maskara pada bulu mata lentiknya menambah kesan kesempurnaan kecantikan gadis ini.
"Apakah masih mau berdiri di situ sayang?" Tanya Rania dengan suara menggoda.
"Gila, rupanya gadis ini menyimpan banyak magnet hingga suara des*hannya saja hampir membuatku mabuk." Gumamnya membatin.
Tanpa banyak kata, Haikal menggendong tubuh istrinya lalu di baringkan di atas kasurnya.
Rania menahan suaminya agar membaca doa terlebih dulu sebelum memulai perang kenikmatan.
Doa yang sudah dihafalkan oleh Haikal dalam melakukan ritual hubungan suami istri ini, di bacakan oleh keduanya.
Haikal menanggalkan bajunya sendiri dan melemparkannya dengan asal ke sembarang arah. Gairahnya kini telah mengusai jiwanya yang sedari siang sudah ia pertahankan.
Dalam sekejap tubuh keduanya sudah polos tanpa sehelai benang pun. Kedua saling memagut bibir dan mulai menjelajahi setiap jengkal tubuh dengan saling memberi kenikmatan.
Entah dari kapan Rania sudah masuk ke dunia baru baginya. Menikmati malam pertama menjadi seorang bidadari malam ini dengan pangeran impiannya.
Setiap sentuhan yang diberikan oleh suaminya di resapinya dengan sangat intens.
Lenguhan dan erangan erotis mulai tercipta dan makin memanas.
Di kamar hotel itu, Rania dan Haikal melepaskan masa lajang mereka. Walaupun bukan pertama untuk Haikal yang sudah menjadi duda saat ini, namun perbedaan terlihat jelas saat ia menggauli istrinya yang ini dengan istrinya yang pertama yang sudah sering ia lakukan sebelum mereka memutuskan menikah.
Haikal saat ini sedang membuka segel sang istri yang berkali-kali dicobanya untuk menembus batas pertahanan itu. Rania yang sangat iba pada suaminya terus menyemangati suaminya.
"Ayo sayang! jangan pernah menyerah." Ucap Rania yang tersenyum manis namun juga meringis kesakitan saat suaminya ingin menjebol gawangnya.
"Rania ini sangat sempit sayang," ucap Haikal yang sudah kepayahan.
Rania akhirnya berganti posisi, ia ingin mengusai di atas tubuh suaminya, kini Rania sudah menempatkan bok*ngnya dan memasukan pintu kenikmatan miliknya pada milik suaminya.
Jlebb!!"
"Ahhkk!"
Pekik Rania menggema kesunyian malam pengantin mereka. Haikal menyumbat bibir istrinya dengan bibirnya. Miliknya yang sudah tertanam dalam tempat sempit milik istrinya kini mulai berkedut dan meremas miliknya, membuat tubuhnya makin bergetar hebat karena nikmat surgawi dunia yang didapatkan pertama kali bersama Rania, yang sebelumnya tidak ia dapatkan pada istri pertamanya Renata.
Akhirnya, segel milik istrinya terbuka, darah kesucian mengalir menutupi tiang pancang milik suaminya. Walaupun masih terasa perih pada miliknya, Rania tetap mengayunkan bo**ng untuk memberikan sensasi lain pada suaminya.
Permainan yang masih kaku namun terlihat jelas Rania telah menjaga dirinya dengan baik. Permainan itu terhenti setelah keduanya mencapai puncak kenikmatan bersama. Haikal mengecup bibir istrinya dengan lembut
"Terimakasih sayang, sudah menjaga milikmu hanya untukku seorang, ini adalah sebuah persembahan yang indah yang baru kumiliki malam ini."
Rasa kagum diliputi rasa kebahagiaan tiada tara yang dialami oleh Haikal malam ini. Baginya mendapatkan Rania sama halnya mendapatkan harta yang tak ternilai harganya di mata dunia.
"Terimakasih suamiku, kaulah yang membuatku kembali bermimpi untuk meraih impianku menjadi seorang wanita seutuhnya." Ujar Rania lirih.
"Sayang!"
Sebaiknya kita cepat mandi wajib karena sebentar lagi akan azan isya dan kita harus menunaikan sholat tarawih berjamaah." Ucap Rania.
"Tapi ikut tarawihnya sebelas rakaat saja ya sayang, karena aku masih ingin bersamamu."
Haikal merengek manja, sambil membenamkan wajahnya ke dada istrinya.
"Iya sayang, yang penting tunaikan kewajiban kita dulu kepada Allah, semoga Allah akan memberkahi kita secepatnya dengan kehadiran seorang anak." Ujar Rania.
"Aku ingin mempunyai banyak anak darimu sayang." Ujar Haikal.
"Insya Allah, semoga aku selalu sehat untuk melahirkan keturunan yang sholih untukmu."
"Rania, terimakasih sudah datang dalam hidupku dan menyadarkan aku dengan ayat-ayat cintamu.
Karena dirimu, aku meninggalkan kebiasaan ku yang buruk dengan selalu meminum minuman keras sebelumnya. Apa lagi urusan ibadah, aku hampir tidak pernah melakukannya sama sekali karena kemewahan duniawi telah memanjakan diriku hingga aku jatuh ke dalam lubang kemaksiatan yang makin dalam hingga terasa sangat pekat."
Haikal makin menyesali dirinya yang selama ini bergelut dengan dunia kemaksiatan.
"Sayang, jika orang sudah menikmati khamer atau minuman keras di dunia, maka Allah mengharamkannya untuk menikmati khamer yang ada di surga yang tidak memabukkan sama sekali walaupun diminum sebanyak apapun." Ujar Rania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Rizal dody Zakaria
lanjut
2022-05-11
1
Aʑᴍi,ᴿⁱᶯᵃ 🍉༺🇵🇸
saya belum ada pengalaman berumah tangga, tapi pada saat kita ibadah umroh tidak bisa melakukan hubungan badan suami istri karena masi melakukan ibadah kecuali sudah ibadah umrah baru bisa terserah.
2022-05-11
5
Arie'shantie
up
2022-04-13
1