"Maaf bos, ternyata kereta nona Rania sudah berangkat."
Asisten Faiz melaporkan hasil pengamatannya setelah mengetahui memastikan informasi keberangkatan Rania dan si kembar kembali lagi ke Bandung.
"Baik, aku akan menyusulnya ke Bandung sekarang juga."
Haikal meraih tasnya langsung menyetir mobilnya sendiri berangkat ke Bandung.
Nyonya Malika yang melihat putranya pergi, ingin mencegah putranya pergi karena sebentar lagi akan berbuka puasa.
"Haikal, setidaknya menunggu buka puasa dulu sayang, mama tidak ingin buka puasa sendirian."
Nyonya Malika menghiba pada putranya untuk tidak meninggalkannya.
"Maaf mami, mungkin mami bisa buka puasa bersama dengan para pelayan, Haikal harus mendapatkan lagi Rania dan membawa pulang lagi dia ke Jakarta."
Haikal memacu kendaraannya menuju Bandung.
"Maafkan aku Rania, aku sudah membuatmu merasa sangat tidak nyaman."
Gumamnya dalam hati sambil terus menekan pedal gas mobil Honda Civic miliknya meninggalkan kota Jakarta untuk menjemput gadis impiannya.
Setibanya di Bandung Rania meminta sopir pribadinya yang masih setia menunggu mansion miliknya untuk menjemputnya di stasiun Hall Bandung.
"Assalamualaikum Mamang Ajis!" sapa Rania.
"Waalaikumuslam nona Rania, benar teh ini nona Rania?" Tanya Mamang Ajis setengah tak percaya mendengar suara nona mudanya lagi setelah setahun lebih meninggalkan mereka.
"Iya mang, ini saya Rania. Tolong jemput Rania dan si kembar di stasiun Bandung."
Rania mendesak sopir ayahnya itu untuk segera menjemput mereka yang sudah kelelahan.
"Baik nona!" Saya akan segera ke stasiun.
Mamang memberi tahu istrinya Oca untuk menyiapkan makanan lezat menyambut Rania, putri dari majikan mereka.
Mobil itu melesak dengan cepat menebus malam yang baru pukul delapan malam. Sholat tarawih masih terdengar menggema di setiap mesjid yang dilalui oleh Mamang Ajis yang baru mau berangkat ke mesjid hendak menunaikan sholat tarawih tadi akhirnya tertunda karena harus menjemput Rania.
"Neng Rania!" Sapa Mamang Ajis ketika melihat gadis itu sedang menunggu kedatangannya dengan memangku si kembar yang tidur dalam dekapannya.
"Mang!" Tolong gendong Daffin saja! biar saya gendong Daffa.
Rania menyerahkan salah satu adiknya ke gendongan mamang Ajis.
"Ya Allah neng, ke mana saja atuh?" Semua orang mencari neng selama satu tahun ini karena tidak ada kabar dari neng. Kirain mah, neng keluar negeri."
Mamang bertanya kepada Rania sambil sesekali melihat Rania dari kaca spion dalam mobilnya.
"Saya ada di Jakarta selama ini memang. Bagaimana kabar maminya si kembar?"
Rania belum mengetahui informasi tentang ibu sambungnya itu sampai saat ini.
"Nyonya Citra merindukan si kembar neng. Kami semua tetap di suruh bekerja mengurus rumah agar tetap bersih, jika suatu saat nanti neng pulang, mansion masih bisa ditempati oleh neng dan si kembar." Itu pesan yang disampaikan oleh nyonya Citra.
"Kalau begitu besok aku akan menemui mami si kembar dan setelah itu aku mau berangkat umroh Mamang, karena seperti biasa tradisi yang sudah dilakukan oleh aku dan almarhum kedua orangtuaku saat mereka masih hidup." Ujar Rania.
"Neng, besok pergi lagi?"
Mamang Ajis merasa Rania masih belum mampu menempati mansion miliknya atas kejadian yang pernah menimpa gadis ini setahun yang lalu.
Mungkin dengan dirinya berangkat umroh akan menghilangkan traumatis yang saat ini pernah di alami oleh gadis ini.
Setibanya di mansion miliknya di kota Bandung, Rania langsung menuju kamarnya dan si kembar diurus oleh para pelayannya.
Gadis ini langsung membersihkan diri dan melakukan sholat isya dan tarawih sendirian. Setelah tadarus Al-Qur'an, iapun berdzikir sambil meresapi setiap puji-pujian nama Allah yang dilantunkannya.
Sebenarnya, ia sudah mendapatkan petunjuk yang menentukan siapa jodohnya saat ini melalui sholat istikharah. Lelaki itu tidak lain adalah Haikal yang sudah menyemai didalam relung hatinya.
Tapi karena kejadian yang memalukan itu, membuat ia menjadi segan untuk menerima cinta Haikal dalam hidupnya.
"Ya Allah, apakah benar dua jodohku?" Jika iya, bagaimana aku mengatasi rasa malu ku karena membohonginya seakan aku ini adalah seorang janda benaran."
Rania masih bertanya dengan perasaan bimbang pada Sang Penciptanya.
Tok..tok..
"Neng Rania, makanannya sudah siap neng!"
Bibi Oca memanggil Rania karena ia sedang membawa kereta makanan untuk gadis ini ke kamarnya.
"Buka saja pintunya bibi Oca!"
Rania segera bangkit berdiri ketika dua orang pelayan dan bibi Oca masuk ke kamarnya dan menyiapkan beberapa menu hidangan buka puasa untuk dirinya.
Menu yang tersedia itu merupakan makanan kesukaannya.
"Ya Allah bibi Oca, masih ingat saja makanan kesukaan Rania di bulan puasa."
Rania segera menarik kursi dan duduk menghadap meja kecil untuk ukuran dua orang ini yang terdapat di dalam kamarnya.
"Bibi sangat merindukan neng, makanya ketika mendengar neng mau datang, bibi langsung membuat masakan kesukaan neng Rania."
"Terimakasih ya bibi Oca!"
Rania menikmati makanannya yang merupakan masakan Sunda itu. Sayur asam, daging gepuk dan beberapa menu lainnya dengan kolak pisang campur kolang-kaling yang merupakan menu favoritnya.
Sekitar jam satu malam mobil milik Haikal sudah memasuki wilayah Bandung. Faiz yang sudah memesan hotel untuk Tuannya itu langsung menghubungi Haikal.
"Bos hotel anda sudah saya pesan bos. Anda tinggal masuk saja dan hotel itu adalah milik nona Rania." Ucap asisten Faiz.
"Baiklah, terimakasih Faiz!"
Haikal mengakhiri pembicaraannya lalu menghampiri hotel yang dimaksudkan oleh asistennya itu.
"Mana mungkin aku menginap di tempat Rania, gadis alim itu tidak akan mengijinkan aku menginap di rumahnya. Rania akhirnya kita bertemu lagi sayang. Tahukah kamu bahwa saat ini aku sangat merindukanmu."
Haikal memandang wajah yang tertutup cadar milik Rania yang ada di ponselnya.
"Apakah aku harus menghubunginya nanti sahur dan ikut menikmati sahur di rumahnya saja?"
Gumam Haikal membatin. Ia pun menghempas tubuhnya di atas kasur empuknya.
Selang jam tiga pagi, pihak hotel menelepon Haikal untuk memberi tahu waktu sahur. Karena restoran sudah siap menu sahur sekitar jam tiga pagi itu.
Walaupun badannya masih lelah, namun semangatnya untuk bertemu sang gadis pujaannya membuat pria tampan ini segera membersihkan dirinya.
Niatnya yang tidak sabar lagi ingin bertemu dengan gadisnya itu secepatnya harus urung dilakukan karena ia memikirkan kembali, jika Rania tidak akan mau menemukannya karena gadis itu masih marah padanya.
Keesokan paginya sekitar jam sembilan pagi, waktu yang tepat untuk menemui Rania.
Mobil itu memasuki gerbang utama mansion milik gadisnya dengan penjagaan begitu ketat.
Mansion yang lebih mewah yang daripada milik orangtuanya membuat Haikal begitu kagum karena eksterior dari mansion itu lebih khas dengan sentuhan gaya modern yang kental dengan nuansa Eropa.
"Assalamualaikum pak!" Sapa Haikal ketika bertemu dengan kepala pelayan Raditya.
"Waalaikumuslam, apakah anda Tuan Haikal?" Tanya paman Raditya ketika mengenali wajah Haikal yang diberi tahu oleh nona mudanya Rania.
"Apakah Rania ada paman?"
"Maaf Tuan Haikal, nona Rania sudah berangkat umroh selepas sahur."
Duaarrr..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
aduuuh gimana sih kan rania baeu datang semalam trus haikal dateng pagi jam 9 kenapa penjaga bilang berangkat umroh tadi dhuhur?kok gak kompak /ga singkron pak
2022-09-16
2