4. MENGELUH

"Selamat bergabung di perusahaan kami nona Citra! semoga kamu betah berada di perusahaanku." Ucap Nyonya Malika yang menyambut kedatangan Rania yang sekarang berganti nama dengan Citra.

"Terimakasih Nyonya Malika untuk kesempatannya, semoga saya tidak akan mengecewakan anda." Ucap Rania lalu berjabatan tangan dengan nyonya Malika.

Nyonya Malika menjelaskan semua tugas Rania sebagai asisten pribadinya. Buat Rania, tugas yang di embannya saat ini dari nyonya Malika sangat mudah ia lakukan.

Ia merasa sedang berada di perusahaan milik ayahnya. Ia justru sangat berpengalaman dalam hal bisnis karena ayahnya sering mengajarkan dirinya banyak hal, sehingga pengalamannya dalam dunia bisnis tidak awam baginya ditambah lagi ia juga lulusan MBA di Amerika.

Setelah mendengarkan semua tugasnya dari nyonya Malika, Rania mulai tugas pertamanya sebagai asisten pribadi nyonya Malika.

Ia mendapatkan ruang kerja sendiri, menggantikan asisten pribadi nyonya Malika sebelumnya.

Rania yang sudah tenggelam dengan dunia barunya lupa dengan keadaan adik kembarnya yang ada di apartemennya saat ini.

Bunyi dering ponselnya seketika menghentakkan lamunannya. Ia sangat antusias meraih ponselnya lalu bicara dengan asisten rumahtangganya.

"Mohon maaf nona Rania, baby Daffin saat ini lagi demam." Ucap bibi padanya membuat Rania langsung tersentak.

"Baik bibi saya akan segera pulang." Ucap Rania lalu kembali ke ruang kerja nyonya Malika.

"Maaf nyonya Malika, saya harus kembali ke apartemen saya saat ini karena salah satu putra kembar saya sedang mengalami demam." Ucap Rania.

"Apa?" Kamu sudah berkeluarga?" Tanya Nyonya Malika.

"I-iya nyonya!" Jawab Rania begitu ragu.

"Apakah kamu singel parents?" Tanya Nyonya Malika.

"Iya Nyonya, saya sendiri membesarkan putra kembar saya." Jawab Rania.

"Baiklah!" Kalau begitu kamu bawa mobil sendiri, supaya memudahkan kamu untuk bisa melakukan mobilitas pribadi." Ucap Nyonya Malika.

"Terimakasih atas kebaikan anda Nyonya." Ujar Rania lalu mengambil kunci kontak mobil di atas meja nyonya Malika.

Rania pamit lalu terburu-buru lari menuju tempat parkir untuk mencari mobil pertamanya yang diberikan oleh nyonya Malika untuknya.

Dalam sekejap Rania sudah mencapai apartemen miliknya. Tanpa disadari Rania, ada seseorang mengikuti dirinya sampai apartemen miliknya.

Rania yang sangat panik segera membawa salah satu adik kembarnya ke rumah sakit. Tapi, ketika Rania baru melangkah keluar pintu apartemennya, ia dikejutkan dengan kehadiran Haikal yang sudah berada di depan pintu kamar apartemennya.

"Tuan Haikal?" Mau apa anda datang ke apartemenku?" Tanya Rania sambil berjalan membawa baby Daffin ke mobil dengan membawa tas perlengkapan bayi.

"Maaf saya tidak sengaja melihatmu keluar dari perusahaan mami dalam keadaan panik. Apakah anakmu sakit nona Citra?" Tanya Haikal sambil mengikuti langkah kaki Rania.

"Iya, tiba-tiba saja tubuhnya demam. Beruntunglah saudara kembarnya Daffa tidak ikutan sakit." Ucap Rania.

"Apa? kamu memiliki putra kembar?" Tanya Haikal.

"Iya, saya singel parents, maaf saya harus segera ke rumah sakit." Ucap Rania, namun Haikal memegangi bahunya dan mencegah Rania membawa mobil sendiri.

"Aku yang antar kalian ke rumah sakit!" Ucap Haikal lalu mengambil tas bayi dari tangan Rania lalu meminta Rania masuk ke mobilnya.

"Tapi, Tuan saya....?" Ucapannya terhenti karena Haikal kelihatan sangat serius mengantarnya dan tidak ada kompromi antara mereka.

"Kau ini baru saja kenal sehari denganmu tapi selalu memaksakan kehendak. Apakah sifatmu memang seperti itu?" Gerutu Rania yang sudah duduk di samping Haikal.

Setibanya di ruang IGD, Daffin ditangani oleh dokter spesialis anak. Dokter pun memberitahukan keadaan Daffin yang saat ini hanya mengalami demam biasa.

"Maaf nona, putra anda hanya mengalami demam biasa karena mau tumbuh gigi, jadi tidak perlu di rawat di rumah sakit, cukup berikan obat secara teratur dan perhatikan gizinya saja." Ucap Dokter Ramli lalu memberikan resep untuk ditebus di apotik rumah sakit.

"Alhamdulillah terimakasih dokter, kalau begitu kami permisi." Ucap Haikal yang ingin tampil sebagai ayah dari Daffin.

"Sama-sama, Tuan. Kalau sakit seperti ini, anak-anak selalu membutuhkan kasih sayang kedua orangtuanya, apa lagi sakit disaat gigi yang mau tumbuh perlu kesabaran untuk menjaga mereka." Ujar dokter Ramli memberikan saran pada pasangan yang dianggapnya suami istri tersebut.

Haikal tersenyum menatap Rania yang terlihat gugup mendengar penuturan dokter. Keduanya menuju apotek setelah berpamitan dengan dokter.

"Berapa usia putramu nona Citra?" Tanya Haikal.

"Dua tahun tiga bulan." Ucap Rania.

"Kelihatannya kamu belum berpengalaman mengurus bayi. Kamu kelihatan kaku dan belum mengerti apapun dalam merawat bayi." Ucap Haikal membuat Rania merasa sangat malu karena dua bukan seorang ibu saat ini.

Degg...

"Biasanya ibuku yang mengurus mereka, tapi ketika ibuku meninggal aku langsung kabur ke Jakarta dan sangat minim dengan pengelaman mengurus bayi." Rania mengelak tuduhan Haikal yang ditujukan kepadanya.

Ditengah jalan, baby Daffin kembali mengamuk karena sakit pada giginya. Karena merasa belum memberikan obat pada Daffin, Rania meminta Haikal untuk menepikan mobilnya.

"Tuan, tolong menepi sebentar supaya saya bisa memberikan obat untuk Daffin," pinta Rania pada Haikal.

Haikal menepikan mobilnya lalu Rania meminta Haikal untuk menggendong Daffin agar ia bisa memberikan adiknya itu obat sirop untuk menghilangkan rasa sakit pada gusi Daffin yang kelihatan bengkak.

Saat meminumnya Daffin menarik cadar Rania hingga terlepas. Rania yang sangat panik karena wajahnya terlihat oleh Haikal yang menatap wajah cantik Rania yang terekpose di hadapannya kini.

"MasyaAllah!" Kamu sangat cantik nona Citra." Ucap Haikal tanpa sadar.

Hati Haikal tiba-tiba makin bergetar melihat kecantikan Rania yang lebih cantik dari mendiang istrinya bahkan hampir semua gadis yang ia temui.

Rania meletakkan botol air dan sendok obat yang ada ditangannya lalu kembali memperbaiki cadarnya untuk menutup lagi wajah cantiknya.

Dalam hati Haikal, ingin rasanya ia melarang Rania menutup kembali wajah cantiknya, tapi Haikal tidak ingin bersikap kurangajar dihadapan Rania karena gadis ini selalu punya cara untuk membuatnya terbungkam.

Usai merapikan kembali cadarnya, Rania mengambil Daffin yang masih menangis karena menelan obat yang masih pahit di lidahnya.

Haikal kembali mengendarai mobilnya mengantar Rania pulang ke apartemen gadis itu.

Sepanjang jalan, keduanya tidak banyak bicara. Haikal lebih senang membayangi wajah cantik milik Rania yang secara tidak langsung sudah masuk ke dalam hati dan jiwanya.

"Ya Tuhan, apakah Engkau sedang mengirim bidadari untukku? menggantikan posisi mendiang istriku dihatiku yang dua tahun ini sulit move on dari kepergiannya?" Gumam Haikal dalam hatinya.

Sementara hati Haikal berbunga-bunga, namun tidak sama yang dirasakan oleh Rania yang saat ini panas dingin karena sangat malu memperlihatkan wajah cantiknya kepada lelaki yang bukan muhrimnya.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

mungkin haikal jodoh u rania

2023-02-22

1

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

aku ga tau mo komen apa yg pasti aku suka sekali cerita ini,,

2022-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!