Setibanya di apartemen miliknya, Rania menidurkan Daffin bersebelahan dengan Daffa. Ia keluar lagi menemui Haikal yang tadi sudah banyak membantunya.
"Terimakasih Tuan Haikal!" Ucap Rania tanpa mau melihat wajah Haikal.
"Sama-sama Citra, aku senang melakukannya untukmu." Ucap Haikal.
"Silahkan di minum tehnya!" Di sini tidak ada kopi karena aku tidak suka minum kopi. Kalau sudah selesai, saya harap anda cepat pulang karena tidak baik dua orang yang bukan muhrim berada di apartemen karena ketiganya adalah setan." Ucap Rania ceplas-ceplos.
"Aku tidak berniat buruk padamu, mengapa kamu tiba-tiba begitu kuatir dengan keberadaanku di sini?" Tanya Haikal merasa sangat tersinggung dengan ucapan Rania padanya.
"Aku sangat percaya kepadamu, tapi aku tidak percaya pada setan yang saat ini berada diantara kita. Ingat Tuan Haikal, tugas setan itu hanya untuk menggoda manusia untuk berbuat maksiat, bukan menyuruh manusia untuk meleburkan dirinya dalam manisnya dosa." Rania menjelaskan dari kacamata Islam bagaimana agama diatur dalam pergaulan sehari-hari antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya.
"Gila nih cewek!" Baru kali ini aku baru mendengar penolakan wanita muslimah yang begitu menjaga kehormatannya." Gumamnya dalam hati.
"Bibi, ke sini sebentar!" Rania memanggil pelayannya.
"Iya non, apa ada yang anda butuhkan?" Tanya pelayannya.
"Temani kami di sini!" Ucap Rania yang membuat Haikal makin keki.
"Baiklah Citra." Kalau begitu aku pamit pulang." Ucap Haikal lalu melangkah keluar.
Rania mengantarkan tamunya sampai pintu utama. Haikal pulang dengan hati yang sangat tenang, sekalipun ia sedikit sakit hati, tapi baginya ada pembelajaran yang didapatkan dari seorang gadis cantik yang berakhlak mulia.
"Apakah aku harus menikahi Citra, apakah Tuhan sengaja mengirimkan dia untukku?" Mungkin sudah saatnya aku mengakhiri dukaku karena sudah satu tahun ini aku hidup dalam kesepian meratapi seseorang yang tak akan pernah kembali lagi dalam hidupku.
Aku tidak peduli dia janda atau tidak, aku butuh wanita yang membimbingku untuk lebih dekat dengan Tuhanku. Kamu sangat unik Citra, kamu bahkan tidak begitu memikirkan perasaan orang lain dengan ketaqwaanmu pada Tuhanmu." Ucap Haikal sambil mengendarai mobilnya menuju apartemen miliknya.
🌷🌷🌷🌷🌷
Waktu terus berlari melewati setip purnama. Aktivitas Rania makin padat ketika menangani pekerjaannya sebagai asisten pribadi nyonya Malika.
Dirinya sampai tidak memiliki waktu untuk adik kembarnya. Kini usia si kembar hampir mencapai tiga tahun. Disaat yang sama si kembar sudah mulai protes dengan kesibukan Rania yang jarang berada di rumah bersama mereka.
"Mam!" Apakah mama nggak pernah dikasih libur sama bosnya?" Tanya Daffa.
"Mohon maaf sayang, tugas mama begitu banyak, jadi mama belum sempat mengajak kalian jalan-jalan" Ucap Rania yang sangat sedih melihat adik kembarnya yang lebih banyak mengeluh akhir-akhir ini.
Ting...tong!
"Biar saya saja bibi, yang bukakan pintu." Ucap Rania lalu bangkit menuju pintu.
Cek..lek!
"Tuan Haikal?" Mau apa anda ke sini?" Tanya Rania sangat kaget melihat Haikal sudah datang pagi-pagi ke apartemennya di hari libur.
"Mohon maaf nona Citra, saya tidak ingin bertemu denganmu tapi dengan si kembar karena saya sudah janjian dengan si kembar mau main bola di mansion mami." Ucap Haikal tanpa dosa.
"Masuk saja paman!" Titah Daffin yang sudah akrab dengan Haikal.
"Sepertinya kalian sudah sangat akrab?" Apakah ada hal yang terlewatkan olehku?" Tanya Rania pada kedua adiknya.
"Setiap kali mama sibuk dengan urusan mama, paman Haikal yang slalu menemani kami bermain selama ini." Ucap Daffin memberitahu Rania bagaimana peran Haikal menemani mereka selama ini.
"Benarkah?" Kenapa kalian tidak bilang sama mama?"
"Dilarang sama paman, katanya jangan bilang mama, nanti kalau ketahuan mama, paman tidak bisa lagi ngajak kami main." Uap Daffa dengan wajah tertunduk.
"Terimakasih Tuan Haikal, kamu selalu ada untuk si kembar, semoga si kembar tidak menyusahkanmu." Ucap Rania lalu mencium si kembar.
"Mama kapan pulang?" Daffin mulai merengek karena Rania ke luar kota lagi.
"Anak-anak, apakah kalian ingin ikut bersama mama kalian ke luar kota?" Tanya Haikal membuat Rania tersentak.
"Bolehkah kami ikut mama?" Tanya Daffin begitu antusias.
"Tapi, mama belum pesan tiket untuk kalian sayang." Ucap Rania.
"Mama dan kalian akan naik pesawat milik paman, bagaimana kalian suka?" Tanya Haikal pada si kembar.
"Astaga, kenapa kamu sangat menjengkelkan sekali Tuan Haikal." Ujar Rania geram dengan tingkah pria ini yang seperti biasa tukang maksain kehendak.
"Bibi, apakah koper si kembar sudah siap?" Tanya Haikal yang sudah memesan kepada si bibi untuk menyiapkan untuk keberangkatan si kembar menuju Denpasar Bali bersama Rania dan dirinya.
"Sudah Tuan Haikal." Ujar pelayan.
"Ok, kita berangkat!" Haikal menggandeng tangan Daffin sedangkan Rania menggandeng tangan Daffa.
"Paman, apakah nanti di Bali kita bisa melihat laut seperti di pantai Ancol?" Tanya Daffa ketika mereka sudah berada di dalam pesawat.
"Pantai Kuta Bali lebih bagus dari pada pantai di Ancol." Ujar Haikal.
"Apakah kita akan bermain pasir juga?" Tanya Daffin.
"Kalian bisa melakukan apapun di sana, yang penting tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri kalian, kasihan mama kalian." Ucap Haikal menasehati si kembar.
"Baik paman, kami akan ingat itu." Ucap Daffin.
Pesawat makin tinggi mengangkasa, menjangkau pulau demi pulau untuk mencapai pulau Dewata Bali, yang menjadi tujuan berlibur mereka saat ini.
Dalam waktu satu jam lima belas menit, pesawat sudah mendarat di bandara setempat. Hotel milik Haikal yang ada di wilayah Jimbaran Bali, menjadi tempat menginap untuk mereka saat ini.
Tapi ada hal yang sangat menganggu Rania yaitu, hotel milik Haikal bersebelahan langsung dengan hotel milik orangtuanya.
"Ya Allah bagaimana ini, jika karyawan hotel milik papa mengenali diriku?" Tanya Rania ketika melihat hotel miliknya di seberang jalan di mana dirinya saat ini berdiri menatap hotel mewah miliknya.
"Apa yang kamu lihat nona Citra?" Tanya Haikal yang sudah berada di belakang punggung Rania.
"Oh, tidak ada Tuan, aku hanya melihat-lihat keadaan disini." Ucap Rania lalu kembali ke kamarnya.
"Citra, mengapa kamu melihat hotel itu?" Apakah dulu kamu pernah bulan madu di hotel itu?" Tanya Haikal yang merasakan kecemburuan ketika melihat Rania seakan mengenang sesuatu ketika melihat hotel yang berada diseberang hotel miliknya.
"Maaf, aku hanya mengagumi kemegahan hotel itu." Ucap Rania.
"Hotel itu milik Tuan Handoyo Diningrat. Ia meninggal tiga tahun yang lalu karena serangan jantung. Aku dengar ia menikah lagi dengan sekertarisnya namun wanita itu malah menikah lagi dua tahun setelah melahirkan anak kembar mereka." Ucap Haikal.
"Apakah kamu mengenal baik Tuan Handoyo?" Tanya Rania.
"Aku sangat mengenalnya, ia juga memiliki seorang putri cantik yang saat ini sedang sekolah di luar negeri. Tapi, aku tidak mengenal putrinya hanya mengetahui namanya saja, kalau tidak salah nama putrinya adalah Rania.
Degg...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
cerita bagus dan di kemas apik tapi kok ga banyak yg baca ya,,,semangat aja thor
2022-09-16
1