"Hallo, assalamualaikum nyonya Malika!" Sapa Rania.
"Ini siapa?" Sapa seorang pria dari seberang telepon.
"Maaf ini saya Citra, boleh saya bicara dengan nyonya Malika?" Tanya Rania pada pria itu.
"Ini bukan nomor mami aku, tolong telepon langsung ke ponselnya." Ujar pria itu lalu mematikan ponselnya secara sepihak.
"What?" bisa nggak sih orang itu sopan sedikit padaku?" Ujar Rania kesal.
Rania lalu melihat lagi kartu nama yang diberikan oleh Nyonya Malika kepadanya.
"Haikal?" Jadi yang mengangkat teleponku tadi putranya nyonya Malika dan ini bukan nomor nyonya Malika melainkan putranya.
"Ya Allah, Bagaimana caraku menghubungi nyonya Malika sedang nomor ponselnya saja aku tidak tahu." Rania menghempaskan lagi tubuhnya di kasur.
Tiba-tiba, Rania ingat sesuatu, ia lalu tersenyum dan berpikir untuk langsung ke perusahaan nyonya Malika.
"Ah, mungkin saja perusahaan putranya sama dengan perusahaan nyonya Malika. Sebaiknya besok pagi aku langsung ke sana." Gumamnya perlahan.
Keesokan harinya, Rania sudah berada di perusahaan milik Tuan Haikal. Dengan rasa percaya diri ia masuk ke lift setelah menanyakan nama Tuan Haikal pada resepsionis perusahaan.
Rania mengetuk pintu ruang kerja Tuan Haikal berkali-kali, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia memberanikan diri masuk ke ruangan itu dan ternyata tuan Haikal sedang menikmati vodka sambil mendengarkan musik dari ponselnya.
"Dasar!" Pantasan saja nggak dengar saya mengetuk pintu, orang ini sedang meneguk air neraka." Ucap Rania.
Gadis itu memberanikan diri menggebrak meja Haikal membuat Haikal terperanjat dari duduknya dan mengernyitkan dahinya menatap wajah cantik Rania yang tertutup cadar.
"Hei, siapa anda, hingga berani menggebrak mejaku? tanya Haikal menatap tajam mata Rania.
"Apakah anda putranya nyonya Malika?" Tanya Rania.
"Ini bukan perusahaan ibuku, tapi ini perusahaan milikku." Ucap Haikal lalu kembali meneguk Vodka yang ada di tangannya.
"Ternyata kamu hanya seorang pemabuk yang menyedihkan. Entah apa masalahmu hingga kamu menyiksa dirimu dengan minuman laknat itu.
Sepertinya kamu merasa hidupmu sendiri telah berakhir, padahal masih banyak orang di luar sana yang lebih menderita dari padamu, di kasih kemewahan tapi tidak pernah merasa bersyukur." Ucap Rania lalu melangkahkan kakinya menuju pintu hendak meninggalkan ruang kerja milik Haikal.
Mendengar ocehan Rania membuat pria tampan itu nampak termangu. Iapun bangkit hendak meraih pergelangan tangan Rania.
Dalam sekejap pinggang Rania sudah berada dalam cengkraman Haikal.
"Siapa kamu berani menasehatiku?" Tanya Haikal dengan satu tangan masih membelenggu pinggang Rania makin kencang.
"Apakah kelakuan seorang lelaki terhormat seperti ini dalam memperlakukan seorang wanita?" Rania menatap tajam wajah Haikal tanpa berusia melepaskan rangkulan tangan Haikal pada pinggangnya.
Haikal melepaskan lingkaran tangannya dari tubuh Rania.
Rania melanjutkan langkahnya dan membuka pintu ruang kerja Haikal.
"Kantor mamiku bukan di sini tapi di kawasan Kuningan, jika kamu mau aku akan mengantarmu ke sana." Ucap Haikal menawarkan diri untuk mengantar Rania ke perusahaan milik ibunya.
"Tidak perlu!" Rania berjalan melenggang menuju lift utama.
"Sialan!" Belum pernah seorang gadis pun memperlakukan aku seperti ini. Berani-beraninya tuh cewek bersikap dingin padaku." Haikal menggerutu sendiri di dalam ruang kerjanya.
Rania kembali menuju resepsionis hendak menanyakan alamat perusahaan nyonya Malika, namun tangannya langsung ditarik oleh Haikal menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan lobby.
"Ikuti aku!" Ujar Haikal tanpa melepaskan genggaman tangannya pada tangan Rania.
"Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri Tuan!" Bentak Rania tanpa takut sedikitpun pada Haikal.
Haikal membuka pintu mobil dan meminta Rania untuk masuk ke mobilnya.
"Masuk!"
"Tidak mau!" Rania menolak tawaran Haikal.
"Atau kamu mau aku peluk lagi tubuhmu di hadapan orang?" Haikal mengancam Rania.
Rania melangkah pergi tanpa menoleh ke arah Haikal.
"Aku tidak ingin mendengar penolakan nona atau kamu mau aku bersikap kasar padamu, hmm!" Haikal menghentikan langkah kakinya Rania.
Rania berbalik lalu menatap wajah tampan Haikal dengan mendengus nafasnya dengan kesal.
Rania akhirnya masuk ke mobil milik Haikal lalu menghenyakkan tubuhnya di jok mobil.
Tawa Haikal pecah dalam mulutnya. Ia tidak menyangka akan berhadapan dengan lelaki tengil hari ini, yang baru saja menghabiskan satu botol vodka yang dilihatnya di atas meja.
"Orang ini baru saja mabuk-mabukkan, bagaimana mungkin mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk seperti itu." Gumam Rania kesal.
"Apakah anda sedang melamar pekerjaan pada mamiku?" Tanya Haikal ketika mobil itu sedang melaju.
"Anggap saja begitu karena aku sedang membutuhkan pekerjaan dan kebetulan nyonya Malika memberikan tawaran padaku untuk menjadi asisten pribadinya. Itulah sebabnya mengapa aku bersikeras ingin bertransaksi dengan beliau." Ucap Rania tanpa menengok ke arah wajah tampan Haikal.
Setibanya mereka di perusahaan milik nyonya Malika, lagi-lagi Haikal memperlakukan Rania seperti putri raja. Ia membukakan pintu mobil untuk Rania, gadis yang belum ia ketahui namanya.
Keduanya sudah berada di depan pintu ruang kerja nyonya Malika.
Cek.. lek..
Pintu dibuka oleh Haikal. Keduanya masuk ke dalam ruang kerja nyonya Malika.
"Mami, ada yang mencarimu." Ucap Haikal seraya mengecup pipi maminya.
"Astaga!" Citra mengapa kamu sampai bisa bersama dengan putraku?" Tanya Nyonya Malika heran ketika melihat Haikal datang bersama dengan Rania.
"Gadis ini menyangka kalau perusahaanku adalah perusahaan mami." Ucap Haikal.
"Maaf Nyonya Malika, anda memberikan kartu nama putra anda, bukan milik anda, makannya saya mendatangi perusahaan yang tertera di alamat kartu nama ini." Ucap Rania seraya menyerahkan kartu nama yang dipegangnya kepada nyonya Malika.
"Sorry Citra!" kemarin saya terburu-buru, jadi tidak melihat lagi, kartu yang saya berikan kepadamu. Oh iya, apakah kalian sudah berkenalan?" Tanya Nyonya Malika kepada dua orang yang ada di hadapannya saat ini.
"Belum mami" Ucap Haikal sambil melirik Rania yang begitu acuh padanya.
"Citra kenalkan ini putraku Haikal dan Haikal ini nona Citra yang sudah menolong mami kemarin ketika bertemu dengan Tuan Dimitri. Gadis ini menggantikan Lilis yang tidak bertanggung jawab itu. Kami berkenalan secara kebetulan. Saat mami sangat tegang mencari seorang penerjemah bahasa Rusia, gadis ini menawarkan diri untuk menolong mami.
Karena dia sedang membutuhkan pekerjaan, maka mami menawarkan dia untuk menjadi asisten pribadi mami karena Asisten Nurul sedang cuti melahirkan." Ucap Nyonya Malika.
Haikal mengulurkan tangannya ke arah Rania, namun gadis ini hanya mengatupkan kedua tangannya di atas dadanya dengan anggukan kepala.
Haikal lupa jika gadis bercadar ini sedang menjaga jarak dengan lelaki yang bukan muhrimnya.
"Baiklah mami, kalau begitu Haikal balik lagi ke perusahaan."
"Ok sayang, hati-hati di jalan!" Terimakasih sudah mengantarkan asisten pribadi mami ke sini." Ucap Nyonya Malika lalu mengecup pipi putranya.
"Terimakasih Tuan Haikal, hati-hati di jalan!" Ucap Rania santun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
awal yg baik
2023-02-22
1