Adel dan Axel pun sampai di rumah lebih cepat, ibu yang melihat kedatangan mereka merasa heran karena mereka baru saja pergi namun dengan cepat kembali.
''Kenapa kalian sudah pulang? apa dagangannya sudah habis terjual?'' tanya ibu, merasa heran.
''Iya, Bu. Berkat pria tampan ini dagangan ku habis lebih cepat,'' Adel menjawab dengan tersenyum senang.
Axel berjalan dengan begitu percaya diri, wajahnya nampak sedikit di angkat dengan kedua tangannya yang di simpan di belakang punggung.
''Apa? benarkah?'' ucap ibu merasa tak percaya.
''Sebenarnya, bukan karena aku dagangan dia habis, Bu, tapi karena gorengan buatan ibu yang sangat enak, aku saja sampai ketagihan,'' Axel mencoba merendah, padahal di dalam hatinya ia mengiyakan ucapan ibu, jika dagangan Adel terjual dengan cepat, berkat para pembeli itu yang terpesona dengan ketampanan dirinya.
''Ya sudah, kalian istirahat dulu, kebetulan masih ada sisa adonan, ibu akan goreng kan spesial buat kamu Axel,'' ucap ibu dengan tersenyum.
''Lho...! kok buat dia, seharusnya kan buat aku, Bu, kan aku yang capek membawa nampan di atas kepala ku,'' Adel mengerucutkan bibirnya merasa kesal.
''Iya, buat kamu juga,'' ibu tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.
Mereka berdua duduk di teras rumah, Axel yang merasa pegal, memijit kedua kaki dengan tangannya.
''Kenapa? capek ya?'' tanya Adel.
''Lumayan, tapi aku senang melakukannya, sepertinya aku tidak pernah melakukan hal seperti ini.''
''Ngomong ngomong, rasanya dari kemarin kamu belum mandi dan ganti baju ya?''
''Iya juga ya, aku baru sadar,'' Axel menatap kemeja berwarna putih serta celana jeans hitam yang ia kenakan, yang sudah terlihat lecek dan kotor.
''Mandi dulu gih, pasti badan mu bau,'' Adel menutup hidung dengan kedua jarinya.
''Gimana mau mandi dan dan ganti baju? aku kan gak punya baju lagi.'' Jawabnya dengan wajah polos.
''Sudah, mandi saja dulu, aku ada pakaian bekas Almarhum papah aku, nanti aku siapkan.''
''Beneran ada?'' Axel merasa senang, dirinya memang sudah tidak nyaman memakai pakaian yang sudah terlihat kotor dan lecek itu.
Adel mengangguk.
''Ya sudah aku mandi dulu ya,'' Axel hendak masuk ke dalam rumah.
''Tunggu, aku siapkan dulu bajunya ya,'' Adel masuk ke dalam rumah terlebih dahulu, lalu berjalan ke kamar mengambil satu setel pakaian dari dalam lemari.
''Nih bajunya,'' Adel menyerahkan pakaian yang ia ambil kepada Axel.
''Makasih ya Adelia,'' Axel tersenyum lalu berjalan ke kamar mandi.
Adel kembali duduk di teras sambil mengibaskan tangannya ke arah wajah, tak lama kemudian, ibu pun datang dengan membawa satu piring gorengan yang baru saja matang.
''Lho, Axel kemana?'' tanya ibu sambil meletakkan piring di atas lantai lalu duduk di samping putrinya.
''Lagi mandi Bu, tadi aku yang suruh,'' jawab Adel lalu meraih satu buah gorengan dan memakannya.
''Emang dia punya baju ganti?''
''Aku kasih pinjam pakaian punya papah, gak apa apa kan?'' jawab Adel memandang wajah sang ibu.
''Ya sudah nggak apa apa,'' ibu mengambil satu buah gorengan lalu memakannya.
Tak lama kemudian Axel pun datang, ia terlihat pangling memakai kaos oblong berwarna biru serta celana panjang yang terlihat kekecilan, ia pun berjalan ke arah ibu dan juga Adel yang terlihat sedang menatapnya tanpa berkedip.
Dengan polos Axel, langsung duduk di samping ibu lalu meraih satu buah gorengan dan memakannya, tanpa menyadari bahwa Adel dan sang ibu sedang menatapnya.
''Bu, aku serasa melihat Almarhum papah, melihat dua memakai baju ini,'' ucap Adel kepada ibunya.
''Iya, ibu juga sama, meskipun bajunya kekecilan,'' ibu menjawab dengan masih menatap wajah Axel yang sedang mengunyah makanan.
Orang yang di bicarakan tak menyadari sama sekali jika dua wanita yang sedang duduk bersamanya, sedang membicarakan dirinya,ia seolah fokus dalam menikmati gorengan yang sedang di makannya.
Kemudian, ia meraih satu buah gorengan lagi yang berada di atas piring, dan saat itulah Axel baru menyadari jika Adel dan juga ibu, sedang memandangi wajah dirinya dengan tatapan tajam.
''Ada apa? kenapa kalian menatapku dengan wajah seperti itu?'' tanya Axel dengan polosnya, sambil mengunyah.
Adel dan ibu tidak menjawab, mereka seolah sedang larut dalam lamunannya, mengingat sosok ayah yang sudah tiada.
''Adelia....'' Axel memanggil dengan suara agak keras, membuat Adel tersadar dan menyudahi lamunannya.
''Apa kamu juga terpesona dengan ketampanan ku?''
''Apa...?'' Adel membulatkan bola matanya.
''Ngarang kamu, nggak mungkin aku terpesona dengan wajah mu ini, aku sudah biasa melihat wajah laki laki tampan kaya kamu,'' jawab Adel ketus.
''Bohong, kamu. Gak mungkin di kampung ini ada laki laki lain yang ketampanannya melebihi aku?'' jawab Axel dengan penuh percaya diri.
''Banyak ko, wajah kamu ini pasaran tau,'' jawab Adel berbohong.
Sejujurnya ia tidak pernah melihat wajah laki laki tampan dengan penuh karisma seperti Axel, namun dia terlalu malu untuk mengakuinya.
''O ya, sampai kapan kamu akan tinggal di sini?'' tanya Adel kemudian.
Axel terdiam, dia menunduk sambil terus mengunyah gorengan. Berfikir sejenak, lalu mulai menjawab.
''Bu, boleh kan aku tinggal dulu di sini sebelum ingatanku pulih? aku janji jika aku telah mengetahui identitas ku yang sebenarnya, aku akan segera pergi dari sini. Aku tak tahu harus kemana lagi,'' jawab Axel dengan raut wajah sedih.
Ibu pun terdiam sejenak, ia tidak langsung menjawab, seolah sedang berfikir, apakah tidak apa-apa jika Axel tinggal di rumahnya.
''Bu...! kenapa diam saja?" Adel menatap wajah sang ibu.
"Gimana menurutmu? apa boleh dia tinggal bersama kita di sini?" tanya ibu meminta pendapat kepada putrinya.
"Aku si terserah ibu saja, jika ibu mengijinkan, maka aku pun sama," jawab Adel.
"Yeeey... berarti aku boleh tinggal di sini?" Axel berdiri lalu bersorak sendiri, sementara ibu dan juga Adel menatap tatapan mata serius.
"Oh, belum ada keputusan ya?" Axel merasa malu dan kembali duduk.
"Jika kamu tinggal di sini, apa nanti keluargamu tidak mencari?" tanya ibu.
"Aku tidak tahu Bu, kan aku belum ingat keluarga ku siapa? boleh ya Bu, aku tinggal di sini? aku janji, akan jadi anak penurut, lagi pula, hanya sementara ko, aku yakin lama lama ingatanku akan kembali lagi," Axel memohon.
"Ya sudah boleh, tapi ibu berpesan, kalian jangan berbuat macam-macam ya. Dan kamu Axel, mulai sekarang kamu harus membantu berjualan, dan mengerjakan pekerjaan rumah," jawab ibu dengan intonasi tegas.
"Yeeey...! berarti aku sudah boleh tinggal di sini ya bu? aku janji, bakalan nurut semua perintah ibu, anggap saja aku ini anak bungsu ibu," tanpa sadar Axel memeluk tubuh ibu.
"Anak bungsu? gak salah tuh? memangnya umur kamu berapa? sepertinya kamu lebih tua dari pada aku deh?" Adel memprotes ucapan Axel.
"Ya sudah, jika tak boleh di anggap sebagai anak bungsu, di angkat jadi menantu juga boleh," jawab Axel dengan sedikit bercanda.
Adel membulatkan bola matanya, terkejut mendengar ucapan Axel.
____________-------------_____________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Aminah Badai
mafia ya judulnya??? knpa pemeran'a bgtu si tampangnya??? ekspetasi sendiri aja dah🤣🤣🤣
2024-03-08
0
Asih Ningsih
axel yg tampan kata2mu adalah doa.semoga kmu jdi jodohnya adela.
2023-10-04
0
Asih Ningsih
jgn ke pede an ah axel.adel kyk gitu ingat almarhum papanya
2023-10-04
0