Di sebuah Apartemen mewah, seorang laki laki tinggi dan gagah sedang menelepon, dia meletakan hendphone di telinganya berbicara dengan nada marah.
''Apa kamu belum menemukan dia?'' tanya laki laki tersebut.
''Belum bos, dia seperti menghilang di telan bumi.''
''Pokoknya, kamu harus menemukan Leonardo secepatnya, bila perlu, mayatnya juga kalian serahkan padaku. Gimana sih nyari satu orang saja kamu gak bisa, dasar bodoh.'' Suara laki laki tersebut terdengar sangat marah. Dia menutup telpon lalu membanting ponsel di tangan nya ke atas sopa.
''Di mana sebenarnya dia berada? seharusnya dia sudah mati di tanganku, hidupku tak akan tenang sebelum aku membalaskan dendam ku padanya,'' ucapnya dengan mengepalkan kedua tangannya.
Dia adalah Alex Will, seorang pimpinan mafia, dia memiliki dendam yang sangat dalam kepada Leonardo yang sekarang sudah mengganti nama dengan nama Axel dan dalam keadaan hilang ingatan.
Alex Will sangat ingin membalaskan dendam kepada Leonardo yang merupakan ketua mafia, yang bernama Black window, dan Black window adalah mafia terkuat di negara ini.
''Sialan, anak buah ku semuanya tidak ada yang becus, mencari satu orang saja gak bisa,'' Alex menggerutu sendiri.
Tak lama kemudian seorang wanita masuk ke ruangannya, dia adalah Anna sekertaris nya.
''Bos, sepertinya klien kita dari luar negeri sudah datang, dia sedang menunggu bos di hotel tempat dia menginap,'' ucap Anna berdiri di depan meja.
''Baik, bilang padanya, aku akan segera datang,'' ucapnya datar.
''Baik bos, saya akan segera menyampaikan padanya. Saya permisi bos,'' Anna pamit dan keluar dari dalam ruangan.
Alex hanya mengangguk.
Ia pun memakai jas hitam yang dia letakan di belakang kursinya, merapikan nya sambil bercermin, setelah itu dia pun berjalan keluar di dalam ruangan.
______-----______
Satu bulan kemudian.
Leonardo menjalani hari harinya sebagai Axel, sampai saat ini ingatan nya masih belum juga kembali, tapi ia merasa senang menjalani hari-hari bersama ibu dan juga Adel.
Entah mengapa ia sudah menganggap ibu Sarah seperti ibunya sendiri, ibu yang memiliki pembawaan yang anggun dan juga keibuan membuatnya merasa sangat nyaman dan begitu saja merasa sayang kepada wanita yang telah menerima dirinya untuk tinggal di sana, dan dengan senang hati menganggapnya sebagai anaknya sendiri.
Sementara Adel, gadis berusia matang yang setiap hari bekerja sebagai penjual gorengan pun telah semakin dekat dengan dirinya, mereka sering menghabiskan waktu bersama, layaknya keluarga.
Terkadang Axel juga ikut berjualan bersama Adel, meski tidak setiap hari karena setelah para tetangga mengetahui Axel tinggal di sana, banyak dari mereka yang sekedar datang ke rumah dengan alasan membeli gorengan, padahal mereka ingin curi-curi pandang kepada Axel ataupun sekedar berkenalan.
Seperti yang sedang terjadi pagi ini, di rumah Adel sudah banyak ibu-ibu dan bahkan gadis remaja, mengantri membeli gorengan hangat yang kebetulan baru saja matang.
Mereka mengantri di halaman rumah, hingga hampir memenuhi halaman, Axel dan Adel tampak sibuk melayani dengan tersenyum ramah.
''Dedek Axel, gorengan saya mana? ko lama sekali?'' ucap salah seorang ibu dengan tersenyum genit dan mengedipkan sebelah matanya kepada Axel.
''Iya, Bu, sebentar ya, ngantri soalnya,'' jawab Axel tanpa menoleh, tangannya sibuk memasukan gorengan ke dalam kantong plastik, dengan kepala menunduk.
''Punyaku santai saja, ganteng, aku masih betah melihat wajahmu,'' ibu di sebelah Axel berucap sambil terus tersenyum menatap wajah tampannya.
Adel hanya geleng geleng kepala, melihat ibu-ibu yang terlihat genit dan bahkan tak segan mencolek ataupun mengelus tubuh kekar Axel.
Dasar ibu-ibu genit. (Ucapnya dalam hati)
Gorengan pun habis terjual hanya dalam kurun waktu kurang dari dua jam, Axel dan Adel duduk selonjoran di teras rumahnya, mengatur nafas terasa lelah.
''Kehadiranmu memang membawa keberuntungan, berkatmu dagangan ku cepat terjual tanpa harus berkeliling kampung,'' ucap Adel dengan tersenyum, dan merapikan kaos oblong berwarna putih yang di kenakan nya.
Adel tersenyum sambil memijat kakinya yang terasa pegal karena telah berdiri terlalu lama.
''Iya dong, kamu harus berterima kasih padaku, berkat ketampanan wajahku pekerjaan mu jadi lebih mudah,'' Axel mengangkat wajahnya menyombongkan diri.
''Iya, aku sangat berterima kasih padamu tuan tampan,''jawab Adel sambil membungkukkan tubuhnya, berbicara dengan nada bercanda.
''Nah, begitu dong,'' Axel menjentikkan dua jarinya.
''Tapi, apa kamu tidak merasa risih sama sekali, di colek colek sama ibu-ibu tadi? bahkan mereka terus menatap wajahmu dengan tersenyum genit, untung wajah mu itu tidak berlubang,'' ucap Adel mengerutkan kening.
''Akh, cuma gitu saja mah tak apa apa, yang penting jangan suruh aku buka baju dan celana, kalau cuma di colek saja si sudah biasa,'' jawab Axel masih dengan nada sombongnya.
Adel tersenyum sinis.
''Ikh, dasar narsis,'' celetuk Adel.
Adel meraih tas kecilnya untuk menghitung uang yang dia dapat dari hasil berjualan hari ini. Dia merapikannya lalu menghitung tiap lembaran uang terlihat lumayan banyak.
''Wah...! hari ini lumayan juga,'' ucap Adel dengan tersenyum.
''Dapat berapa?'' tanya Axel merasa penasaran, lalu melirik ke arah yang yang di genggam oleh Axel.
''350.000. Ibu menambahkan porsi dagangan, jadi hasil yang kita dapatkan juga lumayan,'' Adel memasukan uangnya kembali ke dalam tas yang berada di pangkuannya.
Tak lama ibu datang dari arah dapur, membawa satu piring gorengan hangat yang baru saja matang. Axel tersenyum senang, akhirnya makanan kesukaannya datang juga, dua langsung meraih satu buah dan memakannya.
''Aww... panas,'' ucapnya kaget.
Adel dan ibu hanya tersenyum melihat tingkah Axel, sudah satu bulan dia tinggal di sana, namun dia sama sekali tidak merasa bosan setiap hari memakan gorengan.
''Bu, ada nasi tidak? aku lapar,'' tanya Axel masih dengan mengunyah makanan di dalam mulutnya.
''Kamu mau makan sama apa? kita kan belum masak pagi ini?'' tanya Adel menatap wajah Axel.
''Dengan ini,'' Axel menunjuk jari nya ke atas piring.
Adel menggelengkan kepalanya sambil sambil tersenyum geli melihat tingkah Axel.
''Ada banyak ko, sebentar ibu ambilkan,'' ucap ibu hendak berdiri.
''Nggak usah, Bu. Biar aku ambil sendiri, kasian, ibu pasti capek,'' ucap Axel berdiri lalu berjalan ke dalam rumah.
Ibu pun kembali duduk dengan tersenyum. Tak lama kemudian Axel kembali dengan membawa satu piring penuh nasi, dan memakannya dengan gorengan sebagai lauknya, ia pun makan dengan lahapnya, tanpa menghiraukan jika Adel dan juga ibu memandangi wajahnya dengan tersenyum.
Saat dirinya sedang lahapnya makan, tiba tiba saja datang beberapa orang laki laki yang terlihat seperti seorang preman.
''Wah... wah... kalian sedang santai ya?'' ucap pria bertubuh tinggi dengan kumis tebal di atas bibirnya.
Adel dan ibu terkejut dan saling berpegangan, sementara Axel tidak menghiraukan, dan masih fokus makan dengan kepala menunduk.
_____________----------------_____________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Asih Ningsih
siapa lg tu preman.
2023-10-04
0
Asih Ningsih
entar suami2 ibu2 itu pasti akan memarahi axel klu tau istri2nya pada ganjen.
2023-10-04
0
Asih Ningsih
iyeee axel atau leonardo ketua mafia .
2023-10-04
0