''Kita mau beli apa sih?'' tanya Axel yang berjalan di belakang Adel dengan tangan yang menggenggam erat pergelangan tangan wanita itu.
''Beli sayuran, terus aku mau membeli wajan, buat ngegantiin wajan ibu yang kemarin rusak,'' jawab Adel tanpa menoleh.
''Kenapa mesti ke pasar si? bukannya ke supermarket saja, yang lebih bersih dan gak berdesak desak gini,'' ujar Axel dengan tubuh terhimpit di antara banyak nya orang.
''Udah diam, gak usah banyak bicara.''
''Ikh... bau,'' ujar Axel sambil menutup hidung dengan kedua jarinya.
Adel hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Axel yang seolah belum pernah memasuki pasar sama sekali. Adel berhenti di sebuah toko sayuran.
''Mbak, saya beli wortel sama kol ya,'' ucap Adel sembari memilih sayuran yang hendak di belinya.
''Baik, mau berapa kilo?''
''Masing masing satu kilo saja Mbak.''
''Baik tunggu sebentar ya,'' jawab ibu penjual lalu menyiapkan pesanan Adel.
''Ini pesanannya mbak,'' penjual itu memberikan satu kantong plastik berisikan wortel dan juga kol.
''Ini uangnya mbak,'' ujar Adel sambil menerima kantong plastik serta memberikan uangnya.
''Makasih ya mbak,'' ucapnya lagi lalu berjalan.
''Kita mau kemana lagi?'' tanya Axel masih dengan perasaan risi berada di sana.
''Tunggu, aku mau ke toko yang berada di ujung sana, mau beli wajan,'' jawab Adel datar.
Axel mengekor dari belakang, ia merasa menyesal karena telah ikut Adel kesana, seharusnya dia menunggu di rumah, duduk santai sambil memakan gorengan buatan ibu, hatinya bergumam.
Ia pun hanya pasrah mengikuti Adel kemana pun kaki Adel melangkah dengan mulut yang sedikit di kerucutkan.
Ternyata toko yang akan di kunjungi oleh Adel berada di tempat paling ujung di dalam pasar itu, keadaan di sana sedikit lenggang tidak terlalu ramai seperti di depan, bahkan bisa di bilang sepi, hanya ada satu, dua orang yang melintas di sana.
''Masih jauh tidak?'' tanya Axel.
''Sebentar lagi, tuh toko yang di sana,'' jawab Adel menunjuk toko yang paling ujung yang terlihat sepi tidak ada pembeli.
Adel mengangguk dengan wajah datar.
Mereka berjalan, dengan sedikit tergesa gesa, Axel dapat sedikit bernafas lega karena suasana jalan yang tidak terlalu padat membuat nya sedikit menjaga jarak dari Adelia.
Akhirnya mereka pun akan segera sampai di toko yang di maksud, namun, tiba tiba, ada seorang laki-laki remaja yang mengambil tas Adel secara paksa dan langsung berlari kencang menjauhi mereka.
Adel yang merasa terkejut sontak berteriak seketika, sementara Axel langsung berlari mengejar remaja tersebut.
''Jambret...!'' suara Adel terdengar sangat keras.
Dia pun berlari di belakang Axel mengejar penjambret tersebut. Terjadilah kejar kejaran di antara kerumunan orang yang sedang berbelanja di dalam pasar.
Mereka semua hanya menatap dengan tatapan cuek tanpa ada yang menolong seorang pun.
''Hey... tunggu...! dasar jambret kurang ajar,'' teriak Axel sambil terus berlari mengejar.
Dengan nafas yang terlihat berat dan keringat yang memenuhi seluruh badan, akhirnya mereka dapat mengejar penjambret itu, karena dia berhenti di jalan buntu.
''Nah...! kena kamu," ucap Axel dengan nafas yang ngos ngosan.
"Sini kalau berani," jawab penjambret dengan nada menantang.
"Sialan, dasar anak bau kencur, berani kamu menantang aku, cepat kembalikan tas itu, kalau kamu ingin uang, kerja dong, enak aja main ambil tas orang," jawab Axel memasang kuda kuda bersiap untuk menyerang.
"Coba maju kalau berani," penjambret semakin menantang.
"Dasar, sini ka--" belum sempat Axel meneruskan ucapannya, tiba-tiba saja, munculah beberapa orang laki-laki bertubuh besar dari balik bangunan kosong yang berada di belakang penjambret tersebut.
Axel dan Adelia melotot menatap mereka semua, keduanya terkejut dan mundur satu langkah lalu saling berbisik.
''Gimana ini, mereka banyak,1,2,3,4,5,6,7, ada tujuh orang, kamu gak akan sanggup melawan mereka semua,'' ucap Adel berbisik di telinga Axel.
''Iya juga, aku pikir, dia hanya sendiri,'' jawab Axel dengan suara pelan.
''Ayo maju kalau berani,'' ucap salah satu dari mereka.
''Oke, kalian pikir aku takut sama kalian,'' Axel maju beberapa langkah.
''Axel, kamu serius mau melawan mereka?'' Adel memasang wajah cemas.
''Kamu tenang dan tunggu di sini, jangan kemana mana.''
Mereka pun maju satu persatu, dengan tanpa gentar dan tanpa rasa takut sama sekali, Axel melawan dan mengalahkannya. Dia segera menepis tangan dari preman tersebut yang akan menghantam dirinya dengan kedua lengannya, lalu membanting tubuhnya ke atas tanah, yang sontak saja membuat preman itu langsung meringis kesakitan.
Melihat temannya tersungkur di atas tanah, salah satu dari mereka pun kembali maju dan melayangkan kakinya hendak menendang, namun karena kecepatan tangan Axel lebih cepat dari preman tersebut, kaki sang preman kini berada di genggaman tangan Axel dan dia pun kembali di banting kan ke atas tanah.
''Sialan...! semuanya ayo maju," Axel pun di serang secara bersamaan oleh kelima preman, mereka hendak memukul, menendang, bahkan menghantam, namun karena keahlian bela diri Axel tidak dapat di ragukan lagi, maka semua serangan yang hendak di hantam kan kepadanya semua dapat di tepis dengan begitu saja oleh lengan Axel.
Dan semenit kemudian kelima preman tersebut tersungkur di atas tanah dengan wajah yang meringis kesakitan.
Merasa kesal, salah tau preman menghampiri Adel yang berdiri tak jauh dari tempatnya berkelahi, dia meraih lengan Adel, mendekap dengan kedua tangan lalu mengeluarkan pisau dari dalam sakunya. Pisau itu di letakan di leher Adel.
"Cepat berhenti, jika tidak wanita ini akan mati di tanganku," ucapnya dengan wajah dan mata yang menatap tajam ke arah Axel.
Adel panik dan berteriak meminta tolong, namun suara sedikit tertahan karena pisau itu berada sangat dekat dengan lehernya.
"Lepaskan dia," Axel panik, dan menghentikan gerakannya yang hendak menghantam salah satu preman.
"Cepat mundur."
"Iya aku akan mundur, tapi lepaskan dia dulu."
"Ha... ha... ha...! dasar brengsek, wanita ini tidak akan selamat, karena kamu telah berani melawan kami," jawab nya, lalu semua temannya berdiri di belakang preman tersebut, dengan wajah yang masih meringis kesakitan.
"Tenang, kalian boleh ambil tas itu, tapi lepaskan wanita ini, aku mohon," ucap Axel dengan wajah memohon.
Karena sudah merasa sangat kesal, salah satu dari preman menghampiri Axel lalu melayangkan pukulan yang sangat keras dan tepat mengenai perutnya, Axel ambruk seketika dan tersungkur ke atas tanah.
Mereka pun segera berlari secara bersamaan setelah sebelumnya melepaskan Adel terlebih dahulu, meninggalkan mereka berdua dengan membawa tas milik Adel yang berisikan uang, hasilnya berjualan selama beberapa hari kemarin.
______________----------_______________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Asih Ningsih
iya benar2 apes del axel gak apa2 tas di bawa yg penting nyawa klian masih selamat.
2023-10-05
0
Asih Ningsih
salah cari lawan bro ketua mafia kmu lawan k o deh semua.
2023-10-05
0
Fadillah Ahmad
apaan sih kayak sinetron aja, seperti pecundang aja cowok nya.!!!
2023-08-11
0