Hari Baru

Seperti judul lagunya Celine Dion, A New Day Has Come. Hari ini hari baru yang telah tiba untukku, hari yang aku tunggu setelah melaluinya di dalam masa kegelapanku dan bertahan sekuat mungkin.

Aku kembali ke sekolah dengan identitasku semula tanpa ada yang harus aku takutkan. Ku ucapkan selamat tinggal pada wig dan baju-baju manset. Aku, Vania Kirana Larasati tidak perlu menahan diri lagi.

"Terimakasih atas kontribusi Tuan Muda untuk sekolah kami. Ini sangat membantu kami dalam hal pengembangan kegiatan belajar mengajar." Ibu Kepala Sekolah menunduk hormat pada Kakak Ipar dan Kak Litha.

Hahahaha ... Sekarang aku serasa memiliki super power di sekolah ini. Pemberian bantuan 50 unit Personal Computer beserta perangkat pendukung dengan spek terbaru ini dianggap sebagai ungkapan terimakasih hanya karena Kepala Sekolah mengizinkan aku pulang ke rumah mereka selama 3 hari. Wow!

"Tidak perlu sungkan. Kami hanya ingin memberi tanda bahwa Vania adalah kesayangan kami di Keluarga Pradipta," sahut Kakak Ipar dingin menanggapi ucapan Kepala Sekolah.

"Ya-- ya-- Tuan Muda tidak perlu khawatir, Vania akan belajar dengan baik disini. Sangat baik sampai dirinya juga membawa nama baik sekolah di berbagai lomba, persis seperti Nyonya Pradipta dahulu."

"Hueek! Ingin muntah rasanya mendengar Kepala Sekolah menjilat Kakak Ipar. Gadis yang dulu dia teriaki Litha kini dia sebut Nyonya Pradipta dengan penuh rasa hormat di mulutnya. Mana hardikannya dua tahun lalu saat kakakku mengiba agar aku tidak dikeluarkan dari sekolah ini?"

Hatiku panas mengingat kejadian di tahun pertama yang membuat harga diri Kak Litha dipijak dengan arogan karena tidak bisa ikut berkontribusi untuk sekolah. Roda memang berputar, sekarang dengan mudahnya 50 unit paket komputer terbaru dengan spek bukan kaleng-kaleng menghiasi laboratorium komputer.

"Belajar yang baik, Nia. Hormati gurumu agar pelajaran yang disampaikan bisa diterima otakmu," kata Kak Litha mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang sebelum pergi.

Aku mengangguk, "Aku akan merindukan Kak Litha dan Kakak Ipar." - dan tersenyum - "juga Asisten Yan," lanjutku dalam hati.

.

.

.

"Nia, kenapa tiba-tiba rambutmu jadi panjang? Dan kau terlihat berbeda," sahut Rachel teman sekelasku heran mengamati perubahan penampilanku yang sudah tidak lagi mengenakan wig dan baju manset.

"Ini diriku yang sebenarnya, Chel."

"Nia, gosipnya adik ipar Tuan Muda yang membeli rumahnya Serena itu kamu ya? Kemarin sempat viral dengan pembagian sembako plus di Jalan Siliwangi, terlihat ada kamu disana," ujar Gina heboh.

"Iya, aku ikut membantu membagikannya. Itu salah satu kegiatan dari acara syukuran yang dilakukan kakak iparku karena istrinya hamil."

"Beruntung sekali kakakmu mendapat Tuan Muda kaya dari Ibukota, sangking kayanya bisa membeli rumah mewah Keluarga Wijaya. Kalau nanti kakakmu mengajarkan triknya, jangan pelit memberitahu kami ya?"

Entah kenapa aku merasa Patricia menghina kakakku, "Pat, rasanya aku belum memberitahumu kalau sekarang aku punya imunity dari Kepala Sekolah."

"Sombong sekali kau, Vania! Mana sikap culunmu yang menjijikkan itu? Berlagak setelah kakakmu menjadi seorang Nyonya. Ingat kau ini bukan kaya dari keturunan! Kau hanya beruntung mendompleng nasib emas kakakmu!"

"Oh ya--"

Kuinjak kuat salah satu kakinya dengan tumitku tanpa ampun hingga dia berteriak kesakitan, "Mau kulepas, hah! Tunggu dulu! Aku bisa berbuat ini karena kau menyinggung kakakku. Kalau selama ini aku mati-matian menahan diri, sekarang tidak lagi!"

BRAKK.

"Aaauuwww!!!"

Ku angkat tumitku lalu kudaratkan seluruh telapak kakiku dengan hentakan kuat. Jangan tanyakan kekuatan kakiku, kedua kakiku sudah cukup terlatih dengan berbagai tendangan di Dojang.

"BRENGSEK KAU VANIA!!!"

.

.

.

Baru hari pertama aku kembali dengan diriku yang sebenarnya, sudah dipanggil Kepala Sekolah dengan didampingi wali kelas. Tapi aku tidak lagi menjadi pesakitan karena semua omonganku adalah magis, mau benar apa tidak, posisiku sudah jelas. Apalagi kalau sudah menyangkut Nyonya Pradipta, Kepala Sekolah jelas tidak akan berani sama sekali mengambil resiko karena sama saja cari mati.

"Nia, apa aku salah menilai atau kalau kau sudah berubah?" Keysha menghampiriku di kantin sekolah saat jam istirahat.

"Berubah?" tanyaku bingung.

"Sikapmu sama dengan anak-anak lainnya. Vania yang aku kenal tidak seperti ini," protes Keysha pelan, ia duduk berhadapan denganku dengan makan siangnya.

"Anak-anak lainnya siapa maksudmu?"

"Ya seperti Serena dan yang lainnya. Kudengar tadi pagi kau menindas Patricia sampai terluka, lucunya semua bungkam menerimanya begitu saja, termasuk walinya sendiri."

"Apa rumor mengatakan aku menindasnya?" tanyaku sambil bersandar dan mengunyah sepotong sosis.

"Ya. Kau menindasnya dan menyombongkan status barumu. Kau berlagak seperti itu karena tidak ada yang bisa menyalahkanmu, pengaruh Tuan Muda dari Ibukota itu sebagai kakak iparmu sangat kuat."

Aku tersenyum sinis pada teman sekamarku ini, kutatap lekat matanya, "Kenapa? Kau tidak suka?"

"Suka atau tidak suka bukan itu masalahnya, Nia. Aku seperti tidak mengenalmu, dulu kau--"

"Culun, pasrah dihina dan ditindas ... juga selalu mejadi bahan ejekan," potongku dengan masih menatap ke dalam retinanya.

Keysha menghela nafas, "Maaf, aku tidak bermaksud--"

"Aku paham, kau pasti kaget dengan perubahanku yang secepat kilat, kan. Hahahaha ... tenang saja aku masih Vania temanmu yang dulu, kok," kataku santai tersenyum padanya, "Aku hanya bersikap persis seperti mereka untuk mereka sendiri kok."

Keysha membalas senyumku, mulutnya ingin mengatakan sesuatu tapi bungkam mendengar suara nyaring dari sudut kantin.

"TERNYATA GADIS CULUN INI SUDAH BERUBAH MENJADI GADIS BAR-BAR!"

Aku menoleh ke belakang, siapa lagi yang berani berbuat demikian kalau bukan Serena Wijaya bersama teman-teman setianya.

"DIA MENIPU KITA SEMUA TEMAN-TEMAN! LIHAT SAJA PENAMPILANNYA BISA BERUBAH DALAM SEKEJAP. SELAMA INI DIA MEMPERMAINKAN KITA!"

Serena berteriak lantang memprovokasiku. Aku hanya meliriknya sekilas dan kembali menikmati makan siangku. Keysha yang berada di depanku gemetar setengah mati.

"Ni-- Nia-- Ma-- maaf. A-- aku tadi di--paksa untuk mengatakan yang sebenarnya," lirihnya ketakutan menunduk tidak berani melihatku.

"Mengatakan yang sebenarnya?"

"Ya-- a-- aku bilang selama i-- ni kau memakai rambut palsu."

Aku mengangkat alisku melihat Serena yang amarahnya sudah di ubun-ubun.

"Pantas saja dia begitu marah. Hahahaha ...." gumamku menahan tawa.

"Maaf Nia."

"Tidak apa. Memang pada akhirnya akan seperti ini, cepat atau lambat. Tidak perlu merasa bersalah, Key. Kau juga pasti ditekan olehnya, apa ada yang terluka?"

Keysha menggeleng, masih tertunduk tidak berani melihatku dan juga seseorang yang kurasakan kian dekat menghampiriku dengan aura kemarahan.

"Apa benar ini bukan rambut palsu lagi?"

Sial! Serena menarik rambutku dengan keras hingga aku nyaris terjengkang dari kursi. Namun sebelum itu terjadi, kuraih pergelangan tangannya dan kupelintir hingga dia merenggangkan tarikan rambutku. Setelah kurasakan tarikannya melonggar, aku berdiri dan mengangkat kaki ke arah belakang hingga membentuk sudut 90 derajat. Selanjutnya, kutendang pinggang Serena dengan menggunakan tumit kaki. Teknik tendangan Dwi Chagi ini sering aku latih bersama Sabeum Dre, jadi keakuratan kena sasaran bisa dibilang selalu tepat.

GEDEBUK.

Tubuh Serena tumbang ke lantai yang dingin. Semua mata terbelalak dan sebagian ada yang menutup mulutnya.

"Dasar gadis Bar-bar! Penipu! Sekarang kau malah menendangku," raungnya sembari merintih sakit.

"Heh! Siapa suruh kau bodoh. Kau tertipu penampilanku yang lalu karena memang kau tidak bisa membaca dan membedakan karakter orang. Jika dulu aku menahan diri terutama saat kau menindasku, tapi tidak sekarang," tandasku tajam menukik ke matanya.

"Cih! Berlagak kaya, padahal kau hanya mendompleng pada orang lain! Apa bedanya kau dengan parasit" sengit Serena masih tidak mau kalah.

"Terus ... Apa ada masalah? Faktanya kita semua mendompleng sesuatu yang bukan hasil milik sendiri. Kuberitahu padamu, sekarang kasta murid tertinggi ada padaku. Pantaslah kalau aku mau berlagak!" seruku dengan angkuh mengangkat wajahku di depan mukanya.

Emosi Serena kian membubung tinggi sampai dia mengangkat tangannya ingin menamparku, tapi dengan sigap aku menangkap pergelangan tangannya.

"SERENA!"

Lengkingan suara Kepala Sekolah menggelegar di aula kantin, semua mata yang awalnya memperhatikan kami kini berganti berpusat pada wanita paruh baya itu.

"KALIAN BERDUA! SEGERA KE RUANGANKU!" teriaknya lalu berbalik keluar dari ruangan ini.

"Kita lihat, apa sekarang roda sudah berputar, Nona Wijaya?"

Kutepis tangannya keras ke samping lalu mengikuti Kepala Sekolah ke ruangannya. "Hah! Aku sangat puas melawannya di depan semua orang. Seakan semua yang kupendam selama ini aku keluarkan barusan."

...***...

Bu Burne berdiri mengamatiku dengan seksama, berulang kali dia menghela panjang nafasnya. Setelah aku dan Serena dipanggil oleh Kepala Sekolah, wali kelasku mengantarku ke kamar. Kami berdua diskors selama tiga hari.

"Nia, apa ada yang aku tidak ketahui sebagai walimu di sekolah ini?" tanya Bu Burne, dia tidak melepas pandangannya dariku yang tengah duduk di tepi pembaringan.

Apa yang bisa kujawab? Toh juga aku mengelabuinya hampir selama dua tahun ini, meski dia satu-satunya pelindungku dari segala ancaman di tempat ini. Kini aku hanya bisa menunduk menghindari tatapan matanya.

"Oke, baiklah. Aku hargai kalau kau tidak ingin memberitahukannya. Tapi apa aku merasa kau mengalami perubahan? Sekarang kau tidak jauh berbeda dengan Serena dan lainnya."

Aku mengernyit heran, tidak tahu kemana arah pembicaraan wanita berperawakan kecil dan berkacamata itu.

"Nia, sebagai guru dan wali kelasmu, aku tahu sifat dan karkatermu. Kau muridku yang paling luar biasa." Dihela nafasnya sejenak, lalu duduk di sampingku, "Kau tahu apa yang luar biasa darimu? Kemampuan bertahanmu, Vania." Dia menatap lurus ke dinding, tidak ke arahku.

"Kau mengalami banyak tekanan disini, tapi hebatnya kau malah menunjukkan prestasi, bukan ditekan menjadi menyerah tetapi makin menunjukkan sisi cemerlangmu. Siapa sangka kau bisa meraih juara umum di angkatanmu setiap semester dari kelas 2, siapa duga kau membawa nama sekolah menjadi juara di berbagai kompetisi dan siapa mengira akhirnya nasib baik berpihak pada kalian karena kau dan kakakmu adalah manusia kuat, pantang menyerah dan-- berhati tulus."

Airmataku jatuh, perasaanku serasa sangat rapuh, "Apa aku salah kalau mempertahankan harga diri yang sudah mereka injak selama ini, Bu?"

"Nia Sayang-- Tidak-- Tidak salah, hanya caranya kurang tepat. Kau tahu apa yang membuatmu Kepala Sekolah mempertahankanmu? Bahkan di saat perwakilan komite orangtua murid protes karena mengalokasikan dana untuk bantuan sosial atas namamu sehingga selama ini kakakmu hanya cukup membayar setengah dari biaya sekolah tiap bulan. Itu karena dirimu sendiri, Nia .... Hanya karena dirimu sendiri!" Bu Burne menekankan suaranya di akhir kalimat, dia tersenyum, "Kau bisa membuktikan bahwa sekolah ini membutuhkanmu untuk mengangkat namanya, kredibilitasnya. Sekarang statusmu sebagai adik ipar seorang Tuan Muda dari Ibukota yang menjadi pendonor utama sekolah ini tidak lebih dari pelengkap 'kilau'-mu. Kau tidak perlu menunjukkan apapun, karena semuanya sudah tahu. Kau cukup mengabaikan segala omongan mereka yang tidak menyukaimu, jangan buang waktu dan energimu untuk hal yang sia-sia."

Aku sesenggukan mengusap air dari mataku. Bu Burne adalah wali murid sekaligus guru yang paling aku sayangi. Walaupun aku tidak pernah sekalipun curhat padanya tapi dia bisa tahu saat dimana aku membutuhkan sandaran dan ikut bertepuk tangan kuat ketika memberi semangat.

"Ibu sakit hati jika akhirnya teman-temanmu menilaimu terkena sudden wealth syndrom, karena Ibu tahu kau tidak seperti itu. Pemikiranmu luas dan bijak untuk anak seusiamu. Itu hal istimewa yang kau dapatkan dari pahitnya kehidupan. ingat Vania ... Tunjukkan prestasi terbaikmu dan fokus pada tujuan hidupmu."

Ah ... betapa tulusnya dia mengatakan semua itu padaku. Dengan berlinang airmata aku memeluknya erat. "Terimakasih, Bu ... Sudah meluruskan kembali pemikiranku."

Bu Burne menepuk pundakku lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang. Aku tersenyum, keberuntungan dalam hidupku adalah memiliki orang-orang yang peduli denganku, meski hanya sedikit tapi semuanya sangat tulus dan tanpa kepura-puraan.

- Bersambung -

Keterangan :

sudden wealth syndrom : Sindrom yang muncul karena ketidaksiapan mental saat seseorang tiba-tiba memiliki banyak harta. 

Terpopuler

Comments

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

bu Burne... kupikir guru berbadan gemuk 🤭😂

2022-05-17

0

Chacha Nunuy Chasanah

Chacha Nunuy Chasanah

terimakasih bu burne sudh membuka mata hati nia....aq jg berpikir yg sma dgn bu burne akn sikap nia yg berubah...tpi itu wajar krn rsa sakit yg sll di pendam n ada dukun di belakang y...tpi lma" itu jg tdk akn baik bt dri nia sndri ntn y🙏💪💪💪❤❤

2022-05-16

0

naviah

naviah

lanjut

2022-05-15

0

lihat semua
Episodes
1 Vania Kirana Larasati (Prolog)
2 Seorang Penindas
3 Provokasi Serena
4 Sanksi
5 Ke Ibukota
6 Terpesona
7 Bias Mata
8 Terantai Rasa Pilu
9 Dia
10 Ku Kira Kenapa
11 Sudut Pandang
12 Patah Hati Kedua Kalinya
13 Pemakaman Ibu (1)
14 Pemakaman Ibu (2)
15 Aku Si Tawon
16 Aku Menantangmu!
17 Empati Luar Biasa
18 Semakin Mengaguminya
19 Hari Baru
20 Di Luar Kendali
21 Trending
22 I Feel It.
23 Ada Apa Ini?
24 Sejarah Asal-Usul Tiga Bersaudara
25 Wisuda Kakak Tersayangku
26 Brithday Party My Sister
27 Definisi Rasa Kecewa
28 Putri Salju
29 Aku Berhenti
30 Mengendalikan Diri
31 Aku Memohon PadaMu, Tuhan-ku
32 Tidak Sendiri Lagi
33 Cantik Sekali
34 Curhat
35 Mengusik Rasa Sakit
36 Andai Saja Dia Lebih Peka
37 Impian yang Terwujud
38 Lelaki Dua Sisi Mata Uang
39 Mencintai dalam Kesendirian
40 Apa Ini Takdir?
41 Something Missing in My Heart
42 Mengakar Kuat
43 Karena Aku Bukan Pecundang
44 Tuan Muda Kecil
45 Ulangtahun
46 Mengungkapkan Perasaan
47 Xena-nya Pradipta
48 Si Ketua BEM
49 Ingin Ikut
50 Pertemuan Tidak Terduga
51 Superhero
52 Sepupu
53 Seperti Wanita Murahan
54 Life Must Go On
55 Pengumuman
56 Status Belaka
57 Jangan Berpikir Terlalu Jauh
58 Inilah Kesopananku
59 Kau Cemburu?
60 Diikuti
61 Senang atau Sedih?
62 Mood-ku Jadi Jelek
63 Kencan Pertama (Part 1)
64 Kencan Pertama (Part 2)
65 Kencan Pertama (Part 3)
66 Akhir dari Kencan Pertama (Part 1)
67 Akhir dari Kencan Pertama (Part 2)
68 Wanita Manipulatif
69 Nia-ku
70 Jangan Pergi Lagi!
71 Tetaplah Hidup
72 Memulainya dari Awal
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Vania Kirana Larasati (Prolog)
2
Seorang Penindas
3
Provokasi Serena
4
Sanksi
5
Ke Ibukota
6
Terpesona
7
Bias Mata
8
Terantai Rasa Pilu
9
Dia
10
Ku Kira Kenapa
11
Sudut Pandang
12
Patah Hati Kedua Kalinya
13
Pemakaman Ibu (1)
14
Pemakaman Ibu (2)
15
Aku Si Tawon
16
Aku Menantangmu!
17
Empati Luar Biasa
18
Semakin Mengaguminya
19
Hari Baru
20
Di Luar Kendali
21
Trending
22
I Feel It.
23
Ada Apa Ini?
24
Sejarah Asal-Usul Tiga Bersaudara
25
Wisuda Kakak Tersayangku
26
Brithday Party My Sister
27
Definisi Rasa Kecewa
28
Putri Salju
29
Aku Berhenti
30
Mengendalikan Diri
31
Aku Memohon PadaMu, Tuhan-ku
32
Tidak Sendiri Lagi
33
Cantik Sekali
34
Curhat
35
Mengusik Rasa Sakit
36
Andai Saja Dia Lebih Peka
37
Impian yang Terwujud
38
Lelaki Dua Sisi Mata Uang
39
Mencintai dalam Kesendirian
40
Apa Ini Takdir?
41
Something Missing in My Heart
42
Mengakar Kuat
43
Karena Aku Bukan Pecundang
44
Tuan Muda Kecil
45
Ulangtahun
46
Mengungkapkan Perasaan
47
Xena-nya Pradipta
48
Si Ketua BEM
49
Ingin Ikut
50
Pertemuan Tidak Terduga
51
Superhero
52
Sepupu
53
Seperti Wanita Murahan
54
Life Must Go On
55
Pengumuman
56
Status Belaka
57
Jangan Berpikir Terlalu Jauh
58
Inilah Kesopananku
59
Kau Cemburu?
60
Diikuti
61
Senang atau Sedih?
62
Mood-ku Jadi Jelek
63
Kencan Pertama (Part 1)
64
Kencan Pertama (Part 2)
65
Kencan Pertama (Part 3)
66
Akhir dari Kencan Pertama (Part 1)
67
Akhir dari Kencan Pertama (Part 2)
68
Wanita Manipulatif
69
Nia-ku
70
Jangan Pergi Lagi!
71
Tetaplah Hidup
72
Memulainya dari Awal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!