Tangan Trevor terhenti di samping pipiku. Dia tidak bisa menyentuh pipiku karena pelindung sihir yang kubuat. Aku menyingkirkan tangannya. Trevor menggertakkan giginya dengan keras sambil menatapku tajam. Ini sama sekali tidak membuatku takut. Bagiku dia terlihat menyedihkan.
"Kepala keluarga yang sah adalah aku. Ayah telah memilihku dan kekuatan sihirku lebih besar daripada dirimu, Trevor," jawabku sinis.
"Memang benar kekuatan sihirmu lebih besar Diana, tetapi Ayah berubah pikiran dan menuliskan namaku di surat wasiatnya. Aku akan menunjukkannya padamu."
Trevor keluar dari kamarku. Aku memutar bola mata. Tak lama Trevor membuka pintu kamarku dengan kasar sambil membawa kertas.
"Lihat di sini tertulis namaku!" bentaknya sambil menunjuk-nunjuk surat itu.
Aku menghela napas panjang. "Sudah kubilang kalau itu bisa saja dimanipulasi."
"Bagian mana yang dimanipulasi? Semua ini tulisan ayah!" Trevor berteriak semakin keras.
Ini membuatku semakin kesal. Aku berusaha menyelesaikan ini tanpa amarah, tetapi berkat Trevor usahaku sia-sia.
"Kalau begitu kita bawa saja surat ini pada Raja untuk membuktikan keaslian surat ini. Raja mempunyai alat untuk memeriksa surat itu dimanipulasi atau tidak," ancamku.
Raja pasti akan mendengarkan permintaan kami, karena aku dan Raja berteman. Trevor pasti ketakutan mendengar hal ini. Dia akan ketahuan karena ada bekas sihir di surat itu. Tulisan yang berada di surat wasiat itu memang tulisan Ayah. Cara satu-satunya untuk mengganti surat wasiat adalah melalui sihir. Aku tidak menyadari waktu itu karena butuh alat untuk mendeteksinya.
"Tidak perlu ke sana. Sudah pasti ini adalah surat wasiat yang asli."
Dengan tidak mau memeriksa surat wasiat, itu sudah membuktikan bahwa Trevor telah memanipulasinya.
"Kepala keluarga biasanya adalah orang yang terkuat, Trevor."
Trevor masih bersikeras mengoceh bahwa dirinya adalah kepala keluarga. "Tidak kepala keluarga adalah anak pertama. Buktinya adalah Keluarga Rockyard, Keluarga Skyrise dan keluarga-keluarga lain, semua kepala keluarga mereka adalah anak pertama."
Aku memegang pelipisku. "Itu karena anak pertama mereka memang terkuat di antara anak yang lain, Trevor."
"Berhentilah memanggilku dengan namaku Diana. Aku adalah kakakmu."
Seorang kakak tidak mungkin melakukan tindakan sekeji Trevor. Meski berhubungan darah aku tidak akan mau memanggilmu kakak lagi.
"Kau tidak pantas dipanggil Kakak."
Tembok penahan amarah Trevor telah runtuh. Dia meletakkan surat wasiat itu di meja. Lalu menatapku dengan api amarah yang berkobar.
"Aku menantangmu bertarung Diana. Jika aku menang, kau harus mengakuiku sebagai kepala keluarga," kata Trevor meninggikan suaranya.
"Jika aku yang menang bagaimana?" tanyaku.
"Aku akan mengakuimu sebagai kepala keluarga. Namun, aku yakin itu tidak mungkin terjadi," balasnya sambil mengejek.
Aku tersenyum getir. Seharusnya kau tahu batasan dirimu sendiri, Trevor. Apa kau bodoh? Menantang adikmu yang lebih kuat. Kekalahanmu ada di depan mata.
Trevor mengeluarkan sihir api untuk menyerangku secara tiba-tiba. Aku berhasil menangkisnya dengan pelindung sihir.
Aku menyerang balik Trevor dengan bola api. Sama denganku, dia menangkisnya dengan pelindung. Namun, perbedaan kekuatan kami sangat besar. Pelindung itu retak. Trevor menyadarinya, segera menghindar ke samping.
Aku menciptakan jarum dari es lalu menyerangnya. Trevor membuat pelindung lagi, tetapi jarum itu mampu menembus pelindung itu dengan mudah. Lengan dan kaki Trevor terluka. Dinding kamarku berlubang, aku bisa memperbaiki semua kerusakan ini apabila sudah selesai bertarung.
Dia masih bersikeras bertarung melawanku, menggunakan sihir es untuk membatasi pergerakanku. Kakiku dibekukan. Dengan segera aku melepaskan diri dengan mudah.
Trevor menggertakkan gigi, menyerang dengan sihir api kembali. Hanya itu yang bisa dia lalukan. Sihir-sihir dasar. Dengan itu ia berharap menjadi kepala keluarga? Jangan bermimpi.
Aku menghindarinya kali ini. Tembok di belakangku hancur. Sepertinya biaya perawatan kamarku akan membludak.
Aku menunjukkan perbedaan kekuatan kami dengan membuat bola-bola sihir berwarna putih. Daya serang bola-bola sihir ini lebih kuat dibandingkan sihir api ataupun sihir es. Warna bola-bola sihir ini berbeda tiap penyihir yang menjadi ciri khas masing-masing. Ini adalah sihir yang diajarkan oleh ayahku tetapi tidak mampu dikuasai Trevor.
Aku melancarkan serangan. Trevor berusaha melindungi diri sambil menghindar. Namun, dia tidak akan bertahan lama. Pelindungnya pecah, bola-bola sihirku mengenainya.
Trevor babak belur. Dia tidak bahkan kesulitan untuk berdiri. Aku mendekatinya.
"Sekarang apa kau mengaku kalah?" tanya dengan nada mengejek.
"Masih belum. Aku adalah kepala keluadga Moonlight, bukan kau!" teriak Trevor.
Aku menggunakan sihir angin untuk menekan Trevor. Dia tersungkur.
"Sepertinya kau mengingkari janjimu sendiri. Lalu, kau juga tidak akan mau mengakuiku sebagai kepala sampai kapanpun."
"Jika sudah tahu menyingkir dari hadapanku Diana!"
"Sayangnya aku tidak mau. Aku akan menguak kalau kau adalah dalang dari pembunuhan Ayah."
Trevor melebarkan matanya. Dia sepertinya terkejut bagaimana aku bisa tahu.
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Kita sudah menangkap pembunuh Ayah dan membunuhnya dengan tangan kita sendiri. Kau juga melihatnya dengan mata kepalamu sendiri, Diana," elak Trevor.
"Sudah kuduga kau akan mengelak, Trevor. Aku akan mengumpulkan bukti untuk menjebloskanmu ke penjara dan membuatmu malu. Lalu aku akan menghukummu," ancamku.
"Bukti itu tidak ada, Diana."
"Kita lihat saja. Seandainya pun memang semua bukti sudah kau lenyapkan, aku tetap akan membunuhmu."
Aku menyeringai. Terlihat ketakutan di mata Trevor. Dia sama sekali tidak menjawab bukti dalam pembunuhan ayah. Itu artinya dia ingin tutup mulut atau bukti itu benar-benar sudah lenyap. Jika begitu...
"Aku akan membuatmu menderita. Terlalu baik jika membunuhmu."
Aku menginjak kaki kanan Trevor lalu melancarkan jarum es pada kakinya.
"ARGH!!!" teriak Trevor kesakitan.
Terdengar bunyi krek pada kaki yang kuinjak. Sihir angin itu kubatalkan. Lalu, kakiku kembali ke lantai.
Dia meronta-ronta kesakitan. Aku menjambak rambutnya sambil menyeringai.
"Pergilah, aku tidak mau melihatmu lagi. Aku sedang berbaik hati membiarkanmu kabur."
Trevor mengangguk-angguk. Berdiri dengan bersusah payah lalu berlari keluar. Dia berlari terpincang-pincang. Aku mengikutinya hingga memastikan Trevor benar-benar pergi dari kediaman ini.
Aku akan membuatnya mengalami semua penderitaanku. Kematian hanya membawa keselamatan baginya. Aku akan membuatnya malu, merasa sakit dan memohon ampun padaku. Dengan membiarkannya lari, pasti akan memberinya harapan untuk melawan dan membalasku. Itu adalah harapan palsu. Selamanya dia tidak akan menang dariku. Meskipun meminta bantuan temannya atau siapapun, aku tidak akan kalah.
Keputusasaan akan menggerogoti dirinya dan aku akan semakin senang. Setelah kakinya, aku akan mematahkan tangannya, membuat wajahnya hancur bahkan kalau perlu membuatnya kehilangan penglihatannya. Dia harus tetap bisa berbicara dan mendengar agar aku bisa mendengarnya menjerit dan membiarkanku mengolok-oloknya.
Tunggu saja Trevor aku akan mencari dan mendatangimu lagi. Penderitaanmu akan segera dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments