Cahaya memasuki mataku. Aku membuka mata. Aku bisa melihat. Kicauan burung terdengar di luar, aku bisa mendengar. Aku memprotkan parfum yang berada di meja rias. Aku bisa membau harumnya.
"A..."
Aku memegang tenggorokanku, aku bisa berbicara. Aku mendekati balkon. Terlihat taman di kediaman Moonlight. Itu adalah pemandangan di luar kamarku.
Kenapa seluruh inderaku kembali? Apa aku sudah mati dan berada di surga? Terakhir kali aku merasakan rasa sakit yang luar biasa lalu tubuhku terasa lemas.
Terdengar suara ketukan pintu. Seorang pelayan masuk. Itu adalah pelayan yang meninggal tiga bulan setelah pemakaman ayahku.
"Airnya sudah siap, Nona," kata pelayan itu.
"Ternyata aku berada di surga," kataku berbicara sendiri.
"Jangan bicara seperti itu, Nona. Tolong menjauh dari balkon. Jangan berpikiran untuk menjemput Tuan yang telah berpulang seminggu yang lalu."
Pelayan itu segera mendekatiku dan menarikku menjauh dari balkon. Apa katanya? Seminggu yang lalu ayahku meninggal? Kalau begitu aku kembali ke masa lalu?
Berarti permintaanku terwujud. Aku menyeringai. Ini adalah kesempatanku untuk membalas dendam pada semua orang yang telah menyakitiku di masa lalu. Aku tidak akan tertipu lagi.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menjemput ayahku sebelum membuat pembunuh ayah menyesal."
Aku menjauh dari balkon. Pelayan itu memiringkan kepalanya. Bukannya pembunuh itu sudah ditangkap dan diadili dengan dibunuh? Semua itu terlihat dari wajahnya. Karena dia tidak bertanya lebih lanjut, aku tidak berniat menjelaskannya.
Aku membersihkan diri dan segera mengeringkan rambut lalu berpakaian. Ini adalah awal yang bagus untuk memulai hari baru dan hidup baru.
Meskipun sebenarnya aku berharap kembali ke masa lalu sebelum ayahku meninggal. Aku akan memperingatkannya tentang rencana Trevor. Pasti ayahku akan mempercayai ucapan putrinya tersayang. Ayahku akan mendatangi Trevor menanyainya. Trevor akan menyangkalnya tetapi, ayahku tetap mempercayaiku. Lalu ayahku akan mengusirnya.
Semua itu hanyalah khayalanku belaka. Aku berharap bisa bertemu ayahku lagi. Tanpa sadar air mataku menetes. Aku segera mengusapnya. Aku harus kuat. Ayahku telah tiada. Hanya tersisa aku dan Trevor. Aku akan membalas perbuatannya.
Suara pintu diketuk terdengar dan terbuka.
Aku menoleh ke arah pintu itu. Ternyata Trevor.
Wajah orang yang dulu kuhormati sekarang kubenci sepenuhnya hingga ingin membunuhnya. Aku tidak ingin melihat wajahnya.
Darahku naik ke ubun-ubun. Aku berusaha tidak langsung menyerangnya. Kematian yang cepat tidak pantas untuknya aku akan membalasnya perlahan untuk merasakan penderitaanku.
Dia terlihat gelisah. Pasti gara-gara pertemuan penyihir tidak berlangsung dengan baik. Dia pasti direndahkan lagi, lalu berkeluh kesah di hadapanku. Meratapi dan menyalahkan dirinya karena tidak mempunyai kekuatan sihir yang besar dan tidak pantas menjadi kepala keluarga. Semuanya adalah tipu daya untuk membuatku simpati terhadapnya.
"Di pertemuan penyihir aku dihina lagi, Diana," keluh Trevor.
"Oh," jawabku singkat.
"Maaf kalau aku mengeluh terus Diana. Aku tahu kamu lelah. Aku juga merasa lelah karena diriku keluarga ini terus direndahkan."
Aku tidak menjawabnya dan memalingkan wajah dari Trevor. Baguslah kalau dia sadar.
Lalu wajahnya berubah cerah.
"Aku menemukan satu cara untuk memulihkan kembali keluarga kita."
Aku tahu apa yang ingin dia katakan.
"Dengan apa?"
"Transfer kekuatan sihir Diana."
Sudah kuduga. Ternyata ini adalah hari saat Trevor menceritakan tentang ritual transfer kekuatan sihir pertama kalinya.
"Seorang penyihir bisa mentransfer kekuatan sihirnya kepada penyihir lain dengan meminum darahnya."
Aku sama sekali tidak tertarik. Kali ini aku tidak akan menuruti permintaannya. Untuk apa aku berkorban demi orang yang seperti dirinya.
"Lalu?"
"Bagaimana kalau kita melakukan ritual transfer sihir? Aku akan menerima transfer sihir darimu. Dengan begitu aku akan lebih kuat dan keluarga kita tidak akan diremehkan lagi."
"Ha... ha... ha..."
Aku tertawa cukup keras hingga memenuhi kamarku.
"Diana?"
"Aku tidak mau," jawabku ketus sambil menatap tajam Trevor.
"Tolong pikirkan lagi Diana, ini semua semua demi keluarga kita."
Untuk keluarga atau untuk dirimu saja? Kau hanya mementingkan dirimu sendiri Trevor. Jika untuk keluarga kau tidak perlu membunuh ayah. Tidak perlu pula mengorbankan aku.
"Apa ada efek sampingnya?" tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Jangan khawatir tidak ada, Diana." Senyum Trevor berusaha menyakinkanku.
'Berhentilah berbohong Trevor. Aku tidak mempercayaimu.'
"Bukannya ada efek sampingnya? Orang yang memberikan kekuatan sihirnya akan kehilangan panca inderanya satu persatu," beberku.
Trevor terlihat terkejut. Pasti dia bingung kenapa aku bisa mengetahuinya. Itu semua dari mulutnya sendiri.
"Apa yang kubaca salah ya? Aku yakin tidak akan efek sampingnya. Cobalah dulu Diana, kalau memang ada efek sampingnya kita akan berhenti," pinta Trevor sambil memegang tanganku.
Aku menepisnya. Tanganku menjadi kotor karena telah disentuh Trevor.
"Aku tidak mau. Bersujudlah di hadapanku. Mungkin aku akan berubah pikiran."
Sekalipun Trevor bersujud di hadapanku, aku tetap tidak berubah pikiran. Siapa orang bodoh yang mau menyerahkan nyawanya demi orang seperti itu?
"Apa kamu sudah gila Diana? Kenapa tiba-tiba seperti ini?"
'Aku seperti ini karena dirimu Trevor.'
"Aku masih waras. Lalu, aku berubah. Aku sudah membuka mataku lebar-lebar kalau kejatuhan keluarga Moonlight karena dirimu." Tunjukku pada Trevor.
Benar jika aku yang menjadi kepala keluarga, semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Aku mempunyai kekuatan sihir lebih kuat daripada Trevor. Trevor yang tidak tahu diri sok-sokan menjadi kepala keluarga. Akibatnya keluarga Moonlight menjadi seperti ini.
"Apa kamu tidak percaya pada kakakmu lagi? Lalu panggilah aku kakak."
"Aku sudah tidak percaya lagi. Kekuatanmu sampai kapanpun tidak akan berkembang dan hanya akan merendahkan nama baik keluarga Moonlight."
Meskipun Trevor berlatih sekeras apapun kekuatan sihirnya tidak akan bertambah. Dia memang terlahir seperti itu. Memang naas tetapi bakat dari lahir yang menentukan jati diri seorang penyihir. Orang biasa yang berjuang keras tetap saja tidak bisa menjadi penyihir.
Trevor bersujud di hadapanku. Sangat rendahan sekali. Tidak punya harga diri. Aku bingung kenapa dulu sangat menghormatinya.
"Aku sudah bersujud sekarang mari kita lakukan transfer sihir."
"Bahkan setelah bersujud pun aku tidak berubah pikiran bagaimana?"
"Berhentilah berputar-putar dan turutilah aku sebagai kepala keluarga Diana!"
Sepertinya ucapanku membuatnya marah, tetapi aku malah senang. Aku akan membuatnya semakin marah lagi.
"Siapa yang kepala keluarga? Kau bukanlah kepala keluarga yang sah," sindirku.
"Aku adalah kepala keluarga yang sah. Buktinya adalah surat wasiat ayah. Di situ tertulis namaku. Jangan iri padaku, Diana."
Aku tidak iri padanya. Aku hanya mempertanyakan statusnya sebagai kepala keluarga. Di surat wasiat itu tertulis namaku bukan Trevor.
"Bisa saja itu dimanipulasi."
"Kau sudah keterlaluan, Diana."
Tangan Trevor terangkat ke atas. Dia hendak menamparku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments