Masih terlalu pagi tapi, langkah kaki Parto menunjukkan kalau dirinya sedang terburu-buru.
Ko bisa aku kesiangan ini gimana lho, bisa ngomel itu para emak-emak.
Hari ini Parto mendapat tugas nyupiri mobil travel untuk rombongan emak-emak yang akan ikut iring-iring manten (kondangan di acara pernikahan). Dia bersyukur jasanya masih di gunakan di tengah banyaknya orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi.
"To.. Kamu ko lama banget di tungguin dari subuh kok adzan dzuhur baru nongol" Salah satu emak-emak yang sudah kesal karena lama menunggu datangnya Parto langsung ngomel melihat orang yang dari tadi mereka tunggu datang juga. Telat setengah jam aja ngomelnya seperti kereta Argo Bromo, panjang. Kalau enggak ngomel bukan emak-emak namanya, iya kan?
"Iya ni, di tunggu lama banget. Bedakku udah mulai luntur gara-gara kamu To"
Banyak yang ngedumel tapi, Parto tetap menanggapinya dengan senyuman. Dia tau berdebat dengan ibu-ibu yang tingkat emosinya mulai naik level adalah kesalahan paling tak terampuni. Karena pasti dia yang bakal jadi bulan-bulanan.
"Sepurone njih (Maafin ya) ini udah lengkap semua kan. Kita berangkat sekarang saja ya. Mumpung masih pagi jadi jalanan tidak terlalu ramai" Akhirnya Parto buka suara.
"Ya ayo lah To, dari tadi juga kami nungguin kamu. Kenapa lama banget to munculnya, kamu ngapain dulu tadi?" Mbak Sri, begitulah biasanya Parto memanggil wanita paruh baya yang sedari tadi seperti kompor meleduk itu.
"Tadi mandi dulu, biar.."
"Biar apa? mau bilang biar ganteng? To.. To, kamu mandi di tujuh mata air juga enggak akan membuatmu berubah. Udah dari sononya mukamu itu pas-pasan. Buat genep-genep (genapin) penduduk bumi saja kamu itu"
Ucapan Mbak Sri di sambut gelak tawa para emak lainnya. Bagi mereka ngeledek Parto adalah hal wajib yang harus mereka lakukan saat bertemu manusia satu itu. Entah aura apa yang Parto pancarkan sampai-sampai di manapun dia berada selalu saja ada yang meledeknya.
"Yang bilang biar ganteng juga siapa Mbak, aku mau bilang, tadi mandi dulu biar pantas nyupiri travel yang isinya para bidadari dari pawon (dapur) masing-masing ini"
"Ya wis, ayo buruan berangkat. Aku udah minum obat anti mabuk dari subuh ini"
"Aku malah udah abisin setengah botol minyak wangi, adoh ini kalau sampai sana ilang wangine kepiye (bagaimana)"
Nemen (parah) pake minyak wangi sampai setengah botol, ini enggak sekalian di buat mandi aja itu minyak.
Akhirnya mobil melaju juga, berangkat dengan kecepatan sedang karena para penumpang selalu protes dengan cara Parto mengendarai mobil.
"Aduh To, kamu bisa ndak bawa mobilnya pelan-pelan aja. Rasanya ko mual ini mau muntah"
Lah tadi katanya sudah minum obat anti mabuk dari subuh, ko masih aja enggak tahan goncangan sih Mbak Sri. Awas aja kalau sampai beneran blokean (muntah) di dalam mobil, aku lempar keluar itu manusia satu.
"Ini juga sudah pelan Mbak Sri, Ya kalau Mbak Sri mau lebih pelan harusnya jangan naik travel. Nyewa odong-odong aja, lebih cocok keknya sama Mbak Sri"
"Nah bener To, harusnya kemarin aku sewa truknya Pak Diman aja. Di sini sumpek, kalo naik truk kan enak, adem" Omongan Mbak Sri membuat emak-emak lain ikut menimpali.
"Iya lho Sri, ko kamu baru kepikiran sekarang to ide itu. Aku lebih nyaman naik bak terbuka lho asline daripada naik mobil-mobilan gini"
Heii, ini mobil beneran lah. Bukan mobil-mobilan.
Parto menghela nafas, ya kali mereka mau kondangan tapi milih truk sebagai kendaraan mereka. Yang ada dari rumah rapi nyampe tempat pesta sudah seperti reog. Belum lagi jalan keluar desa mereka masih jelek, belum di aspal seperti jalan raya pada umumnya. Pasti lebih banyak grundelan (omelan) yang keluar dari mulut manis para emak-emak itu.
"Mbak Sri ini mau kondangan apa mau jual sapi ke pasar ko minta naik truk? Nanti bulu mata yang Mbak Sri pake itu apa enggak ikut terbang kena angin kalo yang bawa truk jalannya cepat. Belum lagi rambut sanggulannya yang sudah di cetak rapi kek mangkok mi ayam di belakang kepala, bisa pindah ke depan jidat kalo beneran mau naik truk. Mbok ya udah.. nikmati aja perjalanan ini"
"To.. kamu bisa enggak matiin AC mobilnya. Aku ko eneg"
"Mobil ini enggak ada AC nya Bu Slamet" Jawab Parto.
"Ya udah kalau gitu idupin AC nya aku gerah ni di belakang" Kata salah satu emak yang duduk di paling belakang.
Ini kenapa mereka jadi nyebelin semua. Udah di kasih tau mobil enggak ada AC nya ko minta nyalain AC. Ko rasanya mending nyupirin anak TK yang pergi piknik daripada kaum emak ini ya.
Parto mulai kesal, dia putar musik campursari koplo dan ikut bersenandung. Menghilangkan sedikit kepenatan selama perjalanan bareng emak-emak itu.
"To, kamu jangan ikut nyanyi lah. Suaramu bikin perutku makin enggak karuan rasanya"
"Aku kok salah mulu ya di mata kelian, sebenarnya kelian ini punya dendam tersembunyi apa gimana sama aku?"
"Enggak gitu juga To, kok kamu sensi banget. Kamu ini seperti belek (kotoran di mata) To. Ada di mataku tapi saat muncul pengen langsung tak buang jauh-jauh. Risi aku (jijik aku)"
"Mbak Sri mending diem aja, ngomong juga pedes banget. Masa nyamain aku sama belek"
"Jangan ngomongin itu aku ko makin eneg to Sri, aku cium minyakmu dari tadi pengen tanya sakjane olehmu nganggo minyak iku pirang botol, ambune nganti blengeri ngene? (sebenarnya caramu pakai parfum itu berapa botol, baunya sampai bikin eneg gini?)"
Bu Slamet mengambil minyak kayu merah dari dalam tasnya dan di oleskan ke sekitar hidungnya untuk mengurangi rasa mual karena dia sudah merasakan mabuk perjalanan. Ko kayu merah? Udah jangan di tanya, itu hanya suka-sukanya yang nulis aja nyebutnya gimana.
"Tadinya aku cuma pakai sedikit, terus karena aku pikir kita kondangan di tempat yang jauh.. aku tuangin aja separuh isi botol itu. Lagian juga ada bagusnya aku pake minyak banyak-banyak kan, jadi enggak ketauan kalau tadi aku belum mandi hahaha"
Gusti paringono (berikan) sabar, udah enggak mandi ko PD banget ikut kumpul orang. Pake ketawa kencang kek enggak punya dosa aja.
Di dalam travel, ada saja hal yang di ributkan mereka. Yang awalnya ngeledek Parto sampai ghibah sesama warga desa yang dapat undangan pernikahan tapi tidak ikut menghadiri pesta tersebut.
Parto sesekali ikut nimbrung obrolan mereka tapi, karena pembahasan mereka kadang di luar daya pikirnya dia putuskan untuk diam dan nyimak.
Perjalanan berakhir setelah tiba di tempat tujuan. Mereka satu persatu keluar dari dalam mobil, ada yang langsung jongkok mengeluarkan semua isi perutnya, ada yang sekedar membenarkan letak hijab yang di pakai, ada juga yang mengecek make up nya.
Saat semua penumpangnya masuk ke dalam lokasi hajatan, Parto hanya duduk menunggu di samping mobil travel yang dia kemudikan. Ya, dia hanya supir bukan termasuk tamu di acara pernikahan itu.
Dia merogoh hp yang sedari tadi berbunyi tanda adanya pesan masuk.
Seno: To.. Kamu kerja?
Tumben ni orang wa, jangan bilang mau nagih uang kopi kemarin.
Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya Parto putuskan membalas pesan Seno.
Parto: Iyo, piye?
Beberapa saat kemudian muncul balasan dari Seno.
Seno: Kamu bales wa ku sambil nyupir? Ati-ati nabrak rondo (janda) To wkwkwkwk
Parto: Lambemu, ono opo cepet ndang!
Seno: Yawes ga jadi nanti aja kalo udah ketemu aku ceritain ke kamu, aku yakin kamu bakal hepi banget dengernya.
Parto: Ra genah bocah iki, ya wes sak karepmu (enggak ngerti bocah ini, ya udah terserah kamu)
Obrolanpun selesai. Parto kembali memasukkan hpnya ke dalam saku celana. Dia memikirkan sesuatu.
Kapan ya aku bisa seperti mereka itu? Bisa menikah dengan orang yang di cintai dan menerima aku apa adanya.
Kira-kira Seno mau bagi info apa ke Parto ya gaeess?
Terimakasih atas semua dukungan kelian, tanpa kelian aku bukan apa-apa 😥
Jangan bosen like,komen dan juga tekan tanda hati ❤️ ya. Biar cinta kelian sampai ke aku😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
yhoenietha_njus🌴
minyak To Parto aq...
2024-03-05
1
☠ᵏᵋᶜᶟηєтα Rєηαтα 📴
apes bener qm to... d salahin mulu sama emak2
2022-09-07
1
𝑬𝒍𝒍𝒂
Kalau bedaknya udah luntur!, tinggal di lapisin dengan bedak lagi
2022-08-11
2