Setelah mendapat telepon dari pacarnya tadi, Beni bergegas menuju rumah pujaan hatinya.
Ada apa ya, ko Mela nyuruh dateng siang bolong gini. Ah mungkin dia kangen, memang pesonaku enggak bisa dia tolak. Baru juga semalem ketemu udah minta ketemuan lagi.
"Assalamualaikum"
Salam dulu biar makin ganteng.
Beni sampai di rumah Mela. Saat mau masuk rumah Mela menghentikan niat Beni.
"Waalaikumsalam, udah di luar aja Mas.
Aku mau bilang sesuatu yang dari sebulan ini jadi beban pikiranku"
"Iya Dek, ada apa? ko keknya serius banget. Kamu minta di halalin kah? Kalo itu aku belum bisa wujudin, kamu tahu sendiri kan aku punya kakak cewek dan sampai sekarang belum nikah"
"Mas.. Aku tahu ini berat buat Mas Ben tapi, aku udah ambil keputusan ini Mas"
Ya Allah ada apa ini. Ko perasaanku enggak enak banget.
Beni masih diam dan mencoba mencerna setiap ucapan Mela. Meski dia sudah merasa ada yang tidak beres dari sikap Mela.
"Mas, kita cukup sampai di sini aja ya"
Kaget. Itulah hal pertama yang Beni rasakan.
"Lho ntar Dek, ini ada apa? Semalem kita masih baik-baik aja. Kamu jangan bercanda kek gini Dek"
"Aku kan udah bilang Mas, aku mikirin keputusan ini udah sebulan. Hubungan kita klise, cuma berputar di situ-situ aja. Aku mau cari yang serius Mas"
Hati Beni mendadak perih, sakit karena dia tidak menyangka Mela bisa begitu tega menganggap hubungan yang sudah lima bulan itu hanyalah klise. Lima bulan juga waktu yang lama kan? Tentu, karena ada yang baru satu jam jadian saja sudah di rayain anniversarynya.
"Dek, kamu bilang mau berjuang bareng-bareng. Katamu kamu mau melangkah bersamaku, tapi aku yang belum juga jangkah ko kamu lari duluan?"
"Karena Mas terlalu lama ambil ancang-ancang, aku cewek Mas, harus gunain logikaku. Jujur aku juga berat ambil keputusan ini, aku masih sayang sama kamu Mas. Tapi, aku enggak mau bertahan dengan orang yang leda-lede tok, sepurone Mas"
Makin ngilu rasanya hati Beni karena sang pujaan hati bilang kalau dia leda-lede (main-main).
"Jangan bilang kamu masih sayang aku tapi, tega ninggalin aku Dek. Ancen aku belum bisa buktiin ke kamu sama orangtuamu kalo aku bakal halalin kamu tapi, itu juga karena aku nunggu Mbakku nikah dulu. Aku enggak mau ngelangkahi dia"
"Karena ini semua juga pilihan yang sulit Mas. kamu milih nunggu Mbakmu, dan aku enggak bisa ikut nungguin juga. Sekali lagi, sepurane Mas. Aku enggak mau jadi tontonan tetangga, aku masuk dulu. Kamu hati-hati pulangnya ya. Dan, aku sudah hapus nomermu sebisanya kamu tolong jangan hubungi aku lagi. Assalamualaikum"
Kumenangis membayangkan betapa kejamnya dirimu melepas cintaku, harus selalu kau tau aku lah hati yang telah kau sakiti.
Hanya menggambarkan suasana hati Beni, bacanya enggak usah pake nyanyi juga ya.
"Waalaikumsalam, Enggak perlu repot-repot ngasih tau kamu udah hapus nomerku dan minta aku enggak hubungi kamu lagi. Aku enggak bakal lakuin itu juga, dan makasih buat semuanya. Aku juga enggak mau kamu jadi tontonan tetanggamu. Tenang aja aku langsung pergi"
Beni berucap tanpa ada Mela yang mendengarnya karena setelah mengucap salam tadi Mela langsung masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Beni yang diam mematung di depan pintu.
Sebelum pulang Beni melihat ada beberapa ibu-ibu yang memperhatikan drama sad ending yang Mela ciptakan untuknya.
Awak dewe tau duwe bayangan besok yen wes wayah omah-omahan, aku moco koran sarungan kowe belonjo dasteran. Nanging saiki wes dadi kenangan aku karo kowe wes pisahan, aku kiri kowe kanan wes bedo dalan.
Seorang ibu-ibu sengaja memutar lagu Mendung Tanpo Udan dengan volume keras sebagai bentuk sindirin atas hancurnya hubungan Beni dan Mela.
"Ngapel ko siang-siang Ben? Jatah semalem kurang ya?"
Sabar Ben sabar, mereka hanya emak-emak kepo. Udah hancur lebur hati ini kenapa masih ada yang tega ngomporin.
"Pamit Budhe, Assalamualaikum"
Tanpa memperdulikan ledekan dari kaum emak berdaster, Beni langsung pergi meninggalkan rumah Mela.
Hancur? Pasti. Karena selama berpacaran dengan Mela, Beni selalu memprioritaskan Mela. Saking sayangnya sama pacarnya itu, Beni rela berhemat agar bisa memenuhi kebutuhan Mela. Selama berpacaran Mela sangat posesif. Tapi, Beni anggap keposesifan Mela adalah bentuk cinta Mela untuknya.
Beni teringat Seno dan Parto, apa ini karma instan karena tadi pagi dia abis-abisan mengejek dua temannya itu.
Hari mulai petang, Beni sampai di rumahnya mendapatkan ada motor Seno yang terparkir di sana.
"Ciye yang abis ngapel, dapet suntikan semangat keknya ni"
Beni diam tidak peduli dengan ucapan Seno.
"Enak ya punya pacar, mau ngapel siang oke malem juga gasspol. Ko aku juga kepingin kaya kamu to Ben. Punya pacar ada yang merhatiin, hape kluntang-klunting terus karena chat mesra dari si dia. Aah kapan aku bisa kek kamu Ben?"
"Kamu ko berisik banget sih Sen, Ada apa kesini?"
"Numpang ngopi" Jawab Seno.
"Tadi aku ke warung Mbok Yuni, lah sepi ko ya udah aku kesini aja. Minta Mbakmu bikinin aku kopi, mayan Ben gratis kalau di sini" sambung Seno panjang lebar menjelaskan kalau sesungguhnya dia adalah manusia minus ukhluk.
"Enggak ada gratis ngopi lagi Sen, kamu kira Mbakku pembantumu seenaknya kamu suruh bikinin kopi? Kalo udah habis pulang sana"
"Kamu ini, abis ngapel ko malah uring-uringan. Kenapa? Mela enggak mau kamu ajak ngrujak lambe hmm hahaha"
"Lambemu Sen. Kamu malah bikin moodku makin anjlok, jangan bahas wedokan kui neh (perempuan itu lagi). Di pedotke (di putusin) aku"
Seno yang awalnya nyerutup kopi buatan Mbak Lulu langsung nyembur karena ucapan dari temannya itu.
"Wah kamu putus sama Mela Ben? Ya Allah terima kasih Engkau telah bukakan pintu hidayah di hati Mela, akhirnya dia tersadar kalau pacarnya itu gerandong berwujud manusia hahaha"
"Pulang sana kamu. Di sini juga enggak guna"
Beni benar-benar jengkel dengan Seno. Tadinya sampai rumah Beni langsung ingin mandi ngilangin kesialan hari ini. Dia berfikir setelah mandi kesialan enggak akan dekat-dekat dia lagi. Tapi sampai rumah malah nemuin jurig satu ini dan menggagalkan niat mulianya. Malah membuat dia semakin gabut saja.
"Jangan gitu lah Ben, kamu ko ngusir aku. Nanti nek aku pulang kamu cariin lagi. Ya uwes sih Ben, emangnya kenapa kalau putus? status turun level dari double ke single bukan sebuah dosa. Kamu lihat aku dan Parto, kami jomblo dan masih idup. kami baik-baik aja tanpa embel-embel pacar"
"Niatku serius sama Mela Sen, tapi dia enggak kanti nunggu aku. Kamu tau lah, aku enggak mau ngelangkahi Mbak Lulu"
Beni akhirnya mau membagi kengenesannya hari ini sama Seno.
"Kamu udah bagus punya niat nyeriusin Mela Ben, tapi kalo dia bukan jodohmu kamu bisa apa. Itung-itung kamu bantu jagain jodoh orang. Enggak usah terlalu dipikirin, woles wae lah. Buktikan meski tanpa dia kamu masih bisa napas, hidupmu bukan dia yang cukupi. Jadi jangan down cuma karena putus cinta"
"Tumben omonganku berbobot Sen? Kopine Mbak Lulu seenak itu apa sampe bikin otakmu encer?" Sedikit senyum mulai nampak di sudut bibir Beni, mendengar nasehat Seno.
"Enggak.. bukan karena kopi Mbak Lulu tapi, tadi aku sempet liat pidio motivasi dari Maria Teduh di yutub sebelum kamu dateng. Lha ko pas banget kamu lagi galau karena diputusin, ya aku cuba praktekin aja ke kamu. Pinter ya aku? hahaha"
"Kurang sak ons bocah iki jebule"
Beni yang tadinya gabut akut, merasa pengen nyemplungin kenangannya ke sumur jadi terhibur karena adanya Seno. Lho kok kenangannya yang di cemplungin?
Iya karena Beni masih berfikir waras, dia enggak mau bunuh diri cuma gara-gara putus cinta.
Jangan lupa klik bintang lima ya gaeess.
Terimakasih sudah dukung karya recehanku😍
Lopyu all😍✌️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
novita setya
wes kadung..gek karo mlayu2 ning latar
2024-07-20
1
☠ᵏᵋᶜᶟηєтα Rєηαтα 📴
g bsa koment keburu bengek... pdhl sebenarnya cerita nya sedih ngapa q ketawa... jahara emang
2022-09-06
1
ismi cibadak
ganti jelmaan nih
2022-08-31
1