Chapter 18

Sarah tidak bisa berkonsentrasi, itu karena rasa penasarannya yang begitu tinggi. Dia tidak melihat Justin sedari tadi, hal itu semakin membuatnya penasaran. Dia tahu Justin pasti berada di lantai dua bersama dengan Abi, sebab itu dia ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Rasanya ingin menyelinap naik ke lantai atas, mengintip apa yang sedang mereka lakukan. Dia sangat ingin melakukan hal itu tapi Ben mengawasinya dengan ketat bahkan ketika dia pura-pura ke kamar mandi dan melihat ke arah tangga, ada dua orang berjaga di sana.

Sepertinya dia harus berbicara dengan Abi dan mengatakan padanya jika dia menyukai Justin. Mungkin dengan begitu Abi mau membantunya mendapatkan Justin. Sesungguhnya Abi tidak pernah sadar, walau dia gemuk tapi dia cukup populer dan disukai beberapa pria sejak dulu. Abi bukan orang yang suka berprasangka buruk pada orang lain. Dia juga gadis yang baik dan ceria. Itu sebabnya Harold bisa jatuh cinta padanya tapi sayangnya, dia harus termakan hasutan keluarga yang tidak menyetujui hubungan mereka.

Terkadang Sarah merasa iri pada Abi, walau tubuhnya gemuk tapi pria seperti Harold bisa mencintainya. Saat pernikahan Abi gagal, dia tidak tahu harus menunjukkan reaksi seperti apa. Apa dia harus tertawa? Atau dia harus sedih atas kegagalan yang Abi alami. Walau dia cantik dan bertubuh seksi tapi jujur, belum ada pria yang mau menjalin hubungan serius dengannya bahkan terkadang dia merasa kalah dari Abigail yang memiliki tubuh gemuk  dan sekarang, dia kembali merasa iri pada Abi karena Abi diperlakukan spesial oleh Justin.

Kenapa dia tidak pernah diperlakukan istimewa seperti itu? Kenapa Abi selalu mendapatkan apa yang dia inginkan? Tapi belum terlambat, dia harap Justin tidak seperti Harold yang buta dan menyukai Abi. Lagi pula dia yakin, Abi tidak akan mau menjalin hubungan dengan siapa pun lagi akibat sakit hati yang diberikan oleh Harold. Ini sebuah keuntungan untuknya, Justin pasti akan menjadi miliknya karena dia yakin Abi tidak akan tertarik dengan pria itu.

Di atas sana, Abi sedang beristirahat. Walau sulit baginya tapi dia tidak menyerah. Dia bahkan sudah mulai berlari di alat treadmill walau tidak banyak. Itu sudah menjadi perkembangan yang bagus untuknya, setidaknya dia tidak menyerah dan tentunya semua itu berkat semangat yang Justin berikan.

Justin menghampiri Abi dengan sebotol air minum, pria itu duduk di samping Abi dan memberikan minuman yang dia bawa.

"Untukmu," ucapnya.

"Thanks, apa tidak ada yang dingin?" tanya Abi.

"Air dingin tidak baik, Abi. Kau pasti gemuk karena hal itu, lebih baik mengkonsumsi air hangat atau air biasa dari pada air dingin apalagi yang mengandung gula," ucap Justin.

"Hm, aku suka cola!" Abi membuka tutup botol dan meneguk isinya sampai habis. Itu wajar, perutnya sudah bagikan sebuah tong.

"Mulai sekarang kau tidak boleh mengkonsumsi minuman seperti itu lagi. Selain membuatmu obesitas, banyak penyakit yang sudah menunggu."

"Thanks Justin, atas nasehatnya. Aku sudah tidak mengkonsumsi minuman itu lagi karena Daddy dan Mommy melarang."

"Bagus, berusahalah dan jangan sia-siakan dukungan yang kedua orangtuamu berikan. Mereka melakukan hal itu pasti demi kebaikanmu."

"Kau benar," Abi menunduk. Ibunya sudah menasehatinya sejak lama tapi dia tidak pernah mau mendengarkan dan makan sesuka hatinya.

"Abi, boleh aku tahu bagaimana kau mengenal pria yang bernama Harold itu?" Justin memandanginya, jujur dia ingin tahu.

Abi menoleh, memandangi Justin. Kenapa Justin menanyakan hal itu?

"Aku hanya ingin tahu," ucap Justin sebelum Abi bertanya.

"Tidak ada yang istimewa," Mata Abi menerawang, dia kembali mengingat bagaimana bertemu dengan Harold dulu.

"Kami bertemu di sebuah restoran waktu itu. Aku dan Sarah merayakan keberhasilan Sarah karena mendapat pekerjaan. Bukannya aku tidak mau bekerja, tapi dengan bentuk tubuhku ini, sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Seperti biasa, Sarah mentraktir aku makan sampai puas, kami makan seperti biasa dan tanpa kami sadari, Harold mendekati kami berdua. Aku kira dia ingin mendekati Sarah tapi siapa yang menyangka dia justru mendekatiku dan mengajak aku berkenalan," Abi menarik napas sejenak, saat itu dia pikir Harold hanya bercanda saja.

"Aku dan Sarah terkejut, kami bahkan menganggap Harold sudah gila."

"Kenapa?" sela Justin.

"Kau lihat aku? Tubuh bagian mana dariku yang menarik?" Abi tersenyum dengan pahit, penghinaan itu kembali teringat.

"Benar yang Harold katakan, aku menjijikkan dan dia sudah buta karena mencintai aku. Mungkin ketika dia mengajak aku berkenalan matanya tertutup debu, mungkin ketika dia menyatakan cintanya padaku dia tidak sedang menggunakan kaca mata dan mungkin ketika dia melamar aku, dia baru saja tertelan dua puluh butir aspirin."

Abi menunduk, dia terlihat sedih. Seharusnya saat itu dia sadar diri dan menolak Harold, mungkin dia tidak akan mengalami hal seperti ini dan mempermalukan kedua orangtuanya.

"Aku pikir aku adalah wanita paling bahagia tapi ternyata aku adalah wanita paling menyedihkan. Tidak ada penghinaan yang paling menyakitkan selain ditinggalkan di acara pernikahan bahkan Harold tidak mau datang. Aku benar-benar kecewa dan penghinaan yang dia berikan tentang bentuk badanku membuat rasa kecewa dan sakit hatiku padanya semakin dalam tapi yang dia katakan sangat benar, aku benar-benar menjijikkan!"

"Ck, tidak seharusnya kau diperlakukan seperti itu. Jika dia tidak mencintaimu, lalu buat apa dia mengajakmu menikah? Pria yang melarikan di acara pernikahannya adalah seorang pengecut apalagi dengan alasan berat badan yang jelas-jelas dia sudah tahu sebelumnya!" Entah kenapa dia jadi kesal, jika dia tahu siapa pria yang bernama Harold maka akan dia pukul wajahnya.

"Sekarang sudah tidak apa-apa," Abi tersenyum, dia juga tidak terlalu mengingat Harold lagi walaupun dia kecewa dan sakit hati.

"Berkat penghinaan yang dia berikan, aku jadi ingin berubah, tentu untuk diriku sendiri. Walau aku tahu tidak akan mudah menurunkan berat badanku tapi aku akan tetap berusaha."

"Bagus, jadikan itu sebagai motifasimu untuk berubah. Harold hanya seorang pecundang, kau pasti akan mendapatkan cinta lain yang lebih menghargai dan mencintaimu."

"Benarkah?" Abi memandangi Justin sejenak.

"Ya, mungkin saja ada yang mencintaimu secara diam-diam," jawab Justin tanpa ragu.

"Jika ada, berarti dia pria buta kedua setelah Harold dan aku, tidak akan pernah jatuh cinta lagi pada siapa pun!"

Justin tersenyum, apa Abi jadi trauma dan tidak percaya dengan cinta lagi? Sepertinya tidak saja harus berjuang merubah Abi tapi sepertinya dia juga harus meyakinkan Abi jika ada yang menyukainya sejak dulu dan pria itu adalah dirinya sendiri. Tentu dia tidak buta, dia sudah mengenal Abi begitu lama, memendam perasaan pada gadis itu sejak lama tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan karena dia tahu hanya penolakan yang akan dia dapatkan.

Pelan-pelan tapi pasti, tidak saja merubah bentuk badan Abi tapi dia juga akan merubah pandangan Abi tentang cinta.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

kasihan justin bagaimana kalau cintanya hanya bertepuh sebelah kasihan.......lanjut......

2024-04-25

0

pengayom

pengayom

berjuang bersama yang satu untuk cinta yang untuk diri sendiri

2024-03-16

0

sherly

sherly

Justin selamat berjuang...

2023-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!