Chapter 2

Gaun pengantin sudah tergeletak di atas lantai, tisu berserakan di mana-mana. Kamar terlihat gelap hanya disinari sedikit cahaya matahari yang menyusup masuk ke dalam melalui tirai gorden yang sedikit terbuka. Di ujung ruangan, tampak Abigail meringkuk dan terlihat tidak bersemangat. Dia benar-benar hancur karena ditinggalkan begitu saja.

Tangisan Abigail terdengar, dia sudah seperti itu sejak pesta pernikahannya hancur. Dia sungguh tidak menyangka Harold tega mempermainkan dirinya dan meninggalkannya. Padahal dia pikir, cinta mereka adalah cinta sejati, cinta yang diberikan oleh Harold begitu tulus tapi nyatanya? Tanpa kejelasan apa pun, Harold pergi begitu saja dan membuatnya menjadi bahan cibiran orang-orang.

Jika memang sejak awal Harold tidak mencintainya, lalu kenapa harus melakukan hal demikian? meninggalkannya di acara pernikahan mereka bahkan dia rasa dia tidak punya muka lagi untuk keluar dari rumah. Para tetangga dan sahabatnya pasti akan mencibir saat melihat dirinya yang memalukan!

"Kenapa Harold, kenapa?" tanya Abigail sambil mengusap air matanya yang mengalir.

Dia sangat berharap Harold menghubunginya dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa tidak datang ke acara pernikahan mereka. Dia sangat ingin tahu alasannya walau sebenarnya dia sudah membenci pria itu.

Gumpalan tisu kembali dibuang, dia enggan keluar dari kamar dan bertemu dengan orang-orang walau ayah dan ibunya sudah membujuknya untuk keluar. Tidak perlu khawatir dengan makanan, setumpuk cemilan sudah ada di atas meja, beberapa botol cola juga ada. Dua loyang pizza, kentang goreng dan juga ayam goreng. Dia melarikan diri pada makanan untuk mengurangi rasa sedihnya tapi hal itu semakin membuat berat badannya bertambah.

Abigail terlihat termenung dan pada saat itu, ponsel-nya berbunyi. Benda itu diraih dengan cepat dan dia sangat berharap jika Harold yang menghubunginya. Mata Abigail membulat, ternyata yang dia harapkan terjadi.

"Kenapa Harold?" tanyanya tanpa basa basi karena yang menghubunginya memang Harold.

"Sorry, Abigail," ucap Harold dengan nada bersalah.

"Sorry? Kau telah membuat aku malu lalu kau hanya berkata sorry?"

"Aku sungguh tidak mau mempermalukan dirimu, Abigail. Aku benar-benar minta maaf karena aku juga tidak menyangka akan jadi seperti ini!"

"Jelaskan padaku, Harold," pinta Abigail dengan air mata yang mengalir, "Jelaskan kenapa kau tidak datang di acara pernikahan kita? Kesalahan apa yang aku lakukan sehingga kau melakukan hal ini padaku?" tanyanya lagi.

"Abigail, kau harus tahu, sesungguhnya keluargaku tidak merestui hubungan kita!"

"Lalu? Apa mereka memintamu untuk tidak datang di acar pernikahan kita?"

"Yes!" jawab Harold tanpa ragu.

"Jika memang demikian, kenapa tidak kau katakan padaku sejak lama, Harold!" teriak Abigail marah.

"kenapa harus di acara pernikahan kita, kenapa? Seharusnya kau mengatakan padaku hal ini sejak lama. Sewaktu kita membahas pernikahan di hadapan keluargamu, kenapa mereka tidak membantah? Kenapa mereka diam saja, Harold? Apa kau memang sengaja ingin mempermalukan aku?" tangisan Abigail semakin pecah, Dia sungguh sakit hati dengan perlakukan Harold.

"Aku benar-benar minta maaf, Abigail. Jika tubuhmu tidak sebesar itu, mungkin aku tidak akan berubah pikiran! Apa yang dikatakan oleh keluargaku sangat benar, aku bisa mendapatkan yang lebih baik darimu!"

"Jadi karena bentuk badanku ini sehingga kau memperlakukan aku seperti ini?" teriak Abigail marah.

"Maaf, memang itu kenyataannya."

"Ha... Ha... Ha... Ha...!" Abigail tertawa dengan pilu, jadi karena berat badan membuat Harold meninggalkannya? Tapi kenapa harus di acara pernikahan mereka? Lalu ucapan cinta yang Harold ucapkan padanya selama ini apakah hanya palsu belaka?

"Jadi kau hanya mempermainkan aku saja selama ini? Jadi ucapan cinta yang kau berikan hanya palsu belaka? kau bilang kau mencinta aku, Harold. Kau bilang kau mencintai aku apa adanya tanpa mempedulikan berat badanku, aku benar-benar menyangka jika aku adalah wanita paling bahagia tapi apa nyatanya? Ternyata kau menipu aku dengan cinta palsu yang kau berikan. Kau mengangkat aku begitu tinggi lalu kau manghempaskan aku jatuh! Hatiku sakit Harold, sangat sakit!" ucap Abigail sambil berlinang air mata.

"Maaf, selama ini aku yang salah karena terlalu buta. Kuruskan badanmu terlebih dahulu, setelah itu kita perbaiki hubungan kita!" ucap Harold tanpa perasaan.

"Kau pikir aku mau, baji*gan!" teriak Abigail lantang.

"Jangan hanya menyalahkan aku, Abigail. Seharusnya kau melihat dirimu di depan cermin dan intropeksi diri kenapa aku bisa melakukan hal seperti ini. Aku memang sudah buta bisa mencintaimu, aku rasa aku hanya penasaran pada dirimu saja. Entah kenapa setelah aku pikir, keputusan yang aku ambil tidaklah salah. Aku bahkan merinding ngeri saat membayangkan harus berhubungan intim denganmu dan melihat lemak berlebih dari balik baju yang kau pakai!"

"Stop! Berhenti menghinaku, berhenti!" tangisan Abigail semakin pecah, dia tidak menyangka pria yang dia cintai selama ini berubah dalam sekejap mata. Cinta suci yang selama ini dia percaya, ternyata hanya omong kosong belaka.

"Tidak saja sudah mempermalukan aku tapi kau juga menghina aku sekarang. Tubuhku ini sudah gemuk sejak lama, tidak berubah dalam satu malam. Kau sudah tahu itu, bukan? Saat kita menjalin hubungan tubuhku sudah seperti ini, lalu kenapa waktu itu kau mau menjalin hubungan denganku?"

"Sudah aku katakan aku buta!" jawab Harold.

"Baiklah, kau memang buta! terima kasih atas penghinaan yang kau berikan dan terima kasih kau sudah membuka mataku lebar-lebar. Aku harap kau mendapatkan wanita yang kau inginkan, selamat tinggal!" ucap Abigail seraya mematikan ponsel-nya.

Benda itu di lempar, Abigail menangis dengan keras menumpahkan segala kesedihan akibat penghinaan dan juga sakit hati yang dia rasakan. Sekarang dia merasa, Cinderela lebih beruntung dibandingkan dirinya. Jika dia tahu akan seperti ini, maka dia tidak akan mau menerima lamaran dari Harold tapi siapa yang akan tahu jika Harold hanyalah seorang baji*gan yang tidak memiliki perasaan?

Tangisan Abigail semakin menjadi, ayah dan ibunya tampak khawatir di luar sana tapi mereka tahu jika putri mereka sedang butuh privasi untuk menumpahkan kesedihan yang dia rasakan. Mereka juga tidak menyangka putri semata wayang mereka akan mengalami hal seperti itu.

Semoga saja dengan kejadian itu Abigail mau berubah dan yang paling penting dia mau menguruskan badannya agar dapat memberikan pukulan keras di wajah Harold tapi menguruskan berat badan tidak semudah membalikkan telapak tangan apalagi dengan berat badan 200 pounds.

Di dalam kamar, Abigail masih menangis sambil menikmati makanannya. Hanya itu saja yang bisa membuat suasana hatinya semakin membaik. Sebotol cola ukuran besar diteguk sampai habis dan setelah itu Abigail memakan pizza seperti orang kelaparan.

Air matanya kembali mengalir, dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi, tidak akan karena baginya tidak akan ada cinta sejati untuk wanita gemuk seperti dirinya.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

dasar laki2 mau nya minta yg bagus seksy dan kecil montok dan aduhai bentuk tubuh nya .........lanjut..........

2024-04-24

0

pengayom

pengayom

begitu yaa mudah sekali harold

2024-03-16

0

Rina_Ibnu_Hajar

Rina_Ibnu_Hajar

i like it, jangan lupa mampir di novel ku ya kak

"Gadis Pejuang Bisnis Kecantikan Oriflame"

2023-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!