Chapter 4

Sebuah surat undangan sudah ibunya letakkan di atas meja. Itu adalah surat undangan reuni yang harus Abigail hadiri beberapa hari lagi. Setelah mandi, Abigail mengambil surat itu dan duduk di sisi ranjang. Dia ingin lihat isi surat itu lebih jauh dan tentunya dia harus mengambil keputusan mau menghadiri pesta itu atau tidak.

Sudah beberapa tahun lamanya tidak bertemu dengan teman-teman lamanya, rasanya sudah sangat rindu tapi dengan keadaannya saat ini? Mereka pasti sudah mendengar kegagalan saat acara pernikahannya. Calon suami tidak datang saat di acara pernikahan itu sangat memalukan. Dia harus memikirkan hal itu matang-matang jika dia mau pergi karena dia tahu, cibiran yang akan dia dapatkan.

Amplop dirobek, isi dikeluarkan. Abigail menghela napas sebelum membaca surat undangan itu. Walau terasa enggan tapi pada akhirnya dia baca juga, entah kenapa dia jadi teringat dengan seseorang. Dulu mereka adalah teman baik, entah apa kabarnya saat ini sungguh dia sangat ingin tahu.

Abigail meletakkan surat itu sambil menggeleng, tidak, dia tidak mau pergi. Sebaiknya dia mengurung diri di rumah saja dari pada dipermalukan nanti oleh teman-temannya. Keputusan sudah diambil, undangan hendak dibuang tapi pada saat itu ponsel-nya berbunyi.

Abigail mengambil benda itu dan melihatnya, nama teman baiknya tertera di sana. Tanpa membuang waktu, Abigail menjawab panggilan dari teman baiknya. Dialah yang mengatakan jika Harold tidak datang saat di acara pernikahan.

Jika mengingat lagi kejadian itu, rasanya sangat ingin memukul wajah Harold menggunakan tinjunya yang dipenuhi lemak. Akan dia lakukan nanti jika dia bertemu dengan Harold. Mau di jalan atau di mana pun, dia tidak akan pernah sungkan untuk memukulnya.

"Ada apa, Sarah?" tanya Abigail seraya membaringkan diri.

"Hei, aku ingin tahu bagaimana kabarmu," jawab Sarah sang teman baik.

"Aku baik-baik saja," jawab Abigail.

"Bagus, apa kau akan hadir di acara reuni nanti?" tanya sarah.

"Tidak mau!" tolak Abigail.

"Hei, kenapa? Kau harus hadir, apa kau tidak merindukan teman yang lain?"

"Tidka mau Sarah, bagaimana jika mereka menertawakan aku atas kegagalan yang aku alami?" tanya Abigail pula.

"Tidak akan ada yang menertawakan dirimu karena mereka tidak tahu apa yang telah terjadi padamu."

"Benarkah?" Abigail terlihat tidak percaya.

"Percayalah, tidak akan ada yang mencibir dirimu dan jika ada maka aku yang akan menghajar mereka terlebih dahulu!"

"Thanks, akan aku pikirkan," jawab Abigail.

"Bagus, apa yang kau lakukan sekarang?"

"Di rumah, menangisi nasibku."

"Ck, ayo kita pergi. Aku traktir kau makan sampai puas," ajak Sarah.

"Benarkah?" Abigail terlihat begitu bersemangat.

"Yes, untuk mengobati kesedihanmu, ayo kita pergi makan sampai puas!"

"Oke, di tempat biasa," ucap Abigail. Makan, dia tidak boleh melewatkan hal itu sama sekali.

Setelah selesai berbicara dengan Sarah, Abigail melempar ponsel-nya. Ganti baju adalah hal pertama yang dia lakukan, dia harus pergi secara diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya karena dia tahu ibunya pasti tidak akan mengijinkan dia pergi apalagi untuk makan.

Baju sudah dilepas, Abigail terkejut saat mendengar suara pintu diketuk dan terdengar suara ibunya.

"Abigail, makan!" teriak ibunya.

"Aku akan keluar!" jawab Abigail sambil berteriak.

"Segera keluar, Mommy sudah membuatkan salad buah dan sayur untukmu!" teriak ibunya lagi.

Salad buah dan sayur? Entah kenapa dia jadi ingin muntah saat mendengarnya. Tapi tenang saja, dia mau kabur untuk makan sampai puas bersama dengan Sarah. Besok saja makan salad buah dan sayurnya, hari ini makan dulu sampai puas sebelum hari siksaan makan sayur dan buah dimulai. Semoga nanti tidak tumbuh akar di lemaknya yang banyak.

Setelah mengganti bajunya, Abigail mengambil tas juga ponsel-nya. Dia berjalan menuju pintu dengan hati-hati karena dia ingin melihat ibunya ada di mana. sang ayah bisa diajak bekerja sama tapi sang ibu? Ibunya pasti tidak akan mengijinkannya pergi apalagi dia mau pergi makan sampai puas.

"Abigail!" terdengar suara teriakan ibunya, sedangkan Abigail terkejut. Ternyata kabur melalui pintu utama tidaklah aman. Gadis itu memutar otak, matanya melihat ke arah jendela. Semoga saja muat.

Tanpa membuang waktu, Abigail berjalan menuju jendela. Apa pun caranya, dia harus pergi makan sampai puas untuk mengobati luka hatinya akibat pengkhianatan dan juga hinaan yang diberikan oleh Harold.

Jendela dibuka, Abigail menelan ludah. Bagaimana jika tidak muat? Dia benar-benar takut tubuhnya tersangkut di sana.

"Abigail, cepat keluar!" teriakan sang ibu terdengar.

"Oh my God, **!" Abigail tampak panik, dan tanpa pikir panjang, dia melangkahkan kakinya keluar dari jendela. Abigail mengumpat, saat bokongnya tersangkut, sial. Ternyata tidak muat.

Teriakan ibunya kembali terdengar, bahkan suara ketukan pintu juga terdengar. Abigail semakin panik, dia tidak mau ketahuan dan yang pasti dia tidak mau makan salad buah dan sayur hari ini. Tidak untuk hari ini karena dietnya dimulai besok.

"Abi, keluar!"

Abigail semakin panik, dia memaksa tubuhnya agar bisa lolos di jendela yang sempit. Bagaimanapun junkfood lebih menggoda dari pada salah buah dan sayur. Karena tubuhnya benar-benar tidak muat, Abigail membuka paksa jendela dengan kekuatan yang dia punya sampai akhirnya terdengar sesuatu yang patah.

KRAAAKKKK!!!

"Oh my God, apa itu?" tanyanya sambil melihat sisi jendela secara bergantian.

"Abigail!" sang ibu kembali berteriak, dia bahkan meminta sang suami untuk mengambil kunci cadangan karena Abigail sengaja mengunci pintu kamarnya.

Abigail semakin panik luar biasa, apalagi dia benar-benar tersangkut di jendela. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menghancurkan jendela itu. Dengan kekuatan yang dia punya, Abigail mendorong jendela dengan sekuat tenaga hingga engsel terlepas, dia melakukan hal itu agar tubuhnya terlepas.

Pintu terbuka, ibunya sudah masuk ke dalam kamar tapi Abigail sudah kabur. Ibunya berlari menuju jendela yang terbuka, teriakannya kembali terdengar saat melihat Abigail melarikan diri.

"Abigail, kembali! Kau harus diet!" teriak sang ibu.

"Besok, Mom!" teriak Abigail lagi.

"Selalu besok, mau sampai kapan?!"

"Pokoknya besok!" Abigail menjawab sambil menyetop sebuah bus.

Sang ibu menggeleng, tapi kemudian dia terkejut melihat daun jendela yang sudah tidak ada.

"Abigail, anak nakal! Apa yang kau lakukan pada jendelanya?!" teriak sang ibu marah.

"Bye, Mom!" teriak Abigail lagi seraya naik ke atas bus, sedangkan ibunya kembali berteriak marah.

"Ada apa? Apa Godzilla-nya lepas? Atau tentara Amerika menyerang?" tanya sang ayah bercanda yang pada saat itu masuk ke dalam kamar putrinya.

"Daddy!" istrinya tampak kesal, sedangkan pria tua itu terkekeh.

"Tutup jendelanya, jangan sampai dia bisa lepas lagi!" perintah sang istri.

"Siap komandan!" jawab sang suami.

Istrinya keluar sambil menekuk kepalan tangan, "Anak nakal, saat pulang akan aku sambut dengan centong nasi!"

Sang ayah menggeleng melihat jendela yang rusak, anak mereka memang luar biasa. Semoga centong nasi tidak patah.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

lucu ni bagus bisa semyum....../Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/......lanjut......

2024-04-24

0

Risma Hye Chan

Risma Hye Chan

hahaha kocak bacanya

2024-04-22

0

pengayom

pengayom

heemm buuuaaah segede apa yaa

2024-03-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!