Chapter 5

Bus berhenti, Abigail turun dengan terburu-buru dari atas bus. Gadis itu melihat ke arah restoran fastfood yang ada di seberang jalan, dia bahkan sudah tidak sabar untuk menyeberangi jalan.

Sahabat baiknya sudah menunggu, tentu dengan banyak makanan junkfood yang sudah dia pesan. Sesuai janji dia akan mentraktir Abigail makan sampai puas.

Sarah tersenyum saat melihat Abigail menyeberangi jalan dengan terburu-buru. Gadis itu bahkan berusaha menahan mobil dan berlari kecil. Mereka sudah berteman sejak lama, mereka bahkan sering menghabiskan waktu di sana dan tentunya menghabiskan makanan junkfood di sana. Sebab itu tubuh Abigial tumbuh dengan subur, sedangkan tubuh Sarah tidak. Itu karena dia tidak serakus Abigail.

"Abi!" Sarah melambaikan tangan dan ketika melihatnya, Abigail tampak senang. Tentu matanya berbinar saat melihat makanan yang sudah menumpuk di atas meja.

"Sarah, aku sangat merindukanmu!" ucap Abigail. Sesungguhnya yang dia rindukan adalah makanan yang ada di atas meja.

"Ya... Ya, yang kau rindukan pasti semua makanan ini, bukan?" ucap Sarah.

"Yes, Mommy membuang semua makananku, dia juga meminta aku diet. Aku mana bisa makan sayur dan buah setiap hari!" gerutu Abigail seraya menarik kursi dan duduk di depan sahabat baiknya.

"Benarkah? Jadi sekarang kau harus makan sayur dan buah?" Sarah terlihat khawatir. dia yakin Abigail tidak akan bisa.

"Seperti yang kau tahu, ibuku membuang semua cemilan yang aku punya. Cokelat, es cream, keripik kentang kesukaanku semua dibuang oleh Mommy!" ucap Abi sambil menghela napas.

"Sudah, kau lihat," Sarah menunjuk semua makanan yang ada di atas meja.

"Semua ini untukmu, kau boleh memakannya sampai puas!" ucapnya lagi.

"Benarkah? Bagaimana denganmu?" Abigail sudah menggosok telapak tangannya, jujur dia sudah lapar. Dia benar-benar membutuhkan makanan penuh dengan lemak jenuh itu.

"Aku sudah makan burger, semua untukmu!" Sarah tersenyum. Abigail paling mudah dibujuk, dia bahkan tidak terlihat sedih padahal baru saja di khianati oleh Harold. Dia tahu sahabatnya paling mudah move on, yang penting ada makanan dan makan.

Tanpa membuang waktu dan sungkan, Abigail menikmati makanan yang ada di atas meja. Mereka sudah terbiasa seperti itu jadi dia tidak perlu basa basi lagi. Burger, kentang goreng, juga ayam goreng, semua masuk ke dalam mulutnya.

"Oh, aku berasa hidup!" ucap Abifail dengan mulut penuh makanan.

"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang merebutnya," ucap Sarah.

Wanita itu tersenyum dengan manis, dia terlihat senang melihat Abigail makan dengan lahapnya. Ya, semakin banyak semakin bagus bahkan dia beranjak untuk membelikan beberapa gelas cola lagi untuk Abigail. Sebagai si pecinta makan, Abigail sangat senang, apalagi semua itu gratis.

"Jadi Abi, kau mau hadir bukan di acara reuni nanti?" tanya Sarah seraya mencomot sepotong kentang goreng.

"Aku malas, bagaimana jika teman-teman menghina aku?" Abigail terlihat lesu, bagaimanapun dia pasti akan menjadi bahan cibiran teman-temannya nanti.

"Mana mungkin mereka berani? Jika ada yang berani menghina dirimu, aku pasti akan membelamu terlebih dahulu."

"Oh Sarah, kau benar-benar sahabat paling baikku!" ucap Abigail.

Sarah tersenyum, ya, mereka memang sahabat baik, "Sebab itu tidak perlu takut, ada aku. Kita akan pergi bersama nanti, oke?" ucap Sarah.

"Pasti, aku benar-benar beruntung memiliki sahabat sebaik dirimu!" Abigail tersenyum, dan setelah itu dia menjilati lelehan keju yang terdapat di jari jemarinya. Sarah hanya tersenyum dengan perasaan jijik.

Abigail benar-benar gadis bodoh, seharusnya dia berubah setelah kejadian itu tapi nafsu makannya telah mengalahkan semua logika yang ada. Biarlah, dia juga senang melihat Abigail yang selalu hobi makan.

"Sarah, kenapa kau tidak pernah pacaran?" tanya Abigail tiba-tiba.

"Hei, kenapa kau bertanya seperti itu?" Sarah jadi tersipu akan pertanyaan itu.

"Kenapa? Apa kau tidak menyukai siapa pun?" Abigail memandanginya dengan ekspresi ingin tahu.

"Tentu saja ada yang aku sukai!" jawab Sarah.

"Wah, siapa?" Abi semakin penasaran.

"Rahasia!"

"Ck, ayolah. Aku ingin tahu pria mana yang begitu beruntung di sukai oleh gadis secantik dirimu."

"Tidak perlu memuji Abi, kau juga cantik kok," puji Sarah.

"Tidak, jika aku cantik maka Harold tidak akan meninggalkan aku!" Abigail menunduk, entah kenapa dia jadi teringat dengan baj*ngan itu lagi. Dia juga mengingat penghinaan yang Harold berikan, jujur saja dia sakit hati dengan semua ucapan Harold tapi semua yang dia katakan memang nyata, dia begitu jelek.

"Sudah, nanti pasti akan ada yang menyukaimu jadi jangan sedih. Harold hanya tidak beruntung mendapatkan dirimu. Kau cantik, aku suka melihatmu seperti ini jadi jangan berkecil hati. Jika aku bertemu dengan Harold, aku akan memukulnya menggantikan dirimu!" hibur Sarah.

"Thanks, Sarah," Abigail tersenyum. Beruntungnya dia masih memiliki sahabat baik seperti Sarah.

Untuk menghibur hati sahabatnya yang sedih, Sarah kembali memesan makanan untuk Abigail. Gadis itu begitu senang, dia makan dengan lahap bagaikan orang kelaparan. Lagi pula dietnya besok, jadi hari ini harus makan sampai puas tapi dia tidak menyangka jika dia sudah ditunggu ibunya dengan sebuah centong nasi yang terbuat dari kayu di tangan.

Abigail menghabiskan wkatunya bersama dengan Sarah begitu lama, mereka tidak saja makan tapi mereka juga membuat janji akan berangkat bersama saat reuni nanti. Mereka bahkan berjanji akan menggunakan warna baju yang sama. Reuni yang semula tidak ingin dia hadiri entah kenapa jadi dinantikan oleh Abigail.

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, mereka berpisah di restoran. Perut juga sudah kenyang, mata pun sudah mengantuk. Sekarang waktunya pulang untuk tidur, pola hidup yang tidak sehat itulah yang membuat tubuh Abigail gemuk luar biasa.

Abigail tampak mengendap-endap saat tiba di rumah, yang dia waspadai adalah ibunya. Suasana rumah tampak sepi, dia harap ibunya sedang beristirahat di kamar supaya dia bisa langsung kabur ke dalam kamarnya. Abigail membuka pintu dengan perlahan, matanya melihat sana sini, mencari sesuatu. Dirasa sudah aman, Abigail masuk ke dalam dengan perlahan, dia bahkan menutup pintu dengan pelan.

Abi mengendap-endap bagaikan seorang pencuri, dia berjalan menuju kamarnya. Untungnya lantai rumah tidak terbuat dari kayu sehingga tidak berbunyi saat dia melangkah. Abigail terus melangkah, entah kenapa dia merasa pintu kamarnya terasa jauh dari biasanya.

"Sudah pulang?" tiba-tiba terdengar suara ibunya.

Abigail terkejut, dia memandang ke arah datangnya suara. Matanya terbelalak saat melihat sang ibu memandanginya dengan sebuah centong kayu.

"Dari mana?" tanya sang ibu.

"Pergi dengan Sarah," jawab Abi sambil memundurkan langkahnya.

"Sudah Mommy katakan kau harus diet!" ucap ibunya dengan nada tinggi.

"Kan aku sudah bilang besok."

"Besok,besok dan besok saja jawaban darimu!" centong di angkat, jurus siap dikeluarkan.

"Mom, ampun Mom!" teriak Abigail.

"Tidak! Kau memang harus diberi pelajaran! kau pasti pergi makan junkfood lagi dengan sarah, bukan?"

"Tidak, Mom!" dusta Abigail.

"Tidak perlu bohong!" sang ibu sudah mengayunkan centong kayunya tapi Abigail kabur sambil memanggil sang ayah.

"Dad, tolong!" dia berlari masuk ke dalam, siapa yang mau dipukul pakai centong kayu?

"Abi, jangan lari!" teriak sang ibu.

"Kenapa begitu berisik?" tanya sang ayah yang saat itu keluar dari kamar.

Tanpa tahu apa-apa, sang ayah di seruduk putrinya bagaikan banteng. Pria tua itu terkejut, dia tampak bingung karena Abigail bersembunyi di belakangnya sedangkan sang istri berusaha memukul putri mereka menggunakan centong kayu yang dia bawa.

"Sini kau, jangan bersembunyi!" teriak ibunya sambil mengayunkan centong kayu ke arah putrinya.

"Tiak mau!" Abigail terus menghindar saat centong di ayunkan bahkan dia mendorong tubuh ayahnya agar ayahnya yang menerima setiap pukulan yang diberikan oleh ibunya dan memang naas, ayahnya yang terus menerima setiap pukulan yang ditujukan untuk putrinya.

"Mom, kenapa kau memukulku?" teriak sang ayah.

"Makanya minggir!" jawab istrinya.

"Abi, lepaskan Daddy!" pinta sang ayah.

"Tidak mau!" teriak Abigail. Dia kembali mendorong tubuh sang ayah sehingga pukulan centong yang seharusnya dia dapat didapatkan oleh ayahnya.

PLAAAKKK!!!!

"Awwww!" sang ayah berteriak karena pukulan centong mendarat di lengannya.

"Lenganku Mom!" teriaknya.

"Ayo Mom, pukul lagi!" tantang Abigail.

"Anak kurang ajar!" sang ibu semakin kesal.

PLAKKK!! PLAKKK!! PLAKKK!! PLAKKK!!

Empat pukulan diberikan dan empat jeritan sang ayah terdengar. Itu karena Abigail mendorong tubuh ayahnya agar pukulan itu ditanggung oleh sang ayah.

"Abigail!" ayah dan ibunya berteriak.

"Ups! Waktunya kabur!" ucap Abi. Dia hendak kabur tapi sayang, ayah dan ibunya bekerja sama menangkapnya dan akhirnya dia harus menjalani hukuman. Abigail menangis di pojokan karena dia harus menghabiskan sepuluh ikat daun salada. Itu hukuman yang harus dia tanggung hari ini tapi sebenarnya yang paling sial adalah sang ayah.

Terpopuler

Comments

murniati cls

murniati cls

Abi bodoh,pdhl Sarah sgj bgtu biar Abi tak ada yg mau,dasar otak mknan mknya tak mikir,masak udah bgtu tak bjuk tmn buat diet,

2024-04-27

0

pengayom

pengayom

kayanya sarah sengaja deh, sarah tidak benar2 tulus jangan2 yang disukai sarah harold

2024-03-16

0

siska widya

siska widya

kabor

2023-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!