Chapter 3

Abigail sudah mengurung diri di dalam kamar selama satu minggu. Dia benar-benar tidak mau bertemu dengan siapa pun dan berbicara dengan siapa pun. Menangis adalah kegiatan yang dia lakukan setiap hari. Menangisi nasib dan juga hidupnya.

Rasanya benar-benar tidak mau hidup lagi. Apa dia bunuh diri saja? Lompat dari lantai dua mungkin bisa tapi itu kurang tinggi. Gantung diri di tiang pintu juga tidak memungkinkan, jangan-jangan tiang pintu yang patah duluan. Jika dia mati, apa dia akan menjadi hantu paling gemuk nanti? Jangan sampai, mungkin raja neraka akan kesulitan menarik badannya yang gemuk menuju pintu neraka.

Abigail menghapus air matanya dengan kasar, apa yang sedang dia pikirkan? Jika dia mati maka Harold adalah orang pertama yang berbahagia atas kematiannya. Dari pada bunuh diri, lebih baik dia makan yang banyak.  Abigail masih meringkuk di bawah selimut saat pintu kamar dibuka.

Ibunya masuk ke dalam, dia sudah tidak tahan lagi melihat keadaan putrinya yang hanya mengurung diri dan terus makan. Jika seperti itu, bagaimana putrinya bisa kurus? Jangankan kurus, dia rasa berat badan putrinya pasti bertambah. Tirai dibuka dengan paksa, ibunya melihat ke arah ranjang sambil menggeleng.

"Abigail, wake up!" teriak ibunya.

"No!" Abigail mencengkeram selimutnya dengan kuat.

"Bangun! Mau sampai kau seperti ini?" sang ibu menarik selimut putrinya dengan sekuat tenaga.

"Tinggalkan aku sendiri, Mom. Aku sudah tidak mau hidup lagi!"

"Apa yang kau katakan? Dunia belum kiamat sampai kau berpikir mau mati! Sebaiknya kau bersihkan dirimu dan mulai sekarang rubah pola buruk yang kau jalani setiap hari!"

"Apa maksud Mommy?" Abigail menyingkap selimutnya dan begitu melihat rupanya yang kacau, sang ibu kembali menggeleng.

"Mulai sekarang kau harus diet dan olah raga!"

"Tidak mau!" tolak Abigail seraya menutup selimutnya kembali.

"Tidak boleh menolak! Mommy akan mencarikan guru Gym untukmu jadi segera bersihkan dirimu, ada undangan dari teman-temanmu!" ucap ibunya.

"Undangan?" Abigail mengernyitkan dahi.

"Ya, undangan reuni!"

"Oh sh*it!" umpat Abigail. Habislah, dia pasti akan jadi bahan tertawaan teman-temannya. Mereka pasti sudah tahu kegagalannya.

"Aku tidak mau pergi!" ucap Abigail.

"Terserah padamu tapi sekarang bangun, mulai sekarang kau hanya boleh makan sayur!"

"What?" Abigail terkejut dan membuka selimutnya kembali. Dia bahkan duduk di atas ranjang dan memperhatikan ibunya yang melangkah keluar.

Abigail tampak berpikir, hanya makan sayur? Mana dia bisa! Dia pecinta makanan manis, cokelat, es cream dan minuman soda juga junkfood. Bagaimana mungkin dia bisa hanya makan sayur saja? Entah kenapa tiba-tiba dia menyadari sesuatu, jangan-jangan? Dia turun dari atas ranjang dengan susah payah, tidak boleh. Dia harus menyelamatkan harta berharga miliknya.

"Mom, jangan sita makananku!" teriaknya karena memang saat itu, ibunya sedang menyingkirkan makanan manis milik putrinya. Seharusnya dia melakukan hal itu sejak lama.

Suara derap kaki Abigail terdengar yang berlari menuju dapur, teriakannya juga terdengar. Ibunya melakukan apa yang dia mau dengan cepat, apa pun yang terjadi dia harus menyingkirkan semua makanan yang membuat tubuh putrinya semakin membesar.

"Mom, jangan buang makananku!" teriak Abigail.

"Tidak bisa, kau gemuk karena mengkonsumsi semua ini!" ucap sang ibu.

"Aku tidak mau diet, Mom. Aku tidak mau!"

"Mau tidak mau harus mau!"

"Mom, jangan cokelatku!" Abigail berusaha mencegah saat ibunya mengambil tumpukan cokelatnya yang ada di dalam lemari.

"Dad, bantu aku!" pinta sang ibu.

"Siap komandan!" jawab suaminya.

Mereka bergerak cepat, suara teriakan Abigail terdengar saat ayahnya membuang cola yang dia punya. Tidak hanya itu, es cream, kripik, dan beberapa cemilan milik Abigail berakhir di tong sampah.

"Mom, Dad, hentikan!" teriak Abigail seraya berusaha mencegah ayah dan ibunya tapi kedua orangtuanya tidak peduli. Abigail berlari ke sana kemari sambil berteriak, memohon agar orangtuanya tidak membuang makanan itu tapi mereka ingin putri mereka berubah jadi mereka harus membuang semua itu.

"Mulai sekarang kau tidak akan mendapat uang jajan, kartumu diblokir agar kau tidak bisa membelu junkfood dan juga makanan yang bisa membuat berat badanmu bertambah. Makanan yang harus kau makan hanya buah, sayur dan juga daging!" ucap sang ibu.

"Tidak mau, aku tidak mau!" teriak Abigail sambil menangisi makanannya yang dibuang.

"Tidak perlu menangis, memangnya kau anak kecil!"

"Mommy jahat!" Abigail menghentakkan kedua kakinya ke atas lantai sambil menangis.

"Astaga, gempa!" ucap sang ayah.

"Daddy sembarangan!" teriak Abigail, sedangkan sang ayah tertawa.

"Sudah tidak perlu menangis, kau mau membalas perbuatan Harold tidak?" tanya sang ayah dengan lembut.

"Tidak, aku bukan tipe yang suka balas dendam!"

"Baiklah, tapi lakukan untuk dirimu sendiri. Sudah saatnya kau berubah, Abigail," ucap ibunya pula.

"Menguruskan badan tidak mudah, Mom!"

"Sebab itu berusahalah dan kau sudah harus terbiasa untuk tidak mengkonsusi makanan tidak sehat dan mengandung lemak jenuh lagi!"

"Mommy jahat!" teriak Abigail seraya berlari menuju kamar.

"Hei, jangan lari. nanti ubinnya pecah!" teriak sang ayah bercanda.

"Daddy jahat!" teriak Abigail lagi, sedangkan ayahnya terkekeh.

Ayah dan ibunya saling pandang dan setelah itu mereka mengangkat bahu. Biarkan saja, jika ingin putri mereka berubah maka mereka harus melakukannya.

Di dalam kamar Abigail menangis, apa salahnya jika dia gemuk? Dia lebih suka seperti itu, lebih suka dirinya yang apa adanya. Abigail melihat lemak di perutnya, apa Harold benar-benar jijik dengan lemaknya itu? Karena penasaran, Abigail melepas semua pakaiannya dan berdiri di depan cermin dan tanpa dia sadari, dia juga merinding ngeri. Apakah ini yang dimaksud oleh Harold?

"Ternyata badanku sejelek ini," gumamnya.

Abigail berputar melihat bokongnya yang dipenuhi lemak, "Oh God, mengerikan!" ucapnya lirih.

"Sepertinya memang harus diet, tapi besok saja!" ucapnya lagi.

Sepertinya apa yang ibunya katakan sangat benar, sudah saatnya dia berubah. Abigail masuk ke dalam bathtub, dia tampak kesal karena air di dalam bathtub langsung terbuang habis. Sepertinya bertubuh gemuk memang tidak memungkinkan. Akan dia pikirkan saran ibunya untuk menurunkan berat badan tapi nanti karena setelah ini dia mau kabur untuk makan junkfood. Lagi pula dia bisa mulai dietnya, besok.

Abigail termenung tapi kemudian dia menangis. Bagaimanapun rasanya sangat sakit karena dikhianati oleh orang yang dia cintai. Mulai sekarang dia tidak mau jatuh cinta lagi, tidak mau karena dia tidak percaya dengan cinta sejati lagi. Cinta tulus yang selama ini sangat dia percaya ternyata hanya omong kosong belaka.

Dia akan berubah untuk dirinya sendiri tanpa mempedulikan Harold. Menjadi lebih baik tidak salah, tapi semangat itu tetap ada tinggal menjalaninya yang sulit.

"Besok saja deh!" lagi-lagi ucapan itu yang muncul. Abigail memejamkan mata. Ya, dietnya besok saja.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

mau diet memang susah .......lanjut....

2024-04-24

0

pengayom

pengayom

disaat makan pura2 lupa kalau lagi diet

2024-03-16

0

aisya_

aisya_

gue bangett😁😁

2023-03-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!