"Sayang, kita mau kemana?" Becca menempel pada pria yang dipanggilnya sayang itu.
"Yuna ke bimbel ga hari ini?" tanya pria itu.
"Sepertinya dia masih di sana. Makanya aku bisa keluar." Becca mencium bibir pria itu.
"Berarti kita jangan ke Ario." Mereka menuju suatu hotel berbintang empat. Tidak terlalu mewah karena hotel mewah sedikit ketat. Tapi jangan hotel melati karena sering ada penggerebekan. Mereka masuk ke satu kamar setelah check in menggunakan tanda pengenal Rebecca. Setidaknya Rebecca tidak terikat dengan pernikahan alias single.
"Kamu sih. Aku mau beli rumah satu buat kamu ga mau. Kalau ada rumah kan kita bisa bebas." kata si pria.
"Ga usah lah. Rumah itu mahal. Nanti Yuna tahu gimana? Kalau rumah kecil aku juga tidak mau." kata Becca.
"Kenapa dia bisa tahu? Belinya kan pakai uangku. Oke ya? Nanti aku cari yang pasti kamu suka. Aku malas kalau tiap kita ketemu selalu harus cari tempat."
"Lagian kenapa kalau kita ketemu selalu harus berakhir di ranjang sih? Memangnya kamu ga dapat jatah dari Yuna?" Becca membuka jas si pria.
"Dia mana bisa dibandingin dengan kamu sayang. Aku menyukai setiap mili tubuhmu." Si pria mulai mencium semua bagian tubuh Becca. Becca menggeliat. Ia tahu ia salah. Hanya saja rasa bersalahnya jauh lebih kecil dibanding cintanya pada suami sahabatnya.
Ya, dia adalah Adit. Becca mulai menyukainya sejak pertama Yuna mengenalkan mereka. Walaupun Yuna adalah sahabatnya, namun Becca merasa Yuna sama sekali tidak pantas mendampingi Adit di pelaminan. Adit sangat tampan dan kaya tentunya. Adit sangat memanjakan Becca dan menurut Becca yang pantas mendampingi Adit ya hanya dirinya.
Becca mendesah, ia selalu menyukai permainan Adit di atas ranjang. Mereka bisa melakukannya seminggu dua hingga tiga kali. Adit dan Becca memulai hubungan terlarang ini sejak Becca dan Yuna memulai bisnis bimbel. Saat Adit menunggui Yuna yang masih mengajar, ia dan Becca sering mengobrol bersama di ruangan lantai tiga. Terkadang Adit bercerita tentang persoalan pribadinya dengan Yuna. Becca yang memang dari dulu menyukai Adit pun mulai menggodanya sedikit demi sedikit. Dan akhirnya mereka pun mulai melakukannya di ruangan itu pada saat Yuna sedang mengajar di lantai bawahnya. Sejak itu Adit pun selalu merindukan tubuh indah Becca. Mereka bermain dengan sangat cantik dan rapi sehingga Yuna tidak curiga sedikitpun.
"Kamu ada rencana menceraikan Yuna?" tanya Becca sambil mengancingkan kemejanya.
"Kamu kan tahu sayang. Aku tidak mungkin bercerai dengannya. Keluargaku tidak pernah menolerir adanya perceraian." kata Adit.
"Jadi kita begini terus? Sampai kapan? Sudah setahun sayang."
"Sabar ya. Kamu bilang tidak apa-apa kan menjadi yang kedua? Nanti aku akan bilang kalau aku mau menikah lagi. Tapi kamu yang sabar, harus pelan-pelan. Aku harus membujuknya agar keluarga kami tidak ada yang tahu." ucap Adit sambil memeluk Becca dari belakang. Becca memang pernah memberitahunya jika ia tidak mempermasalahkan menjadi yang kedua. Toh biasanya yang kedua lebih disayang dan dimanja. Apalagi istri pertama adalah Yuna, sahabatnya sejak SMA. Becca yakin Yuna akan menerimanya. Daripada Adit memiliki madu wanita lain, belum tentu Yuna akan menyukainya.
*****
"Shua, bagaimana Prilly? Kamu menyukainya?" Mama Nissa masuk ke kamar Joshua setelah mengetuknya.
"Mamanya ada cerita apa ke mama?" tanya Shua. Ia tahu pasti Nissa sudah mendengar ceritanya dari mama Prilly.
"Kamu mau cari yang bagaimana sih? Kasih tahu mama donk." Nissa duduk di ranjang Shua sedangkan Shua masih sibuk mengetik di laptopnya.
"Mama mau tahu yang Shua mau seperti apa?" Shua berhenti mengetik dan menoleh ke mamanya.
"Yang agak chubby, pintar, baik hati, tidak suka menyerah tapi dia tidak perlu menunjukkan bahwa ia mampu." jawabnya.
"Ya ampun. Ternyata kamu sudah ada pilihan ya? Kok tidak kasih tahu mama? Siapa Shua?" Nissa terlalu mengenal anak semata wayangnya. Penjelasan tadi sudah menunjukkan bahwa Shua sudah memiliki pilihan hatinya sendiri.
"Tidak ada Ma, cuma asal sebut saja. Sudah ah, jangan ganggu Shua dulu. Masih banyak pekerjaan nih." Akhirnya Nissa mengalah dan keluar dari sana. Terkadang ia menyalahkan dirinya dan suaminya karena sibuk bekerja dan mencari uang hingga mereka belum mau menikah dulu. Sekarang Shua sudah harus memegang perusahaan sejak umurnya 23 tahun. William, papa Shua, memilih untuk pensiun dan menikmati masa tuanya.
Shua belum bisa melupakan penolakan Yuna Sakura saat masa sekolahnya dulu. Hingga sekarang ia masih penasaran mengapa Yuna menolaknya. Sebenarnya ia juga tidak tahu mengapa ia bisa menyukai Yuna. Ia hanya suka saat melihatnya. Dan semenjak kegiatan di wisma itu, Shua selalu ingin melihat dan bertemu Yuna hingga ia nekad menembaknya. Bukannya terlalu percaya diri, tapi hingga sekarang banyak sekali wanita yang mengejarnya. Tetapi Joshua hanya mampu mengungkapkan perasaannya pada Yuna dan hingga sekarang ia belum pernah melakukannya lagi. Entah karena trauma atau belum menemukan seseorang yang sangat ia sukai.
Shua membuka lagi binder merah yang ada di lacinya. Ia belum membuangnya. Binder yang hanya berisi tiga halaman oleh tulisannya, dan hanya satu baris yang ditulis oleh Yuna. Ia tidak pernah bertemu dengan Yuna lagi sejak ia tamat lebih dahulu. Joshua melanjutkan kuliahnya di Australia dan tidak pernah memikirkan cinta pertamanya lagi. Hanya saja binder merah itu tidak pernah ia singkirkan, selalu ada di laci paling atas meja belajarnya. Mungkin ia menganggap kenangan itu sesuatu yang lucu namun indah untuk diingat. Shua memang tidak menganggap itu menyedihkan. Mungkin saat SMA iya, tapi di usianya yang hampir 27 tahun sekarang semuanya sudah terlupakan.
Saat ia bertemu dengan Becca tadi siang, entah mengapa bayangan yang memudar itu muncul kembali. Jika saja ia berhasil memanggil Becca, Shua juga tidak tahu apa yang akan ditanyakannya. Pastinya tentang Yuna kan? Shua menggelengkan kepalanya. Tidak. Ia bukan anak SMA yang sedang mencari pacar lagi. Ibunya butuh menantu, dan cucu pastinya. Yuna hanyalah cinta monyetnya dulu.
*****
"Permisi Pak. Ini ada profil mahasiswa magang. Ada tiga orang Pak." Lian meletakkan beberapa file di atas meja bosnya.
"Terima kasih." Joshua membacanya. Dua pria dan satu wanita.
"Mereka sudah datang?" tanya Shua kepada Lian, sekretarisnya.
"Sudah Pak. Mereka sedang menunggu Pak Shua di ruang meeting kecil." Shua berdiri dan mengancingkan jas nya. Lian selalu terpukau dengan aura atasannya itu. Joshua begitu menarik di mata para wanita, termasuk dirinya yang beruntung menjadi sekretaris di kantor itu.
"Selamat siang. Saya Joshua. Silahkan perkenalkan nama kalian masing-masing."
"Saya Triani Fransiska. Jurusan bisnis internasional dari Universitas Indonesia." Satu-satunya wanita. Berambut panjang yang dikuncir dan berparas cukup manis.
"Saya Victor. Jurusan bisnis internasional dari Universitas Indonesia." Pria berkulit agak gelap dan bertubuh kurus dan tinggi. Hampir setinggi Joshua.
"Saya Erick Jo Radiansyah. Jurusan desain interior Universitas Indonesia." Pria berkulit putih dan tampan. Cukup tinggi dan tubuhnya seperti model.
"Baik. Karena PT Global Bisnis Indonesia atau di sini kita sering menyebutnya PT GBI, memiliki banyak anak bisnis di bawahnya, maka kalian akan ditempatkan sesuai dengan jurusan kalian masing-masing. Kantor yang ini bergerak di bidang ekspor impor, jadi yang jurusan bisnis akan ditempatkan di sini. Dan kamu, Erick, akan magang di kantor sebelah. Ada jembatan penghubung di lantai lima. Di sana kita bergerak di bidang properti yang biasanya merupakan investasi pengusaha asing di Indonesia. Selamat bergabung. Lian akan memberikan arahan selanjutnya. Saya tinggal dulu ya."
"Terima kasih Pak." ucap mereka serempak. Joshua meninggalkan mereka. Ia kembali ke ruangannya.
Joshua melihat kembali kartu undangan ulang tahun yang diberikan papanya. Ulang tahun ke 60 tahun Harris Radiansyah. Papanya sedang berbulan madu entah ke berapa kali dengan mamanya. Itu alasan William pensiun sejak tiga tahun lalu, ingin bersenang-senang dengan istrinya karena saat muda dulu mereka terlalu sibuk.
*****
PS: Visual Aditya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments