BAB 10

Adit mengintip Yuna yang berada di ruangan sebelahnya. Tidak terlalu jelas karena ia mengintip dari jendelanya menuju jendela Yuna. Ia hanya bisa melihat tumpukan dokumen di meja Yuna. Sebenarnya Adit ingin mengajaknya makan siang, namun pesan yang masuk ke ponselnya barusan membuatnya mengurungkan niatnya.

"Sayang, makan siang yuk." Pesan dari Becca. Ia tersenyum senang karena Adit juga sudah sangat merindukannya.

"Di rumah ya. Kalau kamu capek, beli saja. Aku jemput sebentar lagi." ketik Adit. Ia membereskan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi lalu keluar dari ruangannya. Yuna melihat Adit yang berjalan melewati ruangannya. Ia memiliki firasat bahwa suaminya pergi untuk menemui Becca. Ia menghela napas kasar. Seminggu lalu saat mereka menemui Yuna di rumahnya adalah terakhir Adit menyentuhnya. Yuna yakin selama seminggu ini Adit sudah mendapat jatah dari Becca. Yuna berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi bayangan Adit yang menyentuh Becca selalu membuatnya marah dan menangis dalam hatinya. Yuna tahu Becca jauh lebih cantik darinya, tapi ia adalah istri sah Adit. Ia yang berhak memiliki Adit seutuhnya. Seharusnya begitu.

Yuna mengeluarkan salad buah yang dibawanya dari rumah. Ia sudah terbiasa mengatur pola makannya. Tujuannya hanya menjaga kesehatan, menjadi lebih langsing adalah bonusnya. Cathy masuk ke ruangannya setelah Yuna mendengar suara ketukan.

"Ya Cat?" Yuna merasa bersalah setelah memenggal nama Cathy.

"Bu Yuna mau makan apa? Nanti saya minta OB beli. Atau Bu Yuna mau keluar?" tanyanya. Yuna berpikir sebentar. Ia membutuhkan daging untuk menu dietnya.

"Ada yang jual steik ga?"

"Ada Bu. Tapi ga bisa jalan kaki. Sekitar satu kilo dari sini." jawab Cathy.

"Yuk, kamu ikut saya saja. Kita makan di luar." ajak Yuna. Cathy terlihat senang dengan ajakan itu.

"Umurmu berapa Cathy?" tanya Yuna. Mereka sampai di Warung Steik 88 sepuluh menit lalu dan sedang menunggu pesanan mereka sekarang.

"24 tahun Bu. Tamat kuliah saya langsung diterima kerja di Radian Group." jawabnya.

"Kita hampir seumuran lho. Tahun ini saya 26 tahun. Mungkin kita bisa jadi teman. Jangan terlalu formal dengan saya jika di luar kantor." Yuna tersenyum. Ia memang membutuhkan teman baru sekarang. Sejak SMA, ia hanya menghabiskan waktunya dengan sahabat satu-satunya yang akhirnya mengkhianatinya.

"Baik Bu." Cathy merasa senang bisa berteman dengan atasannya. Sepertinya Bu Yuna orang yang baik dan menyenangkan, pikirnya.

"Jadi apa hobimu?" tanya Yuna sambil menuang air mineral yang dipesannya ke dalam gelas.

"Saya suka nonton film Korea, Jepang, Thailand. Dengerin musik mereka juga."

"Oh ya. Sama donk. Papa saya orang Jepang, tapi saya suka drama Korea hahaha.." Mereka tertawa sambil menikmati makan siang mereka yang baru saja dihidangkan.

"Bu Yuna. Lihat deh ke kanan. Ada bos Global Bisnis Indonesia. Ganteng pake banget Bu." Yuna melihat ke arah yang ditunjukkan Cathy. Seorang pria modis dengan jas hitam sedang berbicara serius dengan tiga pria lainnya.

"Tidak terlalu jelas. Dia duduknya hadap ke sana sih." Yuna menghabiskan makan siangnya.

"Iya sih. Kalau saya lihat dari belakang saja sudah tahu itu Pak Joshua." Yuna terdiam mendengar nama itu. Tapi mungkin hanya kesamaan nama saja.

Mereka berdiri setelah Yuna membayar tagihannya dan berjalan melewati pemilik kursi yang tadi mereka bicarakan. Dan dengan sangat kebetulan, pria itupun berdiri seolah tahu Yuna akan lewat sana. Mereka saling memandang dan terdiam.

"Yuna?" panggilnya. Yuna merasa jantungnya berdegup kencang.

"Kak Shua?" Yuna bahkan masih ingat bagaimana dulu ia memanggilnya.

"Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu." Joshua mengulurkan tangannya. Yuna menyambutnya.

"Baik. Kak Shua bagaimana?" Yuna tersenyum.

"Baik juga." jawab Joshua. Ia ingin berbicara lebih lama dengan Yuna, hanya saja ia bingung mengapa situasinya menjadi sangat canggung.

"Pak, saya Cathy. Saya pernah lihat Pak Joshua di kantor Pak Adit." Cathy mendadak maju dan mengajak Joshua bersalaman.

"Oh, pantas rasanya saya pernah melihat Anda. Yuna kerja di sana juga?" tanya Joshua sambil menyalaminya.

"Aku istri Aditya. Sekarang aku kerja di sana." Yuna menjawab sambil tersenyum. Shua berpura-pura terkejut. Tapi tetap saja ada perasaan sedikit perih di hatinya mendengar kenyataan itu langsung dari bibir Yuna.

"Oh. Mungkin kita bisa makan bersama dengan Aditya. Aku juga baru menjadi temannya. Kami ada kerja sama sebenarnya." Joshua tersenyum manis. Senyum yang membuat Cathy tidak berkedip melihatnya.

"Boleh. Nanti aku ajak Adit. Aku duluan ya Kak, mau balik ke kantor." Mereka berpamitan dan saling melambaikan tangan. Akhirnya Joshua bertatap muka dengan Yuna yang sepertinya bertambah cantik sejak terakhir ia melihatnya di pesta Harris. Tadinya ia mendekati Aditya agar bisa menemui Yuna. Sekarang mereka bertemu bahkan tanpa andil dari Adit. Sungguh suatu kebetulan yang sangat diharapkannya.

"Bu Yuna kenal sama Pak Jo?" tanya Cathy di dalam mobil.

"Teman SMA dulu." jawab Yuna. Ia sama sekali tidak pernah memikirkan Joshua selama ini. Ia tidak marah karena Joshua yang "mempermainkannya", namun ia merasa sakit hati. Yuna cukup tahu diri hingga hanya berani mengagumi Joshua dari jauh. Tapi setelah tahu rencana Shua dan teman-temannya, Yuna hanya bisa menjaga jarak darinya. Hingga Shua tamat dan setahu Yuna ia melanjutkan kuliah ke luar negeri. Dan hari ini mereka bertemu kembali. Yuna bersyukur Shua melihat dirinya yang baru, setidaknya ia tidak perlu malu dan merasa percaya diri.

"Pak Jo memang setampan itu dari sekolah dulu Bu?" tanya Cathy.

"Iya. Dia memang seperti itu dari dulu." Yuna tersenyum. 'Ia masih setampan dulu' pujinya dalam hati.

*****

Yuna pulang bersama Adit. Sepertinya sore ini Adit tidak menemui Becca. Mungkin tadi siang mereka sudah puas bertemu, pikir Yuna.

"Yuna, besok aku ke luar kota ya, ada mau survei lokasi kerjaan." kata Adit. Yuna yang mendengarnya pasti berpikiran lain. Mungkin dulu ia akan langsung percaya dengan ucapan suaminya. Namun sekarang beda, otaknya terus memaksanya untuk merasakan yang namanya curiga.

"Oh, mau kemana?" tanyanya.

"Surabaya." jawab Adit sambil memasukkan kemejanya ke dalam tas. Yuna berdiri membantunya.

"Berapa hari?" tanya Yuna lagi.

"Cuma dua hari."

"Sendirian?" Adit terdiam sebentar lalu menjawab 'Iya'. Yuna merasa menyesal menanyakan pertanyaan terakhirnya. Entah mengapa ia tidak suka jika Adit berbohong, lebih baik ia tidak bertanya. Yuna masuk ke kamar mandi.

Adit memasukkan parfum, wax rambutnya, dan ikat pinggang cadangannya. Ia melihat ke arah pintu kamar mandi yang terbuka. Adit menahan napasnya saat melihat Yuna yang mengenakan gaun tidur tipis berwarna putih yang menerawang.

"Sayang? Kamu ngapain pakai begituan?" Yuna tidak menjawab pertanyaan itu. Ia menjawab melalui tindakannya. 'Biarlah aku menjadi ****** jika ini bisa membuatmu kembali padaku.' ucapnya dalam hati. Adit sangat menikmati permainan baru dari istrinya itu. Sejenak ia menyesali mengapa Yuna tidak seperti ini dulu, saat ia merasa bosan dengannya.

"Oh sayang, kamu luar biasa malam ini." Adit menciumnya.

'Mengapa aku tidak merasakan apa-apa? Kemana rasa bahagiaku seperti dulu saat Adit menyentuhku?' Yuna hanya terdiam saat Adit mulai menggodanya lagi.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!