"Yuna, kamu tarok di mana kaos kakiku yang hitam?" tanya Aditya sambil membongkar laci kecil di dekat rak sepatu.
"Di sana lah Dit. Kamu jangan bongkar berantakan begitu donk. Selalu aku yang menyusunnya berkali-kali." Yuna kesal dengan perilaku suaminya yang suka mencari barang dengan mengacaknya.
"Ya suruh Bik Sum saja yang beresin. Aku pergi dulu." ucapnya sambil keluar begitu saja.
Yuna sudah terbiasa dengan sikap suaminya itu. Mereka sudah menikah dua tahun. Entah sejak kapan mereka tidak lagi saling memanggil dengan sebutan "sayang" seperti saat pacaran dan di awal-awal pernikahan mereka. Yuna menelepon Becca untuk membicarakan pekerjaan. Mereka berdua merintis usaha bimbingan belajar bersama sejak tahun lalu.
"Becca, hari ini kamu jaga bimbel kan? Aku mau ke dokter kandungan." ucap Yuna.
"Lah, kamu hamil?" Becca terkejut mendengarnya.
"Bukan, mau konsultasi saja."
"Oh, oke. Sebentar lagi aku ke sana. Hari ini yang bimbel lumayan banyak. Kamu ke dokter sendirian? Adit ga temenin?" tanya Becca.
"Iya, sendiri. Adit bilang dia tidak bisa karena ada meeting. Sudah dulu ya, aku mau siap-siap." Yuna menutup teleponnya.
*****
"Hasil tes Ibu sudah keluar. Tidak ada yang salah dengan rahim dan indung telur Ibu. Semuanya dalam kondisi sehat." jelas dokter Merry spesialis kandungan.
"Jadi mengapa sampai sekarang saya belum juga hamil Dok? ****** suami saya juga sudah dites dan tidak ada yang salah juga." tanya Yuna.
"Begini Bu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang wanita belum bisa hamil padahal semua organ reproduksinya sehat. Salah satunya adalah, maaf, obesitas. Saya menyarankan Ibu Yuna mulai memperhatikan berat badan. Saya tidak bisa menjanjikan jika Ibu menurunkan berat badan maka Ibu pasti bisa hamil. Tidak. Tapi itu bisa menjadi salah satu faktor. Tumpukan lemak di badan kita bisa mempengaruhi hormon reproduksi kita." jelas sang dokter. Yuna mendengar penjelasannya. Makanan apa saja yang harus dihindari dan yang sebaiknya dikonsumsi.
Yuna mampir ke Bimbingan Belajar Friendly. Miliknya dan Becca. Sebelumnya mereka bekerja di perusahaan yang berbeda. Namun lama kelamaan, mereka mulai merasa bosan dengan rutinitas kantor. Mereka memutuskan untuk membuka bimbingan belajar karena kepintaran Yuna. Ia juga bisa sekalian mengajarkan bahasa Jepang dan Inggris yang dikuasainya. Yuna melihat mobil Ford hitam B 1900 DIT milik Aditya terparkir di luar ruko bimbel tiga lantai itu.
'Kok Adit ada di sini ya?' tanya Yuna dalam hati. Adit keluar saat Yuna baru saja membuka pintu kaca itu.
"Yuna, kamu dari mana?" tanyanya.
"Dari dokter Merry. Kamu ngapain ke sini?" tanya Yuna.
"Oh, cari kamu lah. Mau ajak makan siang. Tapi tidak jadilah. Silvi baru telepon katanya ada tamu di kantor. Jadi aku mau balik sekarang. Bye." Aditya masuk ke mobilnya meninggalkan Yuna yang belum sempat mengatakan apa-apa. Ia menghembuskan nafas kesal. Suaminya bahkan tidak bertanya apa yang dikatakan dokter tadi.
Yuna masuk ke dalam. Ada beberapa orang tua murid yang sedang menunggu anaknya di dalam. Yuna tersenyum kepada mereka. Bisnisnya berjalan lancar karena lokasi bimbel yang terletak di dekat sekolah. Lantai satu dan dua adalah tempat les murid-muridnya. Ia masuk ke satu ruangan di lantai tiga. Yuna melihat Becca sedang mengoleskan lipstik merah muda di bibirnya. Ia tampak sedikit terkejut ketika pintu dibuka.
"Kok terkejut begitu?" tanya Yuna.
"Oh, aku kirain siapa. Kamu bilang kan tidak ke sini hari ini." Yuna memang berniat di rumah seharian hari ini. Tapi ia butuh teman bicara setelah kunjungannya ke dokter tadi. Yuna melihat Becca yang sangat cantik di usianya ke 25. Tubuhnya sangat seksi dan sempurna. Becca belum ingin menikah. Sedangkan Yuna, ia menikah muda karena dijodohkan orang tuanya. Ayah Yuna adalah mantan diplomat Jepang. Sedangkan Ayah Aditya adalah pengusaha di Indonesia yang sering mengekspor barang produksinya ke Jepang. Dan ya begitulah, hubungan bisnis membuat mereka dekat dan menjodohkan anak mereka.
"Tadi aku ke dokter. Intinya semuanya sehat, dan kemungkinan aku tidak bisa hamil karena obesitas." Yuna melihat pantulan dirinya dari kaca lemari buku di sebelahnya. Ia memang lebih membesar dari dulu. Berat badannya sudah 85 kg dengan tingginya yang hanya 165 cm.
"Memang ada hubungannya?" tanya Becca. Yuna menjelaskan apa yang dikatakan dokter tadi kepada Becca.
"Oh. Jadi kapan mau mulai diet?" tanyanya sambil membetulkan kemejanya yang agak kusut. Yuna bingung bagaimana ia memakai kemeja itu dari rumah, sebagian masuk dan sebagian lagi berada di luar rok mininya.
'Kapan aku bisa mengenakan rok mini seperti itu?' mimpi Yuna. Sejak dulu ia tidak pernah mengenakan pakaian yang terlalu menempel di tubuhnya. Selalu saja pakaian yang longgar.
"Entahlah. Aku akan mencoba. Tapi pasti sulit sekali. Aku menyesal dulu tidak belajar masak dari mama. Mungkin karena jajanan yang sering aku beli juga tidak sehat." jawab Yuna. Orang tuanya tinggal di Jepang sejak Yuna, anak tunggal mereka menikah.
"Coba saja. Mana tahu Adit bisa lengket lagi sama kamu." Yuna memikirkan perkataan Becca yang dirasanya benar. Terkadang ia merasa Adit malu untuk mengajaknya jalan keluar atau berkumpul dengan temannya atau juga ke acara kantor. Yuna juga tidak berani menanyakan alasan Adit tidak mengajaknya. Ia takut jika mendengar bahwa berat tubuhnya yang menjadi jawaban. Yuna lebih memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tertarik untuk pergi bersama suaminya.
*****
Yuna melihat Adit yang sedang berbaring dan sibuk bermain dengan ponselnya sambil tersenyum sendiri.
"Chat sama siapa?" tanya Yuna.
"Sama Erick." jawabnya. Erick adalah adik Adit satu-satunya yang sedang kuliah. Setahu Yuna, ia sedang mengajukan proposal untuk magang di perusahaan yang bergerak di bidang properti atau kontraktor karena jurusannya adalah design interior untuk gedung-gedung besar.
"Kamu ga tanya apa kata dokter tadi?" Yuna ikut berbaring di sana.
"Apa katanya?" tanya Adit tanpa menoleh ke istrinya.
"Rahimku sehat. Mungkin aku hanya harus menurunkan berat badan." jawabnya.
"Oh." Hanya itu jawaban Adit yang didengar Yuna. Sebenarnya Yuna sedikit bingung. Bagaimana dirinya bisa hamil jika Adit saja jarang menyentuhnya? Mungkin mereka hanya melakukannya sebulan atau dua bulan sekali. Itupun setelah Yuna yang meminta dengan bahasa tubuhnya. Setahu Yuna, pikiran pria 90 persen adalah ****. Bagaimana bisa suaminya bertahan dua bulan tanpa melakukan itu? Entahlah, mungkin suaminya sibuk dengan kegiatannya yang lain.
Yuna memutuskan untuk mendatangi dokter ahli gizi besok. Mungkin hubungannya dengan Adit merenggang merupakan salahnya. Ia akan melakukan program dietnya besok demi hubungannya dengan suaminya. Ia yakin pasti bisa. Sekarang niatnya sudah bulat. Sejak dulu ia ingin melakukannya, namun ia belum memiliki alasan yang kuat sehingga niatnya maju mundur. Sekarang ia ingin hamil karena desakan mertuanya juga. Dan untuk bisa hamil, Yuna butuh Adit. Dan untuk menarik perhatian Adit lagi Yuna harus melakukan dietnya. Harus. Yuna memilih tidur meninggalkan suaminya yang masih sibuk dengan ponselnya.
*****
PS: Visual Yuna Sakura
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments