MIMPI SANG BAYANGAN
"Kura-kura. Minggir dikit dong. Sempit nih." suara si Jefri menggelegar di kelas 10-2 SMU Harapan Kita. Seorang gadis bertubuh sedikit gempal memajukan sedikit tubuhnya yang sudah ngepas di lorong kelas itu. Jam istirahat sudah berakhir. Mereka kembali duduk di kursi masing-masing. Guru yang paling ditakuti oleh murid satu sekolah itupun masuk dengan langkahnya yang pasti, pasti mengerikan.
"Anak-anak. Saya sudah menilai hasil ulangan fisika kalian minggu lalu." ujar Ibu Bertha dengan suara seraknya.
"Nilai tertinggi 98 diraih oleh Yuna Sakura." Gadis gempal yang sering diledek karena postur tubuhnya itupun maju untuk mengambil kertas hasil ujiannya.
Sepulang sekolah di ruangan OSIS, ada beberapa siswa yang sedang berkumpul di sana.
"Jadi kita akan mengadakan latihan kepemimpinan di wisma Atmajaya pada hari Sabtu dan Minggu. Kita menginap di sana satu malam. Bawa pakaian secukupnya saja, jangan pakai koper ya. Ransel saja." kata Joshua, ketua OSIS.
Mereka yang ada di ruangan itu baru terpilih menjadi pengurus di tahun itu sehingga belum kenal dekat satu sama lain. Pengumuman itu membuat para pengurus di ruangan itu bersorak gembira. Termasuk Yuna dan sahabat baiknya Rebecca yang tepilih menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah, atau OSIS di sekolah itu. Yuna dikenal pintar, namun ia sering menjadi bahan ledekan di kelasnya. Entah karena tubuhnya yang agak gempal ataupun karena nama belakangnya Sakura yang membuatnya sering dipanggil kura-kura oleh teman-temannya. Ia diberi nama Sakura karena ayahnya orang Jepang asli. Yuna sebenarnya tidak terlalu gendut. Hanya saja sejak kecil ia memang bertubuh agak subur.
"Yes!! Lumayan kita bisa liburan Yuna." kata Becca.
"Husss..Siapa bilang ini liburan? Kita akan mendapat banyak materi di sana. Tidak ada handphone dari pagi hingga sore." lanjut si Ketos, alias ketua OSIS.
"Shua, kita naik apa ke sana?" tanya Deni, bagian bendahara.
"Ada bus dari sekolah. Kita ngumpul di sini jam 6.30 pagi. Jangan ada yang telat. Telat kita tinggal dan kalian harus membayar denda dua ratus ribu plus dikeluarkan dari kepengurusan OSIS." Joshua memang terkenal dingin jika sedang berkumpul untuk urusan OSIS. Namun di luar itu, ia teman yang menyenangkan. Shua adalah cowok populer di sekolahnya. Selain ketua OSIS ia juga pemain drum di band sekolah. Ia juga anak seorang pengusaha properti yang sangat kaya. Ya, kehidupan sempurna untuk cowok di usianya.
*****
Yuna berlari menuju bus dengan spanduk bertuliskan "Kegiatan Latihan Kepemimpinan OSIS SMU Harapan Kita".
"Yuna, cepetan donk." teriak Becca dari jendela bus. Yuna terlihat kesulitan berlari dengan ransel di pundaknya. Ya pastilah, ia jarang berolah raga. Apalagi sekarang ia harus berlari dengan beban ranselnya. Ia melihat Shua sedang berdiri di pintu bus sambil melihat jam tangannya.
"Ya, kamu beruntung. 6.29. Masuk!" Shua memiringkan tubuhnya agar Yuna bisa masuk. Yuna ngos-ngosan. Ia mengatur napasnya dan duduk di sebelah Becca.
"Kok bisa telat?" tanya Becca.
"Pak Agus lagi jemput papa di bandara. Aku tunggu taksi online tadi lama banget. Si abangnya lagi sarapan, aku mau cancel dia bilang jangan, bentar lagi selesai. Eh taunya ga selesai-selesai. Dua puluh menit baru dia sampe di rumah. Mau marah kasihan juga." jawab Yuna.
"Kamu terlalu baik sih jadi orang. Kasihan mulu." ketus Becca. Yuna mengambil coklat dari dalam tas nya dan mulai mengunyahnya.
"Katanya mau diet." ucap Becca.
"Diet dimulai besok." Yuna ketawa. Ia melihat Becca yang cantik. Rambutnya keriting dari lahir, namun keritingnya sangat indah. Kulitnya tidak seputih Yuna, namun tubuhnya sempurna.
Mereka bersenang-senang di dalam bus. Farhan wakil ketua OSIS membawa gitar dan memainkan lagu Kita dari Sheila on Seven. Tidak ada guru di dalam bus itu karena mereka sudah berada di wisma sejak semalam.
Sesampainya di wisma, acara pelatihan pun langsung dimulai. Ponsel mereka dikumpulkan agar tidak mengganggu kegiatan. Semua terasa membosankan saat materi diberikan. Tapi semuanya berubah saat acara game dimulai. Para siswa berpasangan dengan siswi. Mereka harus mengikat kaki mereka berdampingan dan akan bertanding lari dengan pasangan lain. Yuna kebingungan ketika tidak ada siswa yang mengajak dirinya untuk berpasangan. Mereka menganggap Yuna tidak akan bisa berlari cepat karena postur tubuhnya. Yuna pasrah, ia berjalan ke pinggir lapangan. Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Sang ketos. Joshua yang dingin itu menarik lengan Yuna. Mengikatkan kaki kirinya dengan kaki kanan Yuna. Yuna masih terbengong saat Shua mengajaknya ke garis start.
"Siap?" tanyanya sambil menoleh ke Yuna. Yuna mengangguk. Baru sekali ini ia begitu dekat dengan tubuh Shua.
"Siap!! Mulaiiii!!!" Teriakan Pak Joko disambut oleh dukungan para penonton di samping lapangan. Ada sekitar sepuluh pasangan yang ikut lomba itu.
Shua dan Yuna terlihat kesulitan dalam menyamakan langkahnya. Akhirnya Shua menggandeng tangan Yuna agar mereka bisa lebih kompak dalam melangkah. Yuna menjadi gugup. Ia malah jatuh terjerembab. Banyak yang menertawakannya. Shua dengan cepat membantunya berdiri dan meletakkan tangannya di pundak Yuna. Yuna pun jadi bersemangat. Ia orang yang tidak suka kalah. Ia akan menang walau banyak orang yang mencemoohnya. Akhirnya mereka mendapatkan juara kedua.
"Kerja sama yang bagus." ucap Shua sambil melepaskan ikatan tali di kaki mereka.
"Lutut kamu berdarah Yuna." sambungnya.
"Tidak apa-apa." Yuna merasa tidak nyaman Shua melihat kakinya yang sedikit besar itu.
"Tunggu, aku ada plester di tas." Shua berlari kecil ke arah tumpukan tas para murid yang dijadikan satu dan kembali lagi dengan cepat. Ia jongkok dan menempelkan plester itu ke lutut Yuna.
"Terima kasih Kak Shua." Ya, Joshua adalah kakak kelas Yuna. Ia ada di kelas sebelas sekarang.
"Sama-sama." Shua meninggalkan Yuna yang masih berdiri terdiam di sana.
"Wuiih keren banget kamu bisa pasangan sama kak Shua." Becca menepuk Yuna dari belakang.
"Aku saja terkejut." ucap Yuna.
Sejak kejadian itu, Yuna sering mencuri pandang ke Joshua. Pelatihan itu menjadi sangat menyenangkan, tidak terasa membosankan seperti sebelumnya. Tidak dipungkiri Shua adalah cowok terganteng di ruangan itu. Yuna rasa dirinya bukan satu-satunya gadis yang sering mencuri pandang ke Shua. Banyak gadis yang melakukan hal yang sama.
Tiga hari setelah pelatihan itu selesai. Yuna menemukan sebuah binder dengan cover merah polos di atas meja sekolahnya saat ia baru datang. Ia membuka binder itu. Isinya seperti cerita mengenai kegiatan latihan kepemimpinan di wisma Atmajaya kemarin. Namun yang menarik adalah, tokoh wanita di cerita itu adalah dirinya. Dan tokoh utama pria di cerita itu adalah...Joshua, sang ketua OSIS.
"Saat aku melihatmu dengan rambut yang masih basah di tengah kebun bunga itu, aku sadar kamu sangat cantik. Boleh aku mengenalmu lebih dekat? Maukah kamu menjadi pacarku? Tolong tulis jawabanmu di sini. Nanti akan aku ambil saat pulang sekolah." Kalimat penutup di cerita itu membuat Yuna menutup mulutnya. Ia tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Sang cowok populer menyatakan perasaannya pada cewek gendut seperti dia. Ini pasti bukan sungguhan, pikirnya.
Yuna menceritakan semuanya kepada Becca saat istirahat pertama.
"Gini deh, kak Vino kan sekelas sama Joshua. Nanti aku tanyain sama dia. Sepertinya mereka cukup akrab, mungkin Shua cerita sama kak Vino." kata Becca. Ia langsung mencari kakaknya saat istirahat kedua.
"Yuna, ternyata Shua ditantang sama teman-temannya. Mereka bilang kamu pasti langsung terima Joshua tidak sampai 12 jam setelah Shua nembak kamu. Gila ya mereka. Tega banget." Becca memukul mejanya. Yuna terdiam. Untung ia sudah terbiasa dibully secara verbal oleh teman-temannya sehingga bisa menahan air matanya. Tapi tetap saja ia sedih karena Joshua mempermainkan perasaannya.
"Sudahlah. Toh aku juga belum punya perasaan apa-apa untuknya. Becca, tolong jangan memberi tahu siapa-siapa tentang ini. Aku...malu." kata Yuna. Becca menepuk pundaknya seakan memberinya dukungan. Yuna menulis beberapa kalimat di binder itu untuk dikembalikan ke Joshua.
Saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, Shua melangkahkan kakinya ke kelas 10-2 yang ada di lantai 2. Ternyata di sana Yuna sudah menunggunya dengan binder di tangannya. Shua tersenyum kepada Yuna. Senyum yang jarang dilihat Yuna saat berada di ruangan OSIS. Yuna pun memberikan binder itu sambil tersenyum. Setelah itu ia melambaikan tangannya dan berlalu dengan Becca. Shua langsung membuka binder itu dan membaca isi yang ditulis Yuna untuknya.
"Maaf kak Shua, namun aku masih belum mau pacaran. Thanks." Hanya itu. Raut wajah Shua berubah dari semangat menjadi layu. Tadinya ia sangat percaya diri jika Yuna akan menerimanya. Ia menyadari saat Yuna sering meliriknya.
Yuna membuka buku hariannya dan menulis kekesalannya pada hari itu. Ia mengira Joshua adalah cowok baik. Ia tidak menyangka bahwa Shua adalah cowok yang playboy yang akan mempermainkan perasaan perempuan. Brengsek. Yuna menutup buku hariannya dan akan melupakan Joshua sang playboy.
*****
PS: Visual Joshua
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Radyana Ananda Wulan
aku sangat menyukai nya
2023-05-22
1