BAB 19

"Pagi Pa, Ma." Joshua turun dan bergabung dengan orang tuanya untuk sarapan. Ia mengambil roti dengan selai kacang kesukaannya.

"Kamu pulang malam banget ya? Mama tunggu sampai jam 11 belum pulang." Nissa memberikan susu coklat untuk suaminya yang ikut melirik ke arah anak tunggalnya itu.

"Habis ketemu sama Adit, anaknya Radiansyah, terus ngeband bentar di Jupiter." Orang tuanya tidak pernah melarang Joshua untuk bermusik selama itu hanya menjadi hobi.

"Anak Harris? Jadi kamu kerja sama dengan dia?" tanya William.

"Jadi. Siang ini ada tanda tangan MOU di kantor Shua." William mengangguk senang dan bangga atas anaknya itu.

"Shua, mamanya Prilly telepon mama. Dia tanyain kamu terus. Mama bingung mau jawab apa. Katanya Prilly pernah telepon kamu tapi ga diangkat ya?" Joshua mencoba mengingat wanita yang bernama Prilly. Oh, itu, wanita cantik yang suka bercerita.

"Shua ga inget Ma, mungkin nomornya ga disimpan. Kalo anonim, Shua ga pernah angkat telepon." jawab Shua cuek sambil mengecek beberapa pesan di ponselnya.

"Jadi gimana ini? Mama bukannya mau paksa kamu, tapi mama juga ga enak nolak. Kalau bisa, kalian selesaiin sendiri lah ya. Disimpan nomor Prilly, kalau dia telepon diangkat." Joshua mengangguk tanda setuju. Ia tidak pernah menolak keinginan Nissa jika itu masih masuk akal.

Mata Shua berhenti melihat status Whatsapp seseorang, 'Happy birthday Darling..May you always get happiness from those around you.' Status Aditya. Apa hari ini Yuna berulang tahun? Tidak mungkin ia memasang ucapan itu untuk selingkuhannya. Shua melihat Aditya masih bermain aman dengan hubungannya dengan Becca. Ia lekas melihat KTP Yuna yang sempat difotonya dulu saat melihat alamat Yuna dulu. Oh benar saja. Hari ini ulang tahun Yuna. Semangat Shua mendadak naik berkali-kali lipat. Ia langsung berdiri dan mencium pipi Nissa lalu pamit pergi. Shua lalu menghubungi Lian dan berjalan menuju mobilnya.

*****

"Terima kasih atas kerja samanya Jo. Aku harap proyek ini bisa berhasil dan mall nya akan menjadi yang terbesar di Surabaya." Joshua menyambut jabatan tangan dari Adit disambut tepuk tangan dari beberapa direktur dan manajer yang hadir dari kedua pihak. Joshua melirik ke arah Yuna yang tampak cantik dan anggun dengan setelan blazer putih yang kontras dengan rambut hitamnya.

"Kita bisa ke aula di lantai 10, kami ada menyiapkan hidangan sederhana di sana. Silahkan." Lian memimpin jalan menuju lift ke lantai 10. Dan begitu pintu aula dibuka, bunyi confetti menggema di ruangan tersebut. Tulisan Happy Birthday Yuna Sakura tergantung di dinding aula. Yuna terkejut bukan main. Lian datang membawa sebuah kue ulang tahun dan Yuna meniup lilinnya.

"Astagaaa.. Dari mana kalian tahu aku berulang tahun hari ini?" tanya Yuna sambil tertawa senang. Lian melirik ke arah bos nya.

"Ya tau lah, kita kan partner kerja. Selamat ulang tahun Yuna." Joshua menyalami Yuna. Sungguh ia ingin menarik Yuna dan memberinya ciuman selamat atau hanya sekedar pelukan. Namun ia masih bisa menahan dirinya.

"Wah Jo, aku tidak menyangka kamu menyiapkan ini untuk istriku. Terima kasih ya." Adit maju dan merangkul pundak Yuna.

"Lian yang menyiapkannya. Aku hanya memberi perintah hahaha...Ayo semua, silahkan dinikmati makan siangnya." kata Joshua sambil menunjuk sisi kiri dan kanan aula yang sudah dipenuhi makanan prasmanan dan beberapa dessert. Yuna mendekati Joshua, tentu saja Adit tidak membiarkan mereka hanya berdua saja.

"Thanks Shua for the surprise..Really surprised me hahaha..." Yuna tertawa ceria. Begitu juga dengan Joshua, ia ikut bahagia melihat wanita yang dicintainya bahagia. Namun, senyumnya sedikit memudar melihat Adit yang mendaratkan ciuman di pipi Yuna.

"Happy birthday once again Sayang." Yuna merasa risih dengan sikap Adit apalagi di depan Shua.

"Apa-apaan sih kamu? Malu dilihat orang." kata Yuna setengah berbisik.

"Lho, kenapa malu? Semua orang juga tahu kamu istriku. Benar kan Jo? Hahaha..." Tawa Adit berhenti berkat suara ponselnya yang berdering dari tadi. Ia melihat layarnya sejenak lalu permisi untuk mengangkatnya di luar.

"Jangan pedulikan sikapnya yang kekanakan." Yuna berkata kepada Joshua.

"Sepertinya ia masih takut kehilanganmu Yun." Joshua membuka jas hitamnya karena sedikit gerah melihat sikap Adit ke Yuna tadi.

"Mungkin hanya kedok saja. Aku yang paling tahu sifat aslinya." Memang hanya Yuna yang tahu betapa teganya seorang Aditya mengkhianati istrinya.

"Mau makan?" tanya Jo.

"Kayaknya ga deh, tadi aku baru sarapan jam 10."

"Jaga kesehatanmu Yun. Ngomong-ngomong, malam ini aku ngeband di Jupiter, datang ya." Joshua memelankan suaranya saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Yuna belum sempat bereaksi apapun karena Adit merangkul pinggangnya.

"Ngomongin aku ya? Hahaha...By the way, kita ke Surabaya hari Sabtu pagi ya Jo. Jadi sampai di sana kita langsung ke lokasi. Aku hanya ajak Yuna dengan Rico, analisku." kata Adit sambil sedikit merapikan rambut Yuna yang sedikit menutupi matanya.

"Oh boleh. Kalau weekend aku bebas. Aku tidak perlu mengajak siapa-siapa kan, sepertinya vendor yang di Surabaya sudah cukup membantuku." Joshua bersyukur sudah melepas jas nya tadi karena sekarang ia tambah merasa kepanasan.

"Kenapa weekend mu free? Masa pria tampan dan mapan sepertimu belum ada kekasih?" tanya Adit sambil mengajak mereka menuju stand minuman dan kue-kue kecil.

"Memang belum Dit. Seleraku agak tinggi hahaha..." Jo mengambil sebuah fruit pie dan memasukkannya sekaligus ke dalam mulut.

"Apa perlu aku mengenalkanmu pada kenalanku? Aku punya beberapa rekomendasi kalau kamu berminat." Adit bertanya dengan cukup serius. Yuna pun ikut menunggu jawaban Joshua.

"Tidak perlu. Ibuku punya stock yang cukup banyak untuk itu." Jawaban Joshua membuat Yuna tertawa lepas.

"Hahaha..Oh maaf. Entah mengapa aku merasa bisa mengerti perasaan ibumu." Mereka tertawa bersama. Tentu saja Adit hanya tertawa sebatas formalitas saja.

*****

"Sayang...Terima kasih kamu sudah datang. Aku sudah masak ayam kecap kesukaanmu. Makan yuk." Becca terlihat sangat bahagia melihat kedatangan Adit. Tadi pagi ia cukup marah besar melihat status WA Adit untuk Yuna. Walaupun Adit menjelaskan bahwa ia menulisnya agar kedua orang tuanya tidak mencurigainya, tetap saja Becca cemburu. Akhirnya Adit berjanji malam ini ia akan bersama Becca walaupun sebenarnya ia ingin merayakan ulang tahun Yuna dengan makan malam bersamanya.

"Hai baby, kamu sehat kan?" Adit mencium perut Becca yang sudah mulai buncit, lalu mengecup bibir wanita yang masih tampak cantik di tengah kehamilannya itu.

"Kamu tadi ke bimbel ya? Jangan capek donk sayang. Mana masih masak makan malam pula." kata Adit sambil mulai melahap makanan di depannya.

"Kan dibantu Ratih tadi. Lagian baby nya ga rewel kok." Becca mengelus perutnya sambil tersenyum manja.

Becca sudah menyiapkan piyama yang akan dipakai Adit sehabis ia mandi. Tempat tidur pun sudah ia rapikan karena ia tahu Adit tidak suka dengan sprei yang berantakan. Adit keluar dengan handuk melilit di pinggangnya. Becca memandang pria dengan tubuh yang membuatnya jatuh cinta. Hormon kehamilannya membuatnya selalu merindukan kehadiran pria itu. Becca menyambut Adit dengan ciuman panas. Adit pun tahu apa yang harus dilakukannya kemudian. Ia tahu bahwa Becca membutuhkannya sekarang. Adit dan Becca pun sudah tahu posisi yang paling aman untuk ibu hamil dan itu tidak menjadi halangan sedikitpun untuk mereka.

'Lihat Yuna, suamimu berada di pelukanku di hari ulang tahunmu.' Ujar Becca dalam hatinya sambil menatap wajah Adit yang sesekali memejamkan matanya, merasakan sensasi luar biasa dari wanita yang membuatnya tergila-gila.

"Sayang, kamu jangan berpikir jika aku tidak mengajakmu berhubungan itu berarti aku tidak mau ya. Aku hanya takut kamu sedang capek atau ga mood." Adit membelai rambut Becca yang berbaring di sampingnya.

"Iya aku tahu Sayang. Jangan saja kamu menolakku ya, awas kamu! Gimana tadi? Lancar kerjaan?" tanya Becca.

"Lancar, Joshua dan aku sudah tanda tangan perjanjian kerja. Sabtu ini kami ke Surabaya." Sesaat Adit agak menyesal memberi tahu Becca tentang rencananya ke Surabaya.

"Oh ya? Aku ikut ya." Becca terlihat bersemangat.

"Ada Yuna." kata Adit pelan. Becca terlihat diam menahan amarahnya.

"Yuna lagi, Yuna lagi..Kapan sih aku ga dengar nama itu keluar dari mulut kamu? Kenapa harus aku yang selalu mengalah?" Nada suara Becca meninggi.

"Sekarang aku lagi di sini sama kamu. Aku lebih milih kamu di hari ulang tahunnya. Aku berusaha bersikap adil Sayang." Adit berusaha mengontrol emosinya.

"Dengar, ini hanya urusan bisnis, bukan bersenang-senang seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya pergi Sabtu dan Minggu. Senin aku pulang. Aku akan di sini seminggu. Aku janji." jelas Adit lagi.

"Janji seminggu?" tanya Becca dan dijawab dengan anggukan Adit. Kadang Adit mulai mempertanyakan kepada dirinya sendiri, sampai kapan keadaan yang rumit seperti ini akan bertahan? Andaikan ada mesin waktu, akankan ia akan tetap tergoda dengan Becca, ataukah setia kepada Yuna? Adit merasa perasaannya datang sedikit terlambat untuk Yuna. Ia merasa Yuna jauh lebih menarik sekarang. Aaah...apakah selingkuh ini semacam penyakit? Mengapa aku selalu galau dengan dua wanita? Entahlah, Adit mulai merasa Yuna mengisi pikirannya dua bulan terakhir ini. Menyesalkah aku? Tidak, aku tidak boleh menyesal karena sudah ada kehadiran buah hatiku dengan Becca sekarang.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!