"Kemana lagi sayang?" tanya Bayu sambil menggenggam tangan Rinjani dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanan Bayu membawa paper bag yang di dalamnya berisi buku buku dan novel novel yang tadi di beli Rinjani.
" Ke kafe ngarai yuk. Katanya di situ bagus." ujar Rinjani.
Rinjani memperlihatkan kafe yang sedang booming di instagram itu kepada Bayu. Bayu melihat lihat foto foto yang diperlihatkan oleh Rinjani kepada mereka berdua.
"Ini sangat bagus tempatnya sayang. Kita makan siang disitu saja." ujar Bayu setuju dwngan pilihan kafe yang diusulkan oleh Rinjani.
Mereka berdua kemudian kembali ke parkiran mobil. Mereka akan menuju kafe ngarai yang dikatakan oleh Rinjani. Bayu benar benar akan mewujudkan semua keinginan Rinjani.
Rinjani dan Bayu masuk ke dalam mobil. Bayu memastikan kalau Rinjani sudah aman di kursinya
"Siap?" tanya Bayu kepada Rinjani.
"Siap untuk petualangan berikutnya." ujar Rinjani dengan mantap kepada Bayu.
Bayu kemudian menghidupkan mobilnya. Mobil bergerak meninggalkan parikiran bestman mall tersebut.
"Sayang, kamu tau arahnya kemana?" tanya Bayu yang sama sekali tidak tau dengan jalan di kota B.
"Pakai googleh map aja sayang. Repot banget., satu hal yang pasti, kita harus sampai di sana." ujar Rinjani sambil mengeluarkan ponsel miliknya.
Rinjani mengaktifkan fitur gooleh map. Dia mengetik tempat tujuannya adalah kafe ngarai sianok. Googleh map menampilkan tempat yang dituju.
"Oke sayang siap. Mari kita ikuti dia." ujar Rinjani sambil meletakkan ponsel miliknya di dasbord mobil.
Bayu melihat peta itu. Ternyata tempatnya bisa dikatakan tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang. Bayu mulai mengikuti perintah penunjuk arah yang dikatakan cewek cantik tersebut melalui speaker ponsel Rinjani.
"Kayaknya di map nggak jauh sayang. Tapi ini udah masuk jalan kecil." ujar Bayu melihat jalan hanya bisa mobil berselisih saja.
"Nggak salah kan sayang?" tanya Bayu lagi.
"Kayaknya nggak kalau ngikutin mapnya." jawab Rinjani yang sebenarnya sudah mulai ragu juga dengan jalan yang mereka lalui.
Sebuah jembatan dengan anak kecil memegang kotak sumbangan terpampang di depan mereka. Bayu mengeluarkan uang sepuluh ribu dari dalam saku celananya. Dia bermaksud bertanya sekaligus memberikan sumbangan kepada anak itu.
Bayu membuka kaca jendela mobilnya. Bayu memasukkan uang kertas itu ke dalam kotak yang di pegang seorang anak laki laki usia sekitar sembilan tahun.
"Apa benar ini jalan ke kafe ngarai sianok?" tanya Bayu kepada anak laki laki itu.
"Batuah Da. Uda tarui mandaki ko saketek, tu belok kida. Tarui ka ujuang. Situ kafe tu nah Da. (Betul Uda. Uda terus mendaki pendakian ini sedikit, setelah itu belok kiri. Terus sampai ke ujung, di situ letak kafe ngarai Uda)" jawab anak laki laki tersebut sambil memberikan petunjuk arah kepada Bayu.
"Makasi Dek." jawab Bayu sambil tersenyum.
Anak laki laki itu hanya mengangguk saja. Dia sudah terlalu senang mendapatkan pecahan uang yang cukup besar dari Bayu. Padahal kalau mobil lain banyak yang memberi pecahan lebih kecil atau hanya membunyikan klakson mobil saja.
"Masih jauh sayang?" tanya Rinjani yang menyesal membawa Bayu ke tempat yang mereka berdua sama sama tidak tau itu.
"Kalau menurut apa yang dikatakan anak itu tidak." jawab Bayu.
Ternyata jarak belok kiri yang diinfokan anak laki laki tadi kepada Bayu setelah jembatan hanya lima belas meter. Bayu membelokkan mobilnya ke arah kiri. Bayu terus melajukan mobilnya, akhirnya mereka melihat sebuah papan dengan tulisan kafe ngarai sianok.
Wanita penunjuk jalan pun mengatakan Anda telah sampai di tujuan. Rinjani mengambil ponsel miliknya. Dia menonaktifkan kembali googleh map tersebut.
Bayu memarkir mobilnya di tempat parkir yang sudah disediakan oleh pemilik kafe. Mereka berdua kemudian turun dan berjalan bergandengan tangan menuju kafe dengan konsep makan di tengah sungai. Sebelum menuju meja yang mereka mau, Rinjani dan Bayu memesan menu makanan yang akan mereka makan menjadi menu makan siang.
"Mau makan apa sayang?" tanya Rinjani kepada Bayu sambil memperlihatkan daftar menu tersebut.
Bayu membaca menu menu apa saja yang tersedia di kafe. Pilihan Bayu sudah tertuju kepada satu makanan yang rasanya akan sangat enak dimakan di tengah sungai apalagi suasana dingin seperti ini.
"Nasi sop iga bakar sama minumnya latte aja." ujar Bayu menyebutkan apa menu makanan dan minuman yang akan dinikmatinya.
"Saya, nasi goreng iga bakar sama minumnya jus jeruk hangat." ujar Rinjani menyebutkan makanan dan minuman yang dia mau.
Setelah memesan menu makan siang mereka, Rinjani dan Bayu berjalan bergandengan tangan menuju meja yang akan mereka tempati.
"Kalau rame nggak asik sayang. Kita nggak bisa makan di tengah sungai." ujar Rinjani kepada Bayu.
Ternyata saat mereka turun ke sungai banyak meja meja yang masih kosong belum ada penghuninya.
"Rezeki kamu sayang. Tu banyak yang kosong tinggal kamu pilih mau duduk dimana." ujar Bayu menunjuk begitu banyak meja meja dan kursi yang masih kosong
"Yes. Padahal hari minggu kan ya sayang" ujar Rinjani.
"Sepertinya orang sini sedang minat ke kafe tengah kota." jawab Bayu ngasal memilih kata kata saja.
Rinjani akhirnya memilih meja yang di depannya terdapat ayunan.
"Sayang, fotoin aku di sana ya." ujar Rinjani sambil berjalan ke arah ayunan itu. Dia mulai berayun ayun seperti anak kecil yang baru dapat mainan.
Setelah puas memoto Rinjani. Bayu juga ikut duduk di boyan yang muat untuk berdua itu. Bayu mengambil fhoto selfi mereka berdua. Bayu mengambil banyak fhoto.
Saat itulah pelayan kafe datang mengantarkan pesanan mereka.
"Uda, bisa tolong ambilkan foto kami berdua?" tanya Bayu.
"Bisa Uda." jawab pelayan kafe.
Bayu memeluk Rinjani dari belakang. Dia meletakkan dagunya ke pundah Rinjani. Rinjani menatap mesra wajah Bayu. Pelayan kafe mengabadikan moment romantis itu. Beberapa pose mereka ambil berdua.
"Terimakasih uda." ujar Bayu sambil memberikan tips kepada pelayan kafe yang sudah mau menolong mereka berdua.
"Makan dulu sayang, nanti kita lanjutkan lagi." ujar Bayu yang cacing cacing dalam perutnya sudah mulai berdendang sebentar lagi kalau masih belum diisi juga maka cacing itu tidak akan berdendang melainkan akan berdemo.
Bayu dan Rinjani kembali duduk di meja mereka. Bayu dan Rinjani mulai menikmati makan siang mereka dengan mengunyah dan merasakan setiap kelezatan dari makanan yang disajikan.
"Mana enak sayang dengan iga bakar di tempat biasa kita makan?" tanya Rinjani sambil menatap wajah Bayu.
"Enak ini sayang. Aku suka tingkat kematangannya luar biasa pas" kata Bayu mengulas menu yang sedang dinikmatinya itu.
"Kalau punya kamu enakan yang mana dari pada tempat biasa?" Bayu balik bertanya tentang rasa makanan yang dipesan oleh Rinjani.
"Kalau nasi gorengnya suka yang di sini. Untuk iga bakarnya sama seperti yang kamu omongin sayang, tingkat kematangan dan rasanya masuk di sini." ujar Rinjani sambil terlihat menikmati iga bakar terakhir miliknya.
"Jadi?" ujar Bayu sambil menatap Rinjani.
"Jadi" balas Rinjani meniru ucapan Bayu.
"Jadi, setelah dari sini mau kemana lagi?" kata Bayu melanjutkan kata jadinya tadi.
"Ke janjang seribu gimana sayang?" ujar Rinjani menyebutkan objek wisata yang lainnya kepada Bayu.
Bayu memandang Rinjani.
"Kenapa nengoknya gitu kali sayang." ujar Rinjani protes Bayu menatapnya seperti itu.
"Sayang yang iya iya ajalah, masak kita harus berjalan di janjang seribu dengan keadaan perut pnuh kayak gini." ujar Bayu protes dengan keinginan Rinjani.
Bayu tidak bisa membayangkan, perut dalam kondisi kenyang harus di bawa berjalan di jenjang seribu. Suatu hal yang bisa dikatakan oh tidak jangan.
"Gimana kalau ke benteng aja. Nanti dari benteng baru ke jenjang seribu" Bayu memberikan alternatif pilihan berikutnya kepada Rinjani.
"Setuju sayang. Ke benteng dulu. Tapi kita beli makanan ya baru ke sana." ujar Rinjani yang sudah tau mau membeli apa nanti ke tempat itu.
Mereka melanjutkan bermian di kafe yang instragrameble itu. Rinjani berfoto di banyak tempat dengan berbagai gaya. Kadang kadang mereka juva berfhoto berdua.
Minuman yang mereka pesan tadi sudah habis di seruput.
"Pergi lagi yuk." ajak Bayu sambil berdiri dari boyan.
Dia kemudian membantu Rinjani untuk berdiri juga. Rinjani memegang tangan Bayu. Mereka berdua berjalan bergandengan tangan menuju kasir untuk membayar harga dari makanan dan minuman yang mereka makan.
"Berapa mbak?" tanya Bayu.
"Atas nama siapa Bang ?" tanya balik kasir.
"Bayu." ujar Bayu menyebutkan namanya.
Kasir mengambil pesanan Bayu tadi. Kasir mengimput biaya setiap aitem makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Jadi total semuanya delapan puluh enam ribu Bang." ujar pelayan kafe menyebutkan nominal harga yang harus dibayarkan oleh Bayu.
Bayu memberikan uang pecahan seratus kepada kasir. Kasir mengambil kembalian uang Bayu. Setelah selesai proses pembayaran, mereka berdua berjalan menuju mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments