Bab 20

Yuna keluar dari kamar mandi setelah mengisi bathtub dengan air hangat. Keberadaan Barra yang tengah duduk di sisi ranjang dengan kancing kemeja yang sudah terbuka seluruhnya, membuat Yuna kaget.

"Ehh,,,!" Peliknya sembari memalingkan wajah. Rona merah hinggap dikedua pipinya yang putih. Rasa malu menyelimuti saat kedua matanya melihat jelas dada bidang Barra.

Meski pernah bersentuhan tanpa sehelai benang, tapi baru kali ini Yuna bisa melihat dengan jelas dada bidang dan perut yang berotot.

Disaat Yuna malu dan salah tingkah, Barra justru memasang wajah datar seperti biasa. Terlihat tidak risih sedikitpun telah memperlihatkan tubuhnya.

Dia beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke arah Yuna.

"Bathtubnya sudah aku isi Mas,," Kata Yuna.

"Hemm, makasih." Barra menjawab singkat. Dia masuk kedalam kamar mandi, melewati Yuna yang masih berdiri di dekat pintu.

Barra masuk kedalam bathtub setelah menanggalkan semua kain yang menempel di tubuhnya. Kepalanya dia sandarkan. Kedua matanya mulai terpejam.

Hari-harinya terasa semakin berat untuk di lalui, sedangkan untuk mencapai tujuannya masih berada di tahap paling bawah.

Meski sudah memulai, tapi belum menjamin akan langsung membuahkan hasil.

3 bulan, terdengar singkat namun akan terasa untuk di jalani oleh Barra. Dia selalu berharap Yuna akan segera hamil sebelum waktu 3 bulan yang dia tentukan untuk menyentuhnya.

Semakin cepat Yuna hamil, maka beban yang dia rasakan akan sedikit berkurang.

Sulit untuk menjelaskan seperti apa beban yang dia rasakan setiap kali berfikir akan menyentuh Yuna.

Sangat sulit dan menyiksa perasaannya.

Tidak mudah berhubungan dengan orang yang tidak kita cintai sedangkan kita memiliki orang yang sangat kita cintai.

Hal itu menimbulkan rasa bersalah yang sulit untuk di hilangkan.

...****...

Yuna kembali ke kamar setelah membuatkan teh untuk Barra. Tadi dia langsung keluar dari kamar saat mendengar pintu kamar mandi akan di buka.

Selain ingin membuatkan minum, Yuna juga bermaksud menghindari Barra yang pastinya akan bertelanjang dada saat keluar dari kamar mandi.

Yuna tersenyum kikuk melihat Barra tengah duduk di sofa sembari memegang ponsel.

Dia menutup pintu, lalu menghampiri Barra.

"Aku bikin teh hangat,," Ucap Yuna. Dia meletakkan teh itu didepan Barra.

"Makasih."

Tatapan mata Barra kembali ke layar ponselnya, setelah tadi memperhatikan gerak gerik Yuna dengan tatapan datar.

"Aku sudah mengundurkan diri dari kantor." Ujar Yuna memberi tau. Meski tau Barra tidak akan memberikan reaksi apapun selain ekspresi datar, namun Yuna merasa harus mengatakan itu pada Barra karna Barra yang menyuruhnya untuk berhenti bekerja.

Barra mulai menatap Yuna. Seperti dugaannya, menatap dengan sorot mata datar. Dia hanya memberikan anggukan setelah itu.

"Sudah kamu pikirkan mau usaha.?" Tanyanya serius.

"Sudah." Yuna menjawab singkat.

"Oh ya.? Bagus kalau begitu." Barra terlihat antusias. Dia mematikan ponsel dan menyimpannya di atas meja.

"Mau bikin usaha apa.?" Antusias Barra membuat Yuna semangat untuk bercerita, padahal tadi dia tidak berniat untuk menceritakan hal itu karna merasa tidak akan penting untuk Barra. Tapi ternyata Barra malah bertanya lebih dulu.

Mengambil cangkir dan meneguk teh hangat buatan Yuna, mata Barra terus menatap Yuna untuk mendengarkan jawabannya.

"Dulu saat masih sekolah, aku suka iseng design baju perempuan."

"Sekarang jadi kepikiran mau produksi baju." Jelas Yuna tak kalah antusias.

Barra tampak menganggukkan kepala, terlihat mendukung rencana Yuna.

"Perlu modal berapa.?" Pertanyaan yang tak terduga keluar dari mulut Barra. Yuna tidak pernah berfikir akan membutuhkan bantuan dari Barra lagi, karna Barra sudah cukup membantunya. Lagipula, mahar yang diberikan oleh Barra belum tersentuh.

Uang sebanyak itu sudah lebih dari cukup untuk memulai usaha kecil.

"Untuk awal-awal mau produksi beberapa model saja, jadi nggak terlalu butuh banyak modal."

"Uang dari Mas Barra juga masih utuh, aku mau pakai uang itu." Tutur Yuna dengan mengulas senyum tipis.

"Itu uang mahar, pakai saja untuk keperluan kamu. Besok aku transfer untuk modal usaha."

Nada bicara dan tatapan Barra terlihat sangat serius.

Dia benar-benar akan membantu Yuna merintis usahanya. Karna bagaimana pun, dia merasa harus bertanggungjawab karna sudah memaksa Yuna untuk keluar dari pekerjaannya.

Selain itu, Barra juga sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menjamin kehidupan Yuna. Setidaknya, bantuannya saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan Yuna kedepannya. Meski tidak akan sebanding dengan apa yang akan dia ambil dari Yuna.

"Nggak usah Mas, uang itu sudah lebih dari cukup. Simpan saja untuk keperluan Mas Barra." Yuna berusaha menolak. Sudah terlalu banyak Barra mengeluarkan uang untuk membantunya. Yuna tidak mau semakin merasa berhutang budi pada Barra.

"Jangan menolak." Tegas Barra.

"Sudah malam,,," Barra melirik jam dinding sembari beranjak dari sofa.

"Sebaiknya kita tidur." Dia menatap Yuna, tatapan yang berbeda dari biasanya meski masih memasang wajah datar.

"I,,iya,," Tiba-tiba saja Yuna menjadi gugup setelah tau arti tatapan itu. Malam ini dia akan kembali menjalankan tanggungjawabnya pada Barra.

Dalam suasana kamar yang redup dan sunyi, hembusan nafas Yuna yang tidak teratur terdengar jelas.

Tubuhnya menegang, dia hanya bisa diam dengan kedua tangan meremas seprei.

Yuna membiarkan Barra menyentuh tubuhnya menggunakan kedua tangan dan bibir.

Satu yang tidak pernah di lakukan oleh Barra pada Yuna adalah mencium bibir dan bagian wajah Yuna.

Hal itu seakan di hindari oleh Barra.

"Mas,," Yuna menahan dada Barra saat akan melakukan penyatuan.

"Kenapa.?" Tanya Barra. Dia sedikit mundur, karna Guna terlihat tidak siap.

"Mas Barra nggak pakai pengaman.?" Tanya Yuna lirih.

"Aku nggak mau hamil,," Ujarnya dengan suara yang terdengar gelisah.

"Kamu nggak mau mengandung anakku.?" Nada bicara Barra terdengar kesal meski suaranya pelan.

"Mas Barra lupa dengan perjanjian itu.? Kita akan bercerai kan.? Aku nggak mau apa yang aku alami terjadi juga pada anakku."

Yuna terus memikirkan hal ini sejak kemarin, dia takut hamil dan harus membuat darah dagingnya hidup tanpa kedua orang tua yang utuh.

"Lupakan perjanjian itu, aku akan bertanggungjawab sepenuhnya." Tegas Barra. Dia menyingkirkan pelan tangan Yuna dari dadanya, kemudian melanjutkan apa yang tadi sempat tertunda.

Malam itu terasa begitu panjang bagi Yuna. Dia merasa Barra sangat lama memacu tubuhnya.

Mungkin karna pikirannya terbagi. Ucapan terakhir Barra membuat Yuna harus berpikir keras.

Melupakan perjanjian.? Apa artinya Barra siap menjalani kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya.?

Yuna masih belum mengerti kenapa secepat itu Barra berubah pikiran.

Setelah mengakhiri permainan, keduanya membersihkan diri bergantian. Yuna yang sudah lebih dulu membersihkan diri, masih berbaring di ranjang dengan kedua mata yang menatap langit-langit kamar.

"Tidur, sudah malam." Ujar Barra sembari naik ke atas ranjang. Dia baru saja keluar dari kamar mandi.

Yuna menoleh, kemudian mengangguk kecil.

"Aku nyuruh kamu untuk buka usaha sendiri bukan berarti nantinya kamu bisa mengurus pekerjaan 24 jam."

"Usaha di rumah memang waktunya lebih fleksibel, tapi harus punya jadwal juga. Harus di tentuin jam kerjanya, kalau bisa lebih sedikit dari jam kerja kamu saat di di kantor."

"Jangan sampai kamu kelelahan."

Barra bicara panjang lebar. Memberikan masukan dan nasehat yang bisa diterima oleh Yuna.

"Iya, aku mengerti." Ucapnya.

"Makasih sudah mendukungku." Yuna menatap Barra penuh kekaguman. Tidak menyangka Barra akan memperlakukannya sebaik ini.

Barra tersenyum tipis sembari mengangguk.

Dia menarik selimut, kemudian memejamkan

mata.

"Aku pasti akan jadi wanita yang paling beruntung kalau saja pernikahan ini nyata untuk selamanya."

Yuna bergumam dalam hati sambil menatap wajah Barra.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

nyatanya hati wanita sangat lembut.. dia akan mudah tersentu hanya dgn sedikit kata manis dan perhatian.. Yuna kamu dlm masalah besar jiga semudah ini meluluhkan hatimu..

2023-07-24

1

yuce

yuce

nitha jauh lebih pintr darupada yuna gak curiga sama sekali kebaikkan orang kek ada udang dibalik bakwan hahahahha

2023-02-23

0

yuce

yuce

hadeh yuna mimpinya ketinggian vanvet kalau tahu fakta yg sebenarnya pasti nyesek ujungnya.

2023-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!