"A,,ada apa.?" Yuna berucap gugup. Bukan hanya kaget karna tiba-tiba ada seseorang yang menahan bahunya, melainkan kaget bercampur grogi lantaran wajah tampan dan aura yang berkharisma dari laki-laki itu.
"Bisa bicara empat mata.?"
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."
Setiap kata yang keluar dari mulutnya, terdengar sangat menenangkan di telinga Yuna. Tipe suara seperti ini yang sudah jelas menggambarkan seorang laki-laki bertanggungjawab dan lembut.
Bukan asal menebak, tapi Yuna memiliki feeling yang kuat.
"Maaf, apa sebelumnya kita pernah kenal.?" Tanya Yuna. Dahinya mengkerut, mencoba untuk mengingat - ingat.
"Aku rasa,,,"
"Ini pertemuan pertama kali." Potongnya cepat.
"Mungkin terkesan aneh karna tiba-tiba aku datang dan mengajakmu bicara empat mata."
"Ada seseorang yang bilang padaku kalau kamu butuh biaya untuk operasi Mama kamu."
"Aku bisa membantu kamu."
Yuna hanya melongo. Pikirannya tidak sampai sejauh itu untuk memahami orang asing yang tiba-tiba datang untuk menawarkan bantuan padanya.
Mungkin terlalu dermawan, atau ada udang dibalik batu.
"Bukan cuma aneh, tapi mencurigakan." Yuna menatap tajam.
"Kamu berfikir seperti itu karna belum dengar alasannya."
"Lebih baik pindah ke restoran depan, kita bicara empat mata." Ajaknya.
Yuna menatap ragu. Pikirannya malah jadi tidak karuan. Takut laki-laki itu akan membawanya kabur dan berbuat jahat padanya. Atau bisa jadi laki-laki itu suruhan Tuan Humoto.
Dia akan di culik dan di bawa kehadapan Tuan Hutomo untuk di nikahi.
"Maaf, aku permisi,,," Yuna malah berniat melarikan diri dari hadapan laki-laki itu. Tapi baru berjalan beberapa langkah, dia malah menabrak bodyguard Tuan Hutomo.
"Kenapa buru-buru.?" Kata Tuan Hutomo. Dia mendekati Yuna, membuat Yuna berjalan mundur.
"Ja,,jangan mendekat." Pinta Yuna memohon.
Dia terus berjalan mundur sampai berakhir dengan sembunyi dibalik tubuh besar laki-laki tadi.
"Tolongin aku,," Pinta Yuna lirih. Dia yang awalnya mencurigai laki-laki itu bersekongkol dengan Tuan Hutomo, sekarang malah meminta bantuannya.
"Kemari Yuna, kamu harus menikah sama saya."
"Karna sampai kapanpun kamu nggak akan bisa melunasi hutang - hutang Handoko."
Hutomo masih terus mendekat. Membuat Yuna semakin ketakutan. Sedangkan laki-laki yang dia jadikan tempat sembunyi, sama sekali tidak membantunya.
"Berapa hutangnya.?"
"Saya yang akan melunasi semua hutangnya."
Yuna dibuat keget. Dia sampai keluar dari persembunyian dan berdiri disamping laki-laki itu sambil menatapnya dengan kedua mata yang membulat sempurna.
"A,,apa kamu bilang.? Kamu mau melunasi hutang - hutangku.?" Tanya Yuna tak percaya.
Berbeda dengan Yuna yang keget. Tuan Hutomo justru tertawa terbahak-bahak. Dia tidak percaya laki-laki itu akan melunasi semua hutang Handoko.
"Hutangnya 97 juta, yakin kamu mau melunasi hutangnya.?" Tanya Tuan Hutomo.
Dia langsung merogoh saku jasnya, mengeluarkan selembar cek dan langsung menuliskan angka 100 juta di sana. Lalu memberikan cek itu pada Hutomo setelah ditandatangani.
"100 juta, Lunas.!!" Ucapnya tegas.
"Apa.?!!" Pekik Yuna tak percaya.
Dia sampai menepuk pipinya berulang kali, merasa bahwa apa yang sedang terjadi saat ini hanyalah mimpi belaka.
Di jaman yang serba mahal seperti ini, rasanya sangat mustahil ada orang yang membayarkan hutang orang lain senilai 100 juta.
Tuan Hutomo berdecak kesal. Dia gagal menikah dengan Yuna. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi karna hutang itu sudah dilunasi.
...*****...
Yuna sedang berada di restoran bersama laki-laki yang sudah melunasi hutang ayahnya.
Yuna tentu saja di buat bertanya - tanya, alasan laki-laki itu mau melunasi hutangnya.
"Barra."
Ucap laki-laki itu sembari mengulurkan tangan pada Yuna. Mengajak Yuna untuk berkenalan.
Sedikit ragu, tapi akhirnya Yuna menjabat tangan Barra.
"Yuna."
Yuna segera melepaskan tangannya.
"Hutang kamu sudah aku lunasi."
"Seperti tawaranku di awal, aku bisa membantu biaya operasi Ibu kamu."
"Tapi ada syaratnya,," Kata Barra tegas.
Yuna tersenyum smirk. Sejak awal dia memang sudah menduga ada sesuatu yang diinginkan oleh Barra.
Karna tidak mungkin seseorang yang tidak dia kenal sebelumnya, akan menawarkan bantuan tanpa imbalan.
Tapi walau bagaimana pun, bantuan Barra telah menyelamatkan dirinya dari Tuan Hutomo. Setidaknya laki-laki tua itu tidak akan lagi muncul di hadapannya.
"Apa syaratnya.?"
"Aku belum tau syaratnya, tapi kenapa sudah membantuku.? Bagaimana kalau syarat yang kamu minta nggak bisa aku penuhi.?"
"Aku jadi punya hutang sama orang yang nggak aku kenal."
Yuna dibuat penasaran sekaligus takut. Takut jika Barra akan meminta hal - hal aneh sebagai syarat atas bantuan yang dia berikan.
"Menikah denganku." Ucap Barra dengan entengnya. Membuat wanita yang dia ajak nikah langsung terperanjat.
"Apa.?!!" Pekik Yuna. Dia dibuat syok, suara teriakanya sampai didengar oleh pengunjung restoran hingga menarik perhatian mereka.
"Pelanin suara kamu." Lirih Barra sembari menundukkan pandangan. Tatapan orang - orang membuat Barra tidak nyaman.
"Maaf, aku reflek." Ucap Yuna malu. Dia sampai tidak berani menatap sekitar karna sudah bisa merasakan kalau semua orang menatap ke arahnya.
"Kamu hampir membuatku jantungan." Tutur Yuna. Doa tidak habis pikir dengan jalan pikiran Barra. Belum pernah bertemu sebelumnya tapi sudah mengajaknya menikah.
Yuna juga dibuat bertanya, entah siapa orang yang memberitahukan masalahnya pada Barra sampai Barra tau kalau Yuna sedang butuh biaya.
"Jangan bercanda, menikah itu bukan untuk main-main. Kamu mengajak wanita menikah, serasa sedang mengajak wanita kencan."
"Kencan saja harus saling kenal sebelumnya, kita bahkan baru pertama kali bertemu. Yang benar saja." Ucap Yuna tak habis pikir.
"Siapa yang main - main.?"
"Kamu nggak bisa bedain wajah serius sama bercanda.?" Nada bicara Barra semakin naik.
"Tawaran cuma berlaku 1 kali. Mau atau nggak.?"
"Ingat, orang tua kamu butuh penanganan secepatnya."
Barra merogoh dompet, mengeluarkan kartu nama dan menyodorkannya didepan Yuna. Dia bermaksud pergi setelah memberikan kartu namanya pada Yuna.
Namun Yuna langsung mencegahnya.
"Aku setuju.!" Ucap Yuna tegas.
Setelah mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Barra, Yuna langsung mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Dia hanya memikirkan kesembuhan sang Mama, tidak peduli jika dia harus menikah dengan laki-laki yang baru dia kenal.
Lagipula, Yuna bisa menilai kalau Barra laki-laki baik. Setidaknya, pernikahan itu tidak akan membuat Yuna tersiksa.
Barra menarik sudut bibirnya, dia mengulas senyum tipis.
"Baiklah, aku akan mengurus semuanya."
"Tapi ada perjanjian tertulis yang harus kamu tanda tangani."
"Nanti malam aku akan datang lagi."
"Kamu cuma perlu menyiapkan wali, besok kita langsung menikah di ruang rawat inap orang tua kamu sebelum beliau di operasi."
Barra pergi bagitu saja setelah menjelaskan panjang lebar pada Yuna. Meninggalkan Yuna yang semakin tidak karuan karna pernikahan akan dilangsungkan besok.
Yuna kebingungan, tidak tau harus mulai darimana untuk menjelaskan semua ini pada Mama Rena.
Sedangkan selama ini Mama Rena tau kalau Yuna tidak pernah memiliki pacar.
Beliau pasti akan berfikir macam-macam kalau tiba-tiba Yuna bilang akan menikah besok pagi.
Yuna malah takut untuk memberitau. Takut kondisi Mama Rena malah semakin memburuk setelah mendengar berita pernikahan kilat anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Utayiresna🌷
nggak percaya akunya😌
2024-03-06
0
☠@AngguN
semoga memang itulah jalan oprasi ibu
2023-08-12
1
Rima 1234
masih menikmati baca nya
2023-06-15
0