Bab 7

1 jam berlalu. Yuna tetap menunggu didepan ruang operasi tanpa memutuskan doa untuk Mama Rena.

Barra juga masih setia berada di samping Yuna meski sejak tadi sibuk dengan ponselnya.

Keduanya duduk bersebelahan, namun tidak ada obrolan apapun.

Selain canggung, Yuna juga sedang cemas memikirkan keselamatan orang tuanya yang sedang berjuang, jadi tidak sempat untuk bicara banyak dengan Barra.

"Sudah waktunya makan siang." Ucap Barra sambil menatap arloji di pergelangan tangannya. Tak lama menyimpan ponsel dalam saku celana, lalu beranjak dari duduknya.

Barra menatap Yuna yang masih menundukkan kepala, seperti tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Barra.

"Sebaiknya makan dulu, operasinya masih lama."

Setelah mengencangkan suara, Yuna mulai memberikan respon dengan mengangkat kepala dan menatap Barra yang berdiri didepannya.

"Memang operasinya berapa lama.?" Tanya Yuna. Dia memang tidak tau dan belum sempat menanyakan hal itu pada dokter.

"Kemungkinan 3 sampai 4 jam." Jawab Barra.

Yuna sedikit kaget, tidak menyangka operasi yang sedang dilakukan oleh sang Mama akan memakan waktu yang cukup lama.

Seketika air mata kembali menggenang disudut mata Yuna. Rasa sakit dan takut kehilangan kembali menyelimuti hati. Entah bagaimana sang Mama bisa bertahan dalam waktu yang lama itu.

Yuna tidak sanggup membayangkan perjuangan yang tengah di hadapi oleh Mama Rena saat ini.

"Lama sekali." Gumam Yuna lesu. Dia menundukkan kembali kepalanya. Menyembunyikan kesedihan dan air matanya didepan Barra.

"Ka,,mu,, maksudku Mas,, makan duluan aja, aku belum laper." Yuna menolak halus ajakan Barra.

Dalam kondisi seperti ini, mana sempat Yuna memikirkan dirinya sendiri. Dipikirkannya hanya ada Mama Rena, sibuk berdoa dan mencemaskan keadaannya.

"Laper atau nggak, perut kamu harus tetep di isi."

"Jangan sampai kamu yang sakit setelah ini, bisa-bisa kondisi orang tua kamu down kalau liat kamu sakit."

"Ayo ikut.!"

Barra menarik tangan Yuna tanpa permisi.

Entah karna bentuk perhatian atau karna merasa Yuna adalah tanggung jawabnya, yang jelas sikap yang di tunjukkan oleh Barra sudah mencerminkan sikap seorang suami yang baik.

Walaupun pernikahan mereka bukan berlandaskan cinta, setidaknya Yuna diperlakukan dengan baik oleh Barra. Tutur katanya juga lembut, tidak semena-mena dalam memperlakukan Yuna meski sudah banyak uang yang dikeluarkan Barra untuk Yuna.

"Pakai mobil.? Memangnya mau makan dimana.?" Kening Yuna berkerut, menatap Barra yang menggandengnya sampai ke basement rumah sakit dan berhenti di samping mobil mewah.

"Restoran depan." Jawab Barra singkat. Dia membukakan pintu untuk Yuna.

"Ayo masuk." Perintahnya sembari menggerakkan kepala.

Yuna menurut, dia tidak mau banyak protes untuk menghindari obrolan panjang. Saat ini hanya ingin cepat selesai makan siang dan kembali lagi ke rumah sakit untuk menunggu Mama Rena di depan ruang operasi.

...***...

"Habiskan makanannya, jangan harap bisa kembali ke rumah sakit kalau masih ada makanan di piring kamu." Tegas Barra dengan sedikit ancaman.

Makanan di piringnya sudah habis 15 menit yang lalu, sedangkan Yuna masih menyisakan setengah makan di piringnya.

Akibat banyak melamun, Yuna jadi lambat menghabiskan makan siangnya.

"Aku sudah kenyang."

"Kita kembali saja ke rumah sakit." Yuna beranjak dari duduknya. Saat itu juga langsung mendapatkan tatapan tajam dari Barra.

"Duduk. Habiskan makanannya.!" Titahnya tegas.

Bibir Yuna langsung mencebik kesal. Menatap jengkel ke arah Barra sembari duduk kembali di kursinya.

"Lagi sedih begini boro-boro bisa makan lahap, masuk 2 sampai 3 suap aja masih untung." Keluh Yuna. Dia sedikit kesal karna merasa Barra tidak bisa mengerti kondisinya.

"Mama aja nggak pernah maksa sampai ngasih ancaman. Kenapa Mas Barra seenaknya ngancam aku."

Yuna menyerocos panjang lebar sembari menyuapkan makanan kedalam mulut.

"Aku bukan Mama kamu, Yuna." Jawab Barra santai. Dia mengambil kopi miliknya dan menyeruputnya.

"Siapa yang bilang Mas Barra itu Mamaku." Balas Yuna ketus.

"Kamu emang nggak bilang secara langsung. Tapi dengan kamu membandingkan aku sama Mama kamu, itu sama saja kamu menyamakan aku dan Mama kamu."

Penjelasan Barra membuat Yuna mencebik kesal.

"Sebaiknya setelah ini kemasi barang-barang kamu sama Mama kamu. Rumah yang aku beli sudah bisa kalian tempati."

Tutur Barra sambil menatap Yuna yang tengah menghabiskan makanannya dengan raut wajah terpaksa.

"Mama masih operasi, nanti saja bahas masalah ini kalau Mama sudah diperbolehkan pulang."

Saat ini Yuna belum berfikir untuk pindah dari rumah yang dia sewa bersama sang Mama.

Dia hanya ingin fokus pada kesembuhan Mama Rena sebelum nantinya menjalani kehidupan di rumah baru dan status baru sebagai istri Barra yang penuh dengan misteri.

"Justru karna Mama kamu masih dirumah sakit, kamu bisa pindahin barang - barang kalian sekarang. Jadi kalau sudah diperbolehkan pulang, bisa langsung ke rumah itu."

"Kalau nggak sekarang, mau kapan lagi.?"

"Besok-besok belum tentu aku bisa bantuin kamu pindah karna harus kerja."

Yuna nampak berfikir, setelah itu menyetujui usul Barra.

Besok hari senin, sudah pasti Barra tidak akan datang ke rumah sakit, apalagi membantu untuk mengemasi barang-barang miliknya.

...****...

Barra menghentikan mobil di depan rumah sederhana namun tampak rapi dan bersih dari luar.

Barra sudah mendapatkan gambaran tentang rumah seperti apa yang selama ini ditempati oleh Yuna dan keluarganya.

Banyak informasi yang didapatkan Barra dari orang suruhannya 3 hari yang lalu.

Karna begitu mendapat cerita dari Dokter Alan, Barra langsung sigap mencari tau tentang kehidupan Yuna.

Yuna turun dari mobil, di ikuti Barra yang berjalan di belakangnya.

"Bagaimana Mas Barra bisa tau kalau rumah ini bukan milik kami.?" Nada bicara Yuna penuh rasa penasaran yang tinggi.

"Nggak penting aku tau darimana." Jawab Barra acuh.

"Kaku amat jadi orang, nggak asik." Cibir Yuna lirih. Dia berjalan cepat dan langsung membuka pintu.

"Aku denger Yuna.!" Tegur Barra.

Yuna berbalik badan, dia hanya menyengir kuda tanpa merasa bersalah sudah mencibir suaminya.

"Mas Barra duduk dulu aja disitu." Yuna menunjuk kursi diruang tamu, menyuruh Barra untuk menunggu disana.

"Kemasi baju dan barang yang penting saja. Rumah baru kalian sudah full furnitur dan perlatan dapur."

Ujar Barra. Dia duduk di kursi, sedangkan Yuna sudah masuk kesalah satu kamar setelah menjawab singkat ucapannya.

Barra menatap sekitar. Rumah yang disewa keluarga Yuna jauh dari kata mewah untuk ukuran orang berada seperti Barra.

Kehidupan yang di jalani oleh Yuna bisa membuat orang yang mengetahuinya ikut merasa iba.

Begitu juga dengan Barra. Dia merasa kasihan pada Yuna yang bertahun-tahun harus melewati kesulitan dalam hidupnya.

Setelah ini, kehidupan Yuna mungkin akan membaik untuk beberapa saat.

Dering ponsel menyadarkan Barra dari lamunan. Dia merogoh ponsel dari saku celana, menatap layar ponsel dan membaca nama yang tertera di sana.

Barra bergegas keluar untuk menerima panggilan.

"Hemm,, Ada apa.?" Tanya Barra lembut.

"Sudah. Aku masih di rumah sakit, orang tuanya masih di operasi. Setelah selesai, aku akan langsung pulang."

Sembari bicara, sesekali Barra menatap ke dalam rumah.

"Kamu itu bicara apa.!" Seru Barra. Raut wajahnya terlihat kesal.

"Aku akan tetap pulang." Ujarnya tegas.

"Kamu pikir aku bisa menjalani semua ini.?"

"Kenapa kamu harus memberikan pilihan yang sulit, sedangkan aku nggak pernah mempermasalahkan kekurangan kamu." Barra bicara dengan nada kekecewaan dan putus asa.

"Kita bicarakan lagi nanti. I love you,,,"

Barra mematikan sambungan telfonnya, setelah itu masuk kembali ke dalam rumah.

Saat masuk, Yuna juga baru keluar dari kamar dengan membawa 1 koper besar dan tas.

"Sudah, cuma ini saja." Tutur Yuna pada Barra seraya menunjukkan koper dan tas yang dia bawa.

Barra hanya merespon dengan anggukan kepala. Kemudian mengambil koper dari tangan Yuna untuk membawanya ke mobil.

"Ayo,,," Ajaknya sembari berjalan mendahului Yuna.

Keduanya langsung pergi menuju rumah yang dibeli oleh Barra untuk Yuna dan Mamanya.

Terpopuler

Comments

Danifa

Danifa

berarti yuna istri kedua donk

2024-02-12

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

nasib kamu Yuna, keluar dr kandang macan, masuk kandang singa sama aja bo'ong.. rasa sakit krn ulah ayahmu itu belum berakhir.. dan rasa sakit krn org yg bersetatus suami mu baru akan di mulai... akan ada banyak rasa sakit yg bakal kamu rasakan.. _ saat kamu tau kenyataan bahwa kamu yg kedua.. _ saat kamu tau bahwah kamu hanya di jadikan mesin pencatak anak.. _ saat kamu tau bahwa kehadiranmu tdk benar² di harapkan... semoga kamu memiliki rasa sabar yg luas Yumna..

2023-07-24

1

reinbow milk boba

reinbow milk boba

Yuna masih polos g tau ..alasan sebenar ny knp barra mau menikahi nya.

2023-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!