Bab 6

Berduaan dengan laki-laki di dalam toilet membuat Yuna gelisah. Rasa takut dan grogi bercampur jadi satu. Sekalipun Barra telah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu, tapi tetap saja membuat Yuna tidak nyaman. Pasalnya Yuna baru mengenal Barra 1 hari menjelang pernikahan.

Jodoh memang rahasia. Terkadang datang begitu saja tanpa kita minta. Bahkan Yuna tidak pernah berfikir akan menikah secepat ini dengan proses yang kilat.

"Udah belum.? Kenapa lama.?" Tanya Yuna. Dia menoleh kebelakang untuk melihat Barra yang sejak tadi sudah berdiri di belakangnya tapi belum ada pergerakan apapun di punggungnya.

"Iya sabar."

Setelah ditegur, Barra baru mulai memegang gaun Yuna di bagian resleting.

Bara sempat ragu untuk membantu Yuna menurunkan resleting gaunnya, itu sebabnya dia jadi berdiam diri.

"Aww,, pelan-pelan.! Sakit tau.!" Pekikan Yuna memnuat Barra panik setengah mati. Dia memikirkan Mama mertuanya yang ada di ruangan yang sama. Teriakan dan ucapan Yuna pasti akan membuat Mama mertuanya salah paham.

"Jangan berisik, Mama kamu bisa mikir yang macem-macem." Tegur Barra lirih.

"Ini kainnya nyangkut ke resleting, kalau nariknya nggak pake tenaga nggak bakal bisa diturunin."

"Baru kena tangan aja udah teriak-teriak. Kamu bisa bikin orang salah paham."

Barra jadi bicara panjang lebar. Meski nada bicaranya pelan, tapi Barra terlihat menahan kesal.

"Salah paham gimana.? Emangnya kita ngapain.?" Yuna balik bertanya dengan dahi berkerut. Pemikirannya belum sampai sejauh itu sampai tidak paham apa yang di maksud oleh Barra.

Yuna merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Dia berteriak juga reflek karna Barra terlalu kencan menarik resletingnya sampai tangan Barra lepas dari resleting dan mengenai punggungnya.

Barra menarik nafas dalam. Dia terlihat enggan menanggapi pertanyaan Yuna dan kembali fokus membantu membukakan resleting.

Merasa tidak ditanggapi, Yuna membuang pandangan ke depan.

"Gimana bisa nggak.? Susah banget ya.?"

Yuna kembali bertanya dengan nada yang panik. Dia tidak sabar untuk melepas gaunnya yang sudah membuatnya tidak nyaman.

"Kamu itu cerewet banget." Keluh Barra.

"Aku bisa robek gaunnya kalau kamu mau cepet."

"Atau pinjem gunting buat motong bagian kain yang nyangkut."

"Tinggal pilih mau pake cara yang mana."

Barra memberikan pilihan terakhir. Daripada pusing mendengarkan Yuna yang tidak sabaran, lebih baik mencari cara cepat untuk membuka resleting itu.

Karna kalau dibuka dengan hati-hati, rasanya akan membutuhkan waktu yang lama.

Jalan satu - satunya hanya dengan di robek atau digunting.

"Jangan dirobek, bukannya gaun ini dipinjem sama pihak MUA nya.?"

"Nanti ribet kalau harus ganti."

"Aku keluar aja deh, mau minta tolong sama Mama. Mama itu paling jago kalau malasah kayak gini."

Yuna menyelonong keluar begitu saja, meninggalkan Barra di kamar mandi yang terlihat menggelengkan kepala.

"Mama tolongiii,,,in,,,,"

Yuna menghentikan ucapannya ketika melihat di ruangan itu ada orang lain selain Mamanya.

Ada dokter Alan dan perawat yang menatap ke arahnya dengan tatapan aneh.

"A,,ada apa.? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Yuna telihat bingung sendiri. Dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun, tapi tatapan mereka seperti sedang memergoki orang yang baru saja berbuat kesalahan.

"Kalian main ditoilet.?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Dokter Alan justru membuat Yuna semakin bingung.

"Jangan asal bicara kamu." Suara bantahan Barra terdengar kesal.

Dia keluar dari toilet dan berjalan tegap mendahului Yuna yang masih diam di tempat.

"Tolong pinjem gunting." Pinta Barra pada perawat.

Dalam keadaan bengong, perawat itu membuka kotak perlengkapan yang selalu dia bawa setiap kali mengecek kondisi pasien.

"Ini Pak,,"

Gunting itu disodorkan pada Barra.

"Makasih."

Barra berjalan mendekati Yuna sambil membawa gunting ditangannya.

"Kain gaunnya tersangkut di resleting, jadi nggak bisa dibuka."

"Aku sedang membantu Yuna membuka resleting gaun, jangan berfikir macam-macam."

Barra memberikan penjelasan pada Dokter Alan, tapi tatapan matanya terus tertuju pada Yuna.

Yuna tersenyum kikuk. Kini dia baru menyadari kesalahannya ketika berada di kamar mandi bersama Barra.

Ternyata memang benar, teriakan dan ucapannya sudah membuat orang yang mendengarnya jadi salah paham.

"Ya ampun, gue pikir lu udah nggak sabar sampai nggak tau tempat." Ucap Dokter Alan sembari menahan tawa.

"Kondisi Ibu Rena sangat baik, setelah ini siap di pindahkan ke ruang operasi. Jadi sebaiknya kalian siap-siap, ritual pengantin barunya di tunda saja setelah operasi Ibu Rena selesai."

Barra langsung menatap tajam pada sahabatnya itu.

"Ya sudah, saya permisi dulu. Mari Bu,,," Dokter Alan memilih melarikan diri sebelum mendapat teguran dari Barra.

"Terimakasih Dokter." Ucap Mama Rena.

Dokter Alan tersenyum, lalu keluar dari ruangan itu.

Sebelum keluar, dia sempat mengacungkan jempol pada Barra.

"Diem, jangan gerak." Perintah Barra.

"Hati-hati, jangan sampai guntingnya menusuk punggungku." Ucap Yuna cemas.

"Hemm,,," Barra hanya berdehem.

Dia langsung memotong kain yang menyangkut di resleting. Memotongnya dengan hati-hati karna gaun Yuna melekat sempurna di punggung.

"Sudah, nanti tinggal diturunin saja resletingnya." Barra bergeser, dia menyimpan gunting di atas nakas.

"Makasih." Ucap Yuna tulus.

"Ini Gaunnya harus dicuci dulu atau langsung dikembaliin aja.?"

Yuna sampai reflek mengangkat gaunnya untuk menunjukkan pada Barra. Padahal tanpa di tunjukan, Barra sudah pasti tau karna Yuna menyebutkan gaun.

Barra menoleh, dia menatap datar tanpa kedip.

Akibat mengangkat gaun, Kaki mulus Yuna terlihat sampai di atas lutut.

"Ehhh,,," Yuna langsung menjatuhkan gaunnya.

"Gaun itu punya kamu. Aku membelinya. Simpan saja." Jawab Barra datar.

Dia duduk di sofa dan merogoh ponsel di saku celananya.

...****...

Yuna menahan tangis. Hatinya mungkin berat melepas sang Mama masuk ke ruang operasi.

Rasa takut dan pikiran buruk telah menguasai Yuna hingga membuatnya sedih ketika harus mengantar Mama Rena.

"Mama harus kuat, Mama harus berjuang buat Yuna."

"Cuma Mama satu-satunya keluarga yang Yuna punya, Mama harus selalu ada untuk Yuna."

Yuna memeluk Mama Rena dan mencium pipinya berulang klai.

"Sudah ada Barra, sekalipun Mama harus pergi, Mama bisa pergi dengan tenang."

Mama Rena mengulas senyum.

"Jangan bicara seperti itu Mah, Mama harus berjuang demi Yuna."

Kali ini Yuna tidak bisa membendung air matanya. Hatinya terlalu sakit jika harus membayangkan perpisahan untuk selama-lamanya.

Dia belum siap hidup tanpa sang Mama. Si Malaikat tak bersayap yang selalu melindungi dan menyanyanginya.

Begitu Mama Rena dibawa masuk keruang operasi, Yuna malah semakin menangis.

Air matanya terus tumpah, menangis tanpa suara.

Saat ini hanya Mama Rena orang tua yang dia miliki.

Sekalipun Handoko masih hidup, Yuna tidak mau lagi menganggapnya ada.

"Duduk disini." Barra menepuk sisi kosong tempat duduknya.

Yuna menurut, dia duduk disebelah Barra meski sedikit membuat jarak.

"Nggak usah nangis, Mama kamu sudah ditangani sama dokter terbaik di rumah sakit ini. Operasinya akan berjalan lancar."

Barra sedang menenangkan Yuna namun dengan ekspresi datar.

"Cuma Mama yang aku punya. Gimana aku nggak nangis liat Mama harus dioperasi."

Yuna mengusap pipinya yang dipenuhi air mata, tapi setelah itu kembali basah karna air matanya terus mengalir.

"Daripada nangis, lebih baik kamu berdo'a. Itu jauh lebih baik dari pada membuang air mata sia - sia."

Ucapan Barra seketika menghentikan tangis Yuna.

Apa yang diucapkan Barra memang benar, tidak ada gunanya menangis saat ini karna tidak akan merubah apapun.

Mama Rena lebih membutuhkan doa, daripada sebuah tangisan.

Terpopuler

Comments

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-05-06

1

Iqbal Zaki

Iqbal Zaki

semoga operasi nya jalan dengan lancar

2023-03-06

1

Mira Andani

Mira Andani

sedih ceritanya

2023-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
146 sugar daddy dokter impoten
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info
146
sugar daddy dokter impoten

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!