Bab 10

Barra memeluk tubuh polos istrinya dari belakang. Meletakkan dagu di pundaknya sambil mendekap erat. Keduanya sedang berendam di dalam bathtub setelah melakukan kegiatan panas yang hampir tidak pernah dilewatkan setiap hari.

"Sebaiknya kamu pikirkan lagi keinginan gilamu itu, sebelum aku benar-benar menyentuhnya." Pinta Barra. Dia berharap Cindy mau mengurungkan niatnya dan melupakan keinginan yang hanya akan melukai perasaannya sendiri.

Barra bahkan tidak tega untuk menjalankan semua ini. Dia terlampau mencintai Cindy hingga tidak mau membuatnya terluka.

Cindy menarik nafas dalam. Menghirup oksigen untuk mengurangi rasa sesak di dada yang tiba-tiba mencekat.

Nyatanya hanya mendengar Barra mengatakan hal itu saja sudah membuat hatinya sakit. Dia tidak sanggup membayangkan Barra menyentuh wanita lain selain dirinya.

Sayangnya keputusan yang dia buat sudah bulat. Dalam sebuah pernikahan, harus ada yang berjuang demi kebaikan pasangan di masa depan.

Cindy tidak mau egois hanya dengan memikirkan dirinya sendiri.

"Dia istrimu, kamu berhak menyentuhnya."

"Keputusan ku sudah bulat, ini yang terbaik untuk kita semua, terutama kamu dan keluargamu." Cindy mengulas senyum getir. Nyatanya tidak mudah berkorban demi kebahagiaan orang lain. Meski bibir bisa berkata 'iya' tapi hatinya hancur berkeping-keping. Ikhlas tidak semudah yang Cindy bayangkan.

"Kamu selalu bilang demi kebahagiaan ku dan keluargaku, padahal aku dan mereka nggak pernah menuntut apapun dari kamu." Elak Barra.

"Selama ini aku sudah bahagia, kamu saja yang punya pikiran kalau aku nggak bahagia."

Barra tidak mengerti dengan jalan pikiran Cindy. Apa yang dilakukan Cindy saat ini hanya karna asumsinya sendiri yang merasa kebahagiaan Barra belum sempurna tanpa kehadiran seorang anak.

Padahal sudah berulang kali Barra menegaskan bahwa dirinya tidak keberatan sekalipun mereka tidak memiliki anak. Karna hanya dengan hidup bersama Cindy saja sudah membuatnya bahagia.

"Saat ini kamu memang bisa bilang bahagia, tapi 5 tahun atau 10 tahun kedepan, kamu akan merasakan hampa menjalani pernikahan kita."

"Kamu akan tetap membutuhkan kehadiran seorang anak, Barra."

“Dia akan menjadi sumber kebahagiaan tersendiri saat kamu mulai merasa jenuh dengan pernikahan kita."

Cindy masih berharap Barra akan menerima dengan lapang dada atas keputusan yang telah dia buat.

Dia ingin Barra bisa menjalani kehidupan normal layaknya suami-suami diluar sana yang sudah memiliki anak.

Ditambah lagi kabar kehamilan adik Barra, membuat Cindy semakin tertekan karna merasa tidak bisa memberikan kebahagiaan pada Barra.

Barra melonggarkan pelukannya. Semakin mundur dan beranjak dari bathtub. Setiap kali mereka membahas hal ini, Barra selalu pergi lebih dulu untuk mengakhiri obrolan. Dia sudah lelah membahas hal yang sama berulang kali, tapi pada akhirnya akan tetap kalah dengan pilihan berat yang diberikan oleh Cindy padanya.

"Sayang,,," Panggil Cindy lirih. Dia menatap Barra dengan tatapan sendu. Cindy hapal betul bagaimana perasaan Barra jika sudah memilih mengakhiri obrolan.

"Hemm,,?" Barra hanya menoleh sekilas. Dia berdiri di bawah shower dan mulai mengguyur tubuhnya.

"maaf,," Cindy menunduk sedih.

Dia tidak pernah bermaksud membuat Barra dilema dan pada akhirnya harus menuruti keinginannya meski Barra melakukan semua itu karna terpaksa.

Cindy tau, begitu besar cinta Barra terhadapnya sampai akhirnya mau untuk menikah lagi. karna jika Barra tidak mau menikah lagi, maka pilihan yang tersisa adalah perceraian.

Ya, hanya karna tidak mau egois, Cindy memutuskan untuk memaksa Barra menikah lagi agar bisa memiliki keturunan. Dia rela mengorbankan pernikahannya dengan membiarkan wanita lain masuk dalam kehidupan suami yang sangat dia cintai.

"Sudahlah, aku bosan mendengarnya."

"Kali ini aku akan melakukan apa yang kamu mau tanpa membantah lagi."

"Secepatnya aku menyentuh wanita itu." Ucap Barra tanpa berani menatap Cindy. Dia tidak akan sanggup melihat kesedihan di mata istrinya.

Meski Cindy terlihat ikhlas, tapi sorot matanya yang penuh kesedihan tidak bisa membohongi Barra.

"Aku senang mendengarnya," Bohong Cindy. Ucapannya bertentangan dengan hatinya yang terasa disayat. bagaimana mungkin dia senang mendengar Barra akan menyentuh madunya.

"Semoga dia bisa memberi kebahagiaan yang nggak bisa aku berikan sama kamu." Cindy tersenyum tipis. Dalam hati kecilnya masih bisa tersenyum membayangkan kebahagiaan suaminya yang suatu saat akan memiliki anak, meski dengan wanita lain.

"Hmm,," Hanya itu yang keluar dari mulut Barra. Dia tidak tau lagi harus bicara apa. Sudah lelah menyakinkan Cindy untuk tidak memaksanya menikah lagi, tapi Cindy tetap bersikeras dan mengancam akan mangajukan perceraian jika tidak menuruti keinginannya.

Barra menyelesaikan mandi lebih dulu. Meninggalkan Cindy yang masih diam di dalam bathtub.

Semua yang dilakukan oleh Barra dengan menikahi Yuna, semata-mata agar dia tidak kehilangan Cindy.

Bagi Barra, Cindy lebih berarti dari hadirnya seorang anak. Itu sebabnya dia tidak mempermasalahkan kekurangan Cindy. Hanya dengan hidup bersama Cindy saja sudah membuatnya bahagia.

...******...

3 hari tanpa kabar. Meski Yuna sudah menyimpan nomor ponsel Barra, selama 3 hari itu dia tidak punya niatan untuk menghubungi suaminya.

Padahal hari ini Mama Rena sudah diperbolehkan pulang. Seharusnya Yuna mengabari Barra, sesuai dengan apa yang diminta oleh Barra.

Tapi karna Yuna merasa jika pernikahannya hanya sebuah status, dia jadi segan untuk berkomunikasi dengan Barra.

Mama Rena menatap Yuna yang sedang memasukan barang-barang miliknya ke dalam tas.

Sejujurnya dia penasaran dengan keberadaan Barra dan kehidupan pernikahan putrinya yang terlihat tidak wajar.

Barra pergi sejak hari pertama pernikahan dan tidak muncul lagi sampai sekarang. Orang tua mana yang tidak curiga. Disaat pengantin baru pada umumnya akan memilih untuk saling berdekatan, Barra justru sudah disibukkan dengan pekerjaan.

Sesibuk itukah menantunya.? Sampai tidak bisa mengambil cuti walaupun hanya 1 atau 2 hari.

"Kamu sudah kasih tau Barra kalau hari ini Mama sudah boleh pulang.?"

Yuna langsung menoleh, bukannya menjawab, dia malah diam dan kebingungan harus mengatakan apa.

"Yuna.??" Tegur Mama Rena.

"Hah.?? Euumm i,,itu,,, Mas Barra masih ada kerjaan katanya. Tadinya dia yang mau jemput kita, tapi tadi siang kasih kabar kalau belum bisa kesini."

Yuna mengulas senyum. Bersandiwara didepan Mama Rena agar jawabannya meyakinkan.

Setelah itu pura-pura sibuk mengemasi barang lagi.

"Ya sudah kalau begitu." Mama Rena memilih untuk tidak membahasnya lagi. Entah kenapa feelingnya terlalu kuat mengenai hubungan Yuna dan Barra. Dia sangat yakin ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh anak dan menantunya.

Selesai membereskan barang-barang Mama Rena, Yuna membantu perawat menuntun Mama Rena untuk duduk di kursi roda.

"Terimakasih banyak Mba,," Ucap Yuna tulus.

"Sama-sama. Semoga lekas pulih." Balasannya.

"Aamiin, terimakasih sus."

Yuna bergegas mendorong kursi roda Mama Rena. Baru beberapa langkah, pintu kamar sudah terbuka. Sosok yang tadi di tanyakan oleh Mama Rena muncul dihadapan mereka.

"Kalian sudah siap.?" Tanya Barra. Menatap Yuna yang terlihat bingung.

Sementara itu, kehadiran Barra sedikit melunturkan kecurigaan Mama Rena.

"Kamu bilang Barra sedang banyak kerjaan jadi nggak bisa dateng, Yun,,," Mama Rena seolah meminta penjelasan dari Yuna.

"Euumm,,, itu,,,

"Iya, saya memang sudah bilang seperti itu sama Yuna. Tapi ternyata pekerjaan saja boleh diselesaikan di rumah." Barra sedikit mengangkat tas kerja yang dia pegang untuk menyakinkan ucapannya pada Mama mertuanya.

"Syukurlah,," Mama Rena tersenyum lega.

Barra berjalan mendekati mereka.

"Sini biar aku saja." Barra mengambil alih kursi roda Mama Rena.

Yuna yang masih dalam keadaan bingung, hanya menurut saja.

"Tolong bawakan." Barra menyodorkan tas miliknya pada Yuna.

"I,,iya,,," Ucapnya sembari mengambil tas Barra.

Barra jalan lebih dulu dengan mendorong kursi roda Mama Rena. Yuna berjalan di belakang mereka dengan ekspresi wajah yang masih bingung karna tiba-tiba Barra muncul di hadapannya setelah 3 hari tanpa kabar.

Terpopuler

Comments

Hikari_민윤기

Hikari_민윤기

SebeL aQ sama Barra...
alhamdulillah Barra yg itu nggk kek gitu...

2024-01-11

0

Lia Uhartina

Lia Uhartina

up

2023-06-14

1

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-05-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!