Bab 19

"Nitha,,," Yuna langsung memeluk Nitha begitu pintu kontrakannya terbuka.

"Maaf baru sempet main ke sini, soalnya Mama baru di bolehin pulang kemarin." Jelasnya kemudian melepaskan pelukan.

Nitha mengulas senyum.

"Nggak papa Yun, kamu kan emang harus jagain Mama kamu."

"aku juga belum sempet jengukin Mama kamu lagi, sekarang malah udah pulang." Nitha terlihat tidak enak, sama halnya dengan Yuna.

"Kamu sudah mulai ke kantor lagi.?" Nitha memperhatikan penampilan Yuna yang rapi seperti saat bekerja di kantor.

"Baru jam 11 Yun, kok kamu bisa kesini.?"

Kehadiran Yuna di jam kerja tentu saja membuat Nitha kebingungan, apa lagi Yuna memang belum memberitahu Nitha soal mengundurkan diri dari kantor.

"Aku nggak disuruh masuk dulu nih.? Capek kalo cerita sambil berdiri." Yuna menyengir kuda.

"Ya ampun, aku sampai lupa." Nitha sampai menepuk keningnya.

"Ayo masuk."

Yuna langsung masuk kedalam kontrakan Nitha. Kontrakan yang beberapa lagi akan di tinggalkan oleh Nitha karna dia berniat pulang ke kampung halaman setelah terjadi kesalahpahaman dengan salah satu dewan direksi sampai akhirnya Nitha di pecat secara tidak hormat.

Ini salah satu tujuan Yuna mengajak Nitha untuk membantu usahanya. Dengan begitu, Nitha tidak akan meninggalkan ibu kota. Dia juga tidak harus pulang ke kampung halamannya karna tidak ada lagi yang bisa dia temui di sana setelah Mamanya meninggal dunia beberapa tahun lalu.

"Jadi gimana ceritanya kamu bisa kesini.?" Tanya Nitha penasaran. Dia meletakkan air mineral dingin di atas meja, lalu duduk di samping Yuna.

Sebelum bercerita, Yuna lebih dulu meneguk air mineral itu. Selain menceritakan bahwa dia sudah mengundurkan diri dari kantor, Yuna juga ingin mengatakan kalau saat ini dia sudah menikah.

Karna akan mengajak Nitha bekerja dengannya, Yuna tidak punya alasan untuk menutupi kehidupan pribadinya pada Nitha sebelum nantinya Nitha akan banyak meminta penjelasan ketika melihat Barra di rumah itu.

Hanya saja, Yuna memilih bungkam soal surat perjanjian yang ia tanda tangani.

Bagi Yuna, cukup dia dan Barra saja yang tau kalau pernikahan mereka hanyalah pernikahan kontrak.

"Kamu serius Yun.?" Nitha tampak tidak percaya kalau temannya itu sudah menikah. Karna selama ini Yuna memang tidak pernah dekat dengan siapapun.

“Bukannya selama ini kamu nggak punya pacar.? /" Nitha hampir tidak bisa berkata-kata. Dia cukup terkejut mendengar pengakuan Yuna.

Yuna mengulas senyum tipis. Dia sudah menduga reaksi Nitha akan seperti ini.

"Kamu tau sendiri kan kondisi keuanganku seperti apa, belum lagi masalah hutang dengan rentenir tua itu." Yuna kembali menginginkan Nitha. Selama ini Nitha memang jadi tempat keluh kesahnya.

"Tiba-tiba saja Mas Barra datang dan mau melunasi hutang kami, juga membiayai operasi Mama."

“Bagaimana mungkin aku akan menolak laki-laki sebaik dia." Tuturnya dengan senyum tipis.

"Segampang itu dia bantuin kamu.?" Nitha menatap heran.

"Kamu nggak curiga sama kebaikan dia Yun.?" Pertanyaan Nitha membuat raut wajah Yuna berubah. Dia salah sudah menyembunyikan hal besar dari Nitha, sedangkan Nitha bukan tipe orang yang akan menerima sebuah cerita mentah-mentah tanpa di cerna dan dipikir logis.

"Maaf, aku nggak bermaksud mencurigai suami kamu Yun,,"

"Tapi aneh saja kenapa bisa sebaik itu sama orang yang baru dia kenal."

Nitha tampak berfikir keras. Di jaman yang serba susah mencari uang, apa lagi di kota besar ini, rasanya tidak mungkin ada orang yang akan memberikan bantuan secara cuma-cuma dengan nilai yang terbilang fantastis.

Memang ada pernikahan yang harus terjadi untuk membayar semua itu, tapi sulit untuk diterima begitu saja.

"Tapi Mas Barra memang sebaik itu Nit, kamu nggak percaya karna belum mengenalnya saja." Yuna masih berusaha menutupi kejanggalan yang mulai tercium oleh Nitha.

"Aku harus pulang sekarang, kasihan Mama kalau terlalu lama sendirian." Ucap Yuna sembari melihat jam di pergelangan tangannya.

"Besok jam 9 aku kesini, kita langsung cari konveksi saja biar cepat produksi." Yuna beranjak dari duduknya.

"Kamu memang selalu kerja cepat." Ujar Nitha.

"Oke,, semoga semuanya berjalan lancar."

Nitha sangat mendukung usaha yang akan dirintis oleh Yuna. Bahkan merasa terharu karna Yuna mempercayakan dirinya untuk terlibat dalam hal ini.

...*****...

Selesai makan malam, Yuna dan Mama Rena duduk di ruang keluarga. Yuna menceritakan keinginannya untuk membuka usaha sendiri di rumah setelah memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan.

"Apapun keputusan kamu, Mama hanya bisa mendukung, berdoa yang terbaik dan membantu semampu Mama."

"Mama rasa keputusan kamu sudah tepat."

"Meski dulu kami menyekolahkan kamu hingga meraih gelar sarjana demi masa depan kamu, agar kamu bisa mendapatkan pekerjaan dan hidup yang layak, tapi Mama jauh lebih senang kalau kamu rela melepaskan semua itu demi suami dan rumah tangga kalian kedepannya."

Yuna hanya mengulas senyum tipis sembari menganggukkan kepala. Namun dalam hati memanjatkan doa, berharap perceraian yang akan terjadi nantinya tidak akan melukai hati sang Mama.

"Sudah malam, sebaiknya Mama istirahat. Yuna juga mau tidur, sudah mengantuk."

Yuna menguap. Dia benar-benar lelah karna sepulang dari kontrakan Nitha langsung menyiapkan keperluan untuk membuka usahanya.

"Memangnya kamu Nggak nungguin Barra dulu.?"

"Mas Barra pulang larut malam. Dia bilang nggak usah di tungguin." Yuna menjawab asal. Padahal dia tidak tau Barra akan pulang atau tidak. Pesannya bahkan belum di baca sampai sekarang.

"Dia juga bawa kunci rumah kok."

"Ayo, Yuna antar Mama ke kamar."

Yuna merangkul pundak Mama Rena, lalu menuntunnya sampai ke kamar.

"Maafin Yuna, Mah,,," Gumam Yuna lirih. Dia menutup pintu kamar dengan mata yang berkaca-kaca. Jika Mama Rena tau kalau pernikahan itu terjadi hanya untuk sebuah perceraian, pasti Mama Rena tidak akan pernah memberikan restu pada Barra.

“Yuna nggak punya pilihan lain." Air matanya mulai menetes. Dia takut akan menghancurkan perasaan sang Mama jika perceraian itu terjadi.

Beranjak dari depan pintu, Yuna berjalan cepat sembari menghapus air matanya. Namun baru beberapa langkah, dia menabrak sesuatu hingga membuatnya hampir terjatuh.

"Aww,,," Pekik Yuna sembari memejamkan mata. Dia yakin akan jatuh tapi ternyata tangan besar melingkar di pinggangnya untuk menahan tubuhnya.

"Kalau jalan lihat-lihat, masih untung bisa di tahan."

"Gimana kalau jatuh." Tegur Barra dengan suara datar.

Seketika Yuna membuka mata. Sempat memegang pundak Barra untuk bisa berdiri dengan benar.

"Ma,,,maaf,," Yuna langsung menundukkan wajah, lalu menghapus sisa-sisa air mata di pipinya agar tidak dilihat oleh Barra.

"Aku pikir Mas Barra pulang larut. Makan malamnya sudah aku bereskan."

"Mau makan sekarang.? Biar aku siapkan." Tawar Yuna.

"Aku sudah makan." Sahut Barra. Yuna sudah menduga, lagipula dia hanya basa basi saja menawarkan makan malam untuk Barra agar status sebagai istri lebih terlihat fungsinya.

"Mama kamu sudah tidur.?" Tanyanya. Kedua bola matanya menatap ke arah pintu kamar Mama Rena.

"Baru saja masuk kamar, sepertinya belum."

Barra hanya mengangguk samar. Sepertinya dia juga hanya basi-basi saja menanyakan Mama mertuanya.

"Tolong isikan bathtub pakai air hangat, aku mau mandi." Pintanya.

"I,,iya,,," Yuna langsung beranjak dari hadapan Barra, pergi ke kamar untuk menyiapkan air.

Barra menghela nafas, lalu menyusul Yuna ke kamar. Tidak ada yang salah dengan Yuna, dia baik, sama halnya dengan Cindy. Keduanya sama-sama bisa menjaga diri. Tapi cinta tidak bisa dipaksakan.

Sesering apapun Cindy memintanya untuk membagi cinta dengan Yuna, rasanya tidak akan pernah biasa dia lakukan.

Terpopuler

Comments

Nartadi Yana

Nartadi Yana

mudah² an setelah Yuna hamil dan melahirkan cintamu mulai tumbuh dan tidak jadi bercerai

2024-04-20

0

Syamsuryani Zaenal

Syamsuryani Zaenal

aku nyesel baca ini.aku galau.kenapa bgtu sakit yahhh

2023-09-04

0

Aira apsari

Aira apsari

blommm ntarjuga lu bucin akutt terus dilemma

2023-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!