Bab 16

Cindy menatap langit malam yang terlihat cerah oleh sinar rembulan. Langit indah yang gemerlap dihiasi banyak bintang. Tak seindah angan-angan Cindy saat ini.

Sudah hampir 1 jam dia berdiri di balkon kamarnya. Menatap langit dengan pikiran yang menerawang jauh.

Cindy sudah pernah merasakan melewatkan malam sendirian tanpa Barra beberapa kali, lantaran Barra pergi karna urusan pekerjaan.

Berbeda kali ini, tidak adanya Barra disisinya malam ini karna Barra sedang bersama madunya.

Menarik nafas dalam dengan memejamkan mata. Cindy menguatkan diri dan hatinya atas keputusan yang dia buat sendiri.

Berusaha untuk tegar dan ikhlas menerima Barra berbagi cinta dan ranjang dengan madunya.

Menguatkan hati bahwa mulai saat ini bukan hanya dirinya saja yang menjadi istri Barra.

"Selagi kamu tidak mengabaikanku karna kehadirannya, aku siap hidup berdampingan dengannya." Gumam Cindy lirih.

Dia sudah jauh lebih baik setelah tadi cukup lama menangis di dalam kamar mandi dan merenungkan semua ini.

Sejak awal memang seperti ini keinginannya, jadi tidak ada alasan untuk merenungi dan menangisi keadaan ini terlalu berlebihan.

Entah terbuat dari apa hati Cindy, tidak semua istri bisa ikhlas dan meminta suami untuk menikah lagi.

Berbagai suami bahkan sangat menyakitkan walau hanya membayangkannya saja. Tidak tau sesakit aa jika benar-benar berbagi suami seperti yang sedang di jalani oleh Cindy.

...******...

Setelah mendapat persetujuan dari Yuna, Barra beranjak dari ranjang untuk mematikan lampu. Dia belum siap menatap wajah wanita lain saat sedang melakukan hubungan di atas ranjang. Setidaknya dalam kondisi redup, wajah Yuna tidak akan terlihat jelas.

Jantung Yuna berdetak kencang, apa lagi saat kamar yang tadinya terang, berubah menjadi gelap. Hanya ada pantulan sinar rembulan yang tembus dari tembok kaca berlapis tirai putih.

Sembari menatap bayangan Barra yang berjalan mendekat ke arahnya, Yuna *******-***** baju tidurnya dengan perasaan yang bercampur aduk.

Sekalipun belum siap dan merasa takut, Yuna hanya bisa pasrah membiarkan malam ini terjadi begitu saja.

Malam yang harusnya menjadi sejarah indah bagi pasangan suami istri yang saling mencintai. Tapi tidak bagi Yuna dan Barra. Mereka melakukan hubungan itu atas dasar tujuan bagi Barra dan tanggungjawab versi Yuna.

Tidak ada cinta, atau perasaan apapun. Keduanya bisa dibilang profesional dalam menjalankan apa yang sudah tertulis dalam surat perjanjian yang telah Yuna tanda tangani.

"Ekhem,," Barra berdehem untuk mencairkan suasana yang begitu kaku dan canggung. Serta menyakinkan diri bahwa dia benar-benar akan meniduri wanita lain selain wanita yang amat dia cintai.

Duduk di samping Yuna, Barra melirik Yuna. Dia tidak tau seperti apa ekspresi wajah Yuna karna tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Namun, melihat pergerakan tangan Yuna yang terus meremas baju tidurnya, Barra bisa merasakan kegugupan dan kecemasan dalam diri Yuna.

"Sudah siap.?" Tanya Barra setelah cukup lama terdiam.

Di tanya seperti itu, Yuna justru semakin tidak karuan.

Badannya panas dingin, takut membayangkan hal itu terjadi.

"A,,aku,,, belum pernah bersentuhan dengan laki-laki sebelumnya." Tutur Yuna mengakui.

"A,,ku harus apa sekarang.?" Tanyanya dengan suara bergetar dan lirih.

Barra menarik nafas panjang. Dia juga bingung harus mulai dari mana. Ini pertama kalinya Barra merasakan kebingungan saat akan melakukan hubungan di atas ranjang. Biasanya setiap kali melakukannya dengan Cindy, dia tidak perlu susah payah memikirkan apa yang akan dia lakukan. Semuanya mengalir begitu saja. Sesuai hati dan hasrat yang timbul dalam dirinya.

Tapi kali ini, Barra tidak merasakan hal itu. Sama sekali tidak memiliki hasrat untuk menyentuh Yuna.

"Sini." Barra menarik tangan Yuna, membawa Yuna ke tengah ranjang.

Tangannya mulai merayap ke tubuh Yuna, memberikan rangsangan dengan menyentuh bagaimana sensitif Yuna agar nantinya tidak kesulitan untuk melakukan penyatuan.

Sedikitpun tidak ada rasa atau nafsu saat menyentuh aset kembar Yuna. Barra hanya merasa hambar.

Berbeda dengan Yuna yang harus menahan diri karna tubuhnha mulai bereaksi. Meski bercampur rasa takut, tapi tetap saja gelayar aneh itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih, ini pertama kalinya dia sentuh laki-laki.

Malam itu benar-benar terjadi. Barra mendapatkan kesucian Yuna meski harus berusaha keras melakukan penyatuan.

Dia juga harus membayangkan wajah Cindy agar miliknya bisa bekerja sempurna.

Yuna langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Tangannya masih gemetar setelah merasakan sakit akibat usaha keras Barra yang mencoba masuk beberapa kali.

"Sebaiknya kamu istirahat." Ucap Barra. Dia mengambil celana dan memakainya. Setelah itu mengambil baju dan terlihat akan beranjak, namun Yuna mencegahnya.

"Tunggu Mas,," Ucap Yuna lirih. Barra menengok. Keduanya saling menatap meski tidak bisa melihat wajah masing-masing dengan jelas.

"Mas Barra nggak pakai itu.?" Suara Yuna terdengar menahan malu.

"Bagaimana kalau aku hamil.?" Ada nada kecemasan dalam ucapannya.

Bagaimana Yuna tidak cemas jika nantinya memiliki anak, sementara pernikahan dia dan Barra akan berakhir.

Yuna tidak mau anaknya tumbuh tanpa sosok seorang ayah meski Yuna yakin dia bisa menghidupi dan memberikan banyak cinta untuk darah dagingnya.

"Memangnya kenapa.? Kalaupun hamil, kamu bukan hamil di luar nikah."

"Aku akan bertanggungjawab penuh atas anakku, jangan khawatir." Jelas Barra tegas.

Dia beranjak ke kamar mandi, membiarkan kamar itu tetap gelap.

Yuna terdiam, masih memikirkan setiap perkataan yang keluar dari mulut Barra.

Sekalipun Barra akan bertanggungjawab penuh atas anak mereka, tapi akan sulit diterima bagi seorang anak yang tidak tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.

Yuna beranjak, tubuhnya dililit selimut meski Barra masih di dalam kamar mandi.

Yuna mencari baju miliknya, lalu membawanya ke walk in closet untuk memakainya.

Tidak mudah melangkahkan kaki setelah kejadian itu yang membuat daerah intinya terasa sakit dan perih. Yuna bisa menebak ada luka disana.

"Bagaimana ini." Yuna berhenti di tengah-tengah. Tidak sanggup lagi melangkahkan kaki lebih jauh. Rasa perih dan sakitnya begitu menyiksa.

Tak lama, terdengar suara pintu terbuka. Yuna seketika panik melihat Barra keluar dari kamar mandi.

"Aww,,!" Pekik Yuna.

Niat hati ingin berlari, Yuna justru memilih berjongkok setelah kembali melangkah beberapa kali. Ternyata tidak bisa memaksakan diri untuk berjalan.

Barra berjalan menuju sumber suara. Dia masih bisa melihat Yuna yang sedang berjongkok.

"Kenapa.?" Barra berhenti di depan Yuna.

"Sakit,,," Jawab Yuna lirih. Dia tidak berani mengangkat wajahnya.

"Aku mau ke ruang ganti." Tuturnya sembari membenarkan selimut di pundak.

Yuna tau Barra tidak akan bisa melihat jelas tubuhnya karna kamar masih dalam keadaan gelap.

Tapi tetap saja merasa malu.

"Berdiri, biar aku antar ke dalam." Kata Barra seraya mengulurkan tangan. Yuna menurut, dari pada berlama-lama hanya di bungkus selimut, lebih baik membiarkan Barra membantunya ke ruang ganti.

"Loh,,, lohh,,, kenapa begini.?" Yuna dibuat kaget lantaran Barra langsung mengangkat tubuhnya. Dia reflek berpegangan pada pundak Barra.

"Terus mau kayak gimana.? Memangnya kamu bisa jalan sendiri." Sahut Barra acuh. Dia membawa Yuna ke walk in closet, menurunkannya di dekat kursi dan beranjak pergi tanpa melihat Yuna sedikitpun.

"Panggil aku kalau sudah selesai. Kecuali kalau kamu bisa jalan sendiri." Ujar Barra sebelum keluar dari ruangan itu.

Melihat Yuna yang kesulitan berjalan, Barra jadi ingat pada Cindy. Dulu Cindy juga mengalami hal serupa saat pertama kali melakukannya. Bahkan, keesokan harinya badan Cindy demam.

"Maafkan aku,,," Gumam Barra penuh rasa bersalah. Dia merasa sudah mengkhianati Cindy, meski semua ini atas kemauannya.

Terpopuler

Comments

Ipunk Lhup'e

Ipunk Lhup'e

kenapa ga mencoba untuk bayi tabung saja..

2023-10-09

3

Sandisalbiah

Sandisalbiah

kamu merasa bersala pd Cindy tp titak pd Yuna dasar baji**..semoga kamu yg akan jatuh dlm pesona Yuna dan akan menyesali perbuatanmu.. dasar kamprett..

2023-07-24

0

Maria

Maria

Hm

2023-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!