Bab 15

Barra beranjak dari meja makan. Dia pamit pada Yuna akan duduk di teras.

Sementara itu, Yuna membereskan meja makan dan mencuci piring serta peralatan memasak yang tadi dia gunakan.

Selesai mencuci piring, Yuna masuk ke kamar Mama Rena untuk memastikan Mama Rena baik - baik saja.

"Mama sedang apa.?" Tanya Yuna setelah di ijinkan masuk oleh Mama Rena.

Mama Rena menoleh dengan seulas senyum. Merubah posisinya dengan bersender pada kepala ranjang.

"Sini,," Mama Rena menepuk sisi kosong di sampingnya, menyuruh Yuna untuk duduk disana.

"Kamu sama Barra sudah selesai makan.?" Tanyanya. Yuna menganggukkan kepala, lalu duduk di samping Mama Rena dengan menghadap ke arahnya.

"Mama kalau nanti butuh apa - apa, telfon Yuna aja."

"Jangan jalan sendiri, Yuna masih khawatir takut Mama jatuh." Tangan Yuna menyentuh kaki Mama Rena dan memberikan pijatan lembut. Selama ini Yuna begitu berbakti dan perhatian pada Mama Rena. Hampir setiap malam dia selalu datang ke kamar Mama Rena dan menanyakan keadaannya, tak jarang memijatnya seperti yang sedang dia lakukan sekarang.

"Jangan khawatir, Mama sudah bisa jalan sendiri."

"Tadi juga pergi ke kamar mandi sendiri. Kalau nggak dilatih jalan, nanti lama pulihnya." Tutur Mama Rena dengan senyum bahagia. Bahagia karna bersyukur memiliki putri yang sangat menyayanginya. Sekalipun tidak pernah membantah atau menyakiti hatinya.

Itu sebabnya Mama Rena selalu cemas setiap kali melihat hal yang mencurigakan antara Yuna dan Barra, takut pernikahan mereka akan memberikan luka pada Yuna. Sedangkan menurut Mama Rena, putrinya itu tidak pantas merasakannya luka seperti yang dia rasakan.

Mama Rena selalu berharap Barra akan memperlakukan Yuna dengan baik, menjaga dan mencintai Yuna sepenuh hati dan tidak menyakitinya.

"Ya sudah kalau begitu." Yuna terlihat lega. Senang karna kondisi sang Mama cepat membaik.

"Dimana Barra.?"

"Mas Barra sedang di teras, mungkin butuh udara segar."

"Tadi sore sempat tidur, sepertinya kelelahan." Jawab Yuna menjelaskan.

Mama Rena mengulum senyum.

"Suami kamu yang kelelahan, kenapa malah Mama yang kamu pijat." Katanya dengan senyum yang masih tertahan.

Yuna langsung tersenyum kikuk. Tidak merespon ucapan Mama Rena dan masih terus memijatnya.

Jangan untuk memijat Barra, menyentuh tangannya saja tidak berani.

Lagipula mana ada kegiatan memijat dalam pernikahan sementara ini. Kalau hubungan di atas ranjang memang sudah pasti, karna Barra sendiri yang menginginkannya.

"Sudah sana, lebih baik kamu pijat Barra saja."

"Sekarang prioritas kamu sudah pindah ke suami, bukan Mama lagi. Jadi sebaiknya dahulukan kepntingan dan kebutuhan suami lebih dulu."

Mama Rena mengusal tangan Yuna seraya menatap teduh dan tersenyum tipis.

Nasehat Mama Rena bisa diterima dan dimengerti olah Yuna, hanya saja Mama Rena tidak tau keadaan yang sebenarnya.

"Ya sudah, Yuna keluar dulu."

"Selamat istirahat Mah, jangan kemaleman tidurnya." Yuna beranjak, dia mencium kening Mama Rena lebih dulu sebelum keluar dari kamar.

Begitu sampai di luar, Yuna hanya berdiri mematung di depan pintu. Bingung harus melakukan apa setelah ini. Tidak mungkin dia keluar rumah dan menghampiri Barra, apa lagi datang hanya untuk menawarkan pijatan. Mau di taruh di mana wajah Yuna. Barra pasti akan berfikir macam-macam.

"Lebih baik aku ke kamar saja. Aku juga harus membuat surat pengunduran diri."

Yuna pergi ke kamarnya. Membuka tas miliknya yang berisi peralatan kerjanya lalu duduk disofa dengan membawa kertas serta bolpoin dan mulai menulis pernyataan untuk keluar dari pekerjaannya.

"Selesai,,," Yuna meregangkan kedua tangannya ke atas. Lama tidak berkutat dengan kertas dan bolpoin, membuat tangan dan bagian pundaknya terasa sakit setelah menulis.

Sekarang sofa yang sedang dia duduki malah terlihat menggoda. Yuna langsung berbaring dengan kaki yang ditekuk karna sofanya tidak begitu panjang.

Ternyata tubuhnya benar-benar butuh istirahat, hampir 2 minggu di rumah sakit, jam tidurnya jadi terganggu. Tidur di rumah sakit juga tidak senyaman saat tidur di rumah.

"Pindah ke ranjang saja kalau mau tidur."

Baru saja memejamkan mata, Yuna langsung bangun karna mendengar suara Barra.

Yuna reflek duduk dan membenarkan bajunya karna takut tersingkap ke atas.

"Hah.? E,,enggak cuma tiduran aja."

"Habis buat surat pengunduran diri, tiba-tiba pengen tiduran." Jelas Yuna tanpa menatap Barra lagi. Dia membereskan peralatan tadi dan beranjak untuk menyimpannya.

Barra tidak menanggapi lagi, dia duduk di sisi ranjang sembari memperhatikan gerak gerik Yuna yang sedang meletakkan tas di tempat semula.

Jika menunggu siap, sampai kapanpun dia tidak akan siap untuk menyentuh Yuna. Tapi memikirkan perjanjian yang telah dia buat sendiri, Barra berfikir ulang untuk segera melakukan tugasnya agar semuaa cepat selesai.

Semakin cepat menyentuh Yuna, kemungkinan Yuna hamil juga akan terjadi dalam waktu dekat.

Barra tidak ingin terlalu lama menjalani pernikahan keduanya. Meski Cindy sendiri yang meminta, namun Barra tidak sanggup untuk berbagi cinta dan berbagi ranjang dengan Yuna terlalu lama.

"Kita harus bicara." Ucap Barra semberi menatap Yuna yang pura-pura sibuk, padahal sudah selesai meletakkan tas. Yuna seolah terlihat menghindar.

"Iya,,, bicara saja." Jawabnya tanpa mau mendekat pada Barra.

Jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Feeling terlalu kuat, merasa yakin kalau Barra akan menyentuhnya malam ini.

"Terlalu jauh, kamu nggak bisa kesini.?"

Barra meminta Yuna untuk mendekat. Sebenarnya bisa saja bicara jarak jauh, lagipula posisi Yuna hanya berjarak 4 meter dari ranjang.

Yuna mengangguk kecil. Tadinya ingin bertahan disana, tapi dia ingat dengan tanggungjawabnya.

Dalam kontrak pernikahan ini, Barra telah membantu dan melakukan banyak hal untuknya. Sedangkan dia belum menjalankan tanggungjawabnya sesuai yang tertulis pada poin ke 3.

Siap tidak siap, Barra akan menyentuhnya karna apa yang ada dalam dirinya saat ini sudah menjadi milik Barra seutuhnya.

Jika dipikir-pikir, Yuna merasa telah menjual diri. Hanya saja Barra membelinya melalui ikatan suci pernikahan.

Sebenernya ini jauh lebih baik dari pikiran gilannya yang saat itu ingin menjual diri tanpa adanya ikatan pernikahan.

Tapi bagaimanapun, tetap ada sedikit rasa bersalah karna sudah melakukan semua ini.

Yuna duduk disisi ranjang, sedikit membuat jarak dengan Barra. Wajahnya menunduk, tidak berani menatap laki-laki yang saat ini terus menatapnya.

"Ada apa.?" Tanya Yuna lirih.

Barra menari nafas dalam. Hatinya berat untuk meniduri wanita lain selain Cindy, sekalipun Yuna juga berstatus sebagai istrinya.

"Kamu masih ingat poin ke 3 kan.?"

Barra mulai membuka pembicaraan dengan mengingatkan Yuna tentang kesepakatan mereka.

Yuna mengangguk. Hal itu yang telah membuat dia tidak karuan saat ini. Takut untuk melewati malam bersama Barra. Sedangkan selama ini dia belum pernah memiliki hubungan dengan siapapun.

"Kamu sudah siap.?" Tanya Barra lirih. Dia tetap harus menanyakan kesiapan Yuna, karna tidak mau melakukannya dengan cara memaksa.

Tubuh Yuna seketika panas dingin. Pertanyaan Barra membuatnya semakin gelisah dan takut luar biasa.

"A,,aku,,, a,,ku,,,"

Yuna memainkan jari-jarinya sembari menundukkan kepala.

"Kamu belum siap.?" Tebak Barra. sekalipun Yuna tidak menjawab, dia tau kalau Yuna belum siap menjalankan tugasnya.

Yuna langsung mengangguk cepat.

"Ya sudah,," Barra hanya bisa pasrah. Lagipula, dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Yuna saat ini.

"Nggak masalah, sekarang saja." Ucap Yuna. Dia mulai berani mengangkat wajahnya.

"Kalau Mas Barra tanya aku sudah siap atau belum, sampai kapanpun aku nggak akan siap."

"Jadi lakukan saja sesuai perjanjian yang sudah aku tanda tangani."

Suasana seketika hening. Sikap pasrah Yuna justru membuat Barra bingung. Tidak tau harus menyentuh Yuna malam ini atau nanti.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

kok aku yg gak rela ya thor.. Yuna berhak bahagia...

2023-07-24

2

Siti Nurhamidah

Siti Nurhamidah

kasihan Yuna semoga ada kebahagiaan di ahir

2023-04-23

0

Iqbal Zaki

Iqbal Zaki

siap ga siap Yuna harus siap

2023-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!