Bab 13

Cindy menundukkan pandangan beberapa saat. Meski sudah melakukan kesepakatan dengan Barra, tapi dia tidak bisa menahan rasa penasarannya untuk melihat seperti apa sosok wanita yang telah dipilih oleh Barra sebagai istri keduanya.

"Aku mengerti." Jawab Cindy pasrah.

"Aku harus mandi, sampai jumpa besok." Cindy melambaikan tangan sembari mengulas senyum.

"Nggak usah dimatiin, aku mau liat kamu mandi." Goda Barra dengan senyum mesum.

"Jangan mulai." Tegur Cindy, wajahnya seketika merona.

"Bye,,, love you."

"Semangat kerja keras nanti malam." Cindy balik menggoda Barra, sebelum Barra menegurnya, Cindy lebih dulu memutuskan panggilan.

Barra menghela nafas berat.

"Apa aku bisa melakukannya dengan wanita lain.?" Gumamnya frustasi.

Hingga detik ini, hanya Cindy satu-satunya wanita yang dia sentuh.

Barra tidak pernah membayangkan akan mengalami permasalahan rumah tangga serumit ini hingga memaksanya harus membawa wanita lain dalam kehidupannya bersama Cindy dan harus berbagai ranjang.

Jika bukan untuk mempertahankan Cindy disisinya, Barra tidak akan pernah melakukan pernikahan konyol ini bersama Yuna.

...****...

Cindy masuk kedalam kamar mandi. Duduk dengan memeluk kedua lututnya di bawah guyuran shower. Air matanya tumpah bersamaan dengan banyaknya air yang mengguyur tubuhnya.

Cindy sudah berusaha untuk ikhlas, tapi pada kenyataannya mengucapkan tak semudah menjalankan. Hatinya selalu sakit setiap mengingat bahwa ada wanita lain dalam hidup Barra.

Memang Cindy sendiri yang menyuruh Barra untuk menikah lagi setelah mempertimbangkan dengan matang selama hampir 2 tahun belakangan.

Sampai akhirnya Barra menyerah dan setuju untuk menikah lagi.

Awalnya Cindy bermaksud melepaskan Barra, dia tidak mau egois dengan mempertahankan Barra yang masih terbilang muda dan dia bisa memiliki anak karna tidak memiliki masalah pada kesehatannya.

Walaupun ribuan kali Barra mengatakan jika dirinya tidak mempermasalahkan tentang anak, dan mengatakan sudah cukup bahagia hidup bersamanya, tapi Cindy memikirkan kedua orang tua Barra yang pasti memiliki harapan besar untuk memiliki cucu dari darah daging Barra.

Saat ini Barra mungkin berfikir bisa hidup tanpa seorang anak, karna Cindy masih berada disampingnya dan bisa mengurus serta memberikan kebahagiaan padanya.

Tapi Cindy justru berfikir panjang dan realistis, berfikir bahwa pada akhirnya semua yang bernyawa akan pergi.

Cindy tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Barra jika suatu saat dia yang pergi lebih dulu meninggalkan Barra.

Jika itu terjadi, mungkin Barra akan terpuruk dan tidak memiliki semangat hidup karna Cindy tau bahwa Barra menyerahkan seluruh hati dan hidupnya hanya untuk dirinya.

Setidaknya dengan adanya anak kandung, Barra tidak akan terlalu hancur saat dia pergi lebih dulu meninggalkan Barra.

"Semua ini demi kebahagiaan dan kebaikan kamu, tapi kenapa begitu sakit untuk berbagi." Air mata Cindy semakin tumpah tak terbendung.

Ribuan benda tajam seakan menancap di dadanya.

Aku harap dia wanita yang baik, tidak mengambil seluruh hati Barra dariku." Ucapnya penuh harap.

Selalu ada ketakutan dalam diri Cindy. Takut Barra akan memberikan seluruh cintanya pada madunya dan pada akhirnya meninggalkan dirinya.

Dulu Cindy yang bersikeras meminta cerai, namun Barra selalu menolak. Hingga Cindy menggunakan cara lain dengan bersikap buruk didepan keluarga Barra agar kedua orang tua Barra benci padanya.

Cindy pikir kedua orang tua Barra akan menyuruh Barra menceraikannya setelah dia menunjukan sikap buruk di depan meraka dan adik Barra, tapi pada kenyataannya kedua orang tua Barra tidak pernah mau ikut campur dengan rumah tangga putranya.

*

Flashback

Setelah mengembalikan makanan milik Sisil, Barra menyeret Cindy ke dalam apartemen. Dia sudah geram dengan sikap istrinya yang semakin menjadi.

Entah harus berapa kali Barra memperingatkan Cindy untuk berhenti membuat masalah.

"Barra,, sakit.!!" Cindy menarik kasar tangannya yang di genggam Barra.

Braakk..!!!

Barra membanting pintu dengan kasar. Cindy sampai terperanjat kaget. Dia tidak pernah melihat Barra sampai semarah ini sebelumya. Wajah Barra bahkan memerah. Matanya menatap tajam padanya penuh amarah.

"Cukup Cindy.! Hentikan kegilaanmu mu itu.!" Bentak Barra.

"Percuma saja kamu bersikap seperti ini, mereka nggak akan pernah ikut campur urusan rumah tangga kita.!" Terang Barra mengingatkan.

Amarahnya sudah memuncak setelah bertahun-tahun menghadapi ulah Cindy dengan lembut dan sabar.

Hanya karena ingin berpisah dari Barra, Cindy sampai membuat citranya buruk didepan keluarga Barra.

"Kalau mereka tau aku nggak bisa punya anak, pasti mereka akan ikut campur."

"Aku akan bilang pada Mommy Sonya." Tegas Cindy.

"Lakukan saja. Sekalipun mereka tau, keputusan rumah tangga kita tetap ada di tangan ku."

"Harus berapa kali aku bilang, apapun yang kamu lakukan, perceraian yang kamu inginkan nggak akan pernah terjadi." Tutur Barra dengan nada bicara yang mulai tenang dan pelan.

"Sebaiknya akhiri permasalahan ini, kita tetap bisa bahagia meski hanya berdua. Aku hanya butuh kamu." Ungkapnya dengan tatapan memohon.

Barra mendekat, mencoba untuk menarik Cindy dalam dekapan.

Dia tidak bisa marah terlalu lama pada Cindy. Tidak pernah tega jika harus berulang kali bicara dengan suara tinggi.

"Aku tetap mau kita pisah,," Cindy menepis pelan tangan Barra.

"Kamu mungkin nggak bisa menceraikan aku, tapi aku bisa mengajukan perceraian kita di pengadilan."

Ucapnya tanpa keraguan sedikitpun di mata Cindy. Meski didalam hati sakit yang dia rasakan begitu menyiksa.

"Aku sudah lelah Cindy. Tolong jangan bersikap seperti ini. Lupakan perceraian, lupakan soal anak." Barra terlihat putus asa. Permasalahan ini selalu terjadi setiap dia dan Cindy bertemu dengan keluarganya. Karna Cindy hanya akan berulah di depan mereka.

"Keputusan ku sudah bulat."

"Tapi aku akan memberikan pilihan padamu." Cindy menatap lekat wajah Barra.

"Berpisah dariku, atau menikah lagi.!" Tegasnya

Barra langsung terkejut mendengarnya.

Pilihan itu sama - sama akan membuatnya gila.

"Jangan harap aku mau memilih." Tegas Barra, kemudian berlalu dari hadapan Cindy. Dia malas berdebat dan ingin menghindari kemarahan yang pada akhirnya hanya akan membuatnya membentak Cindy.

"Jika kamu mau menikah lagi, aku akan berhenti meminta cerai.!!" Teriak Cindy.

Barra menoleh sekilas, lalu masuk kedalam kamar untuk bersiap ke kantor.

Jika terus meladeni Cindy, maka perdebatan itu tidak akan berakhir sampai Barra kehabisan Kata-kata.

Cindy menunggu di depan pintu kamar karna Barra mengunci pintu. Saat pintu terbuka, Cindy langsung berdiri depan Barra.

"Aku mohon, menikahlah dengan wanita yang bisa memberikan kamu keturunan."

"Cari wanita yang juga bisa menerima aku sebagai istri pertama kamu." Cindy kembali mendesak Barra. Kali ini dia sampai mengatupkan kedua tangannya didepan dada.

Barra menarik nafas dalam. Menatap mata Cindy dengan tajam.

"Kamu yakin dengan keputusanmu.?" Tanyanya.

"Aku yakin." Cindy menjawab cepat tanpa keraguan sedikitpun di wajahnya.

"Baiklah." Pada akhirnya Barra menyerah. Dia menyetujui keinginan Cindy.

Permintaannya sudah terpenuhi, tapi bukannya merasa senang, Cindy justru merasa kebahagiaan rumah tangganya perlahan runtuh.

Pengorbanan terberat dalam mencintai adalah mengikhlaskan.

"Tapi aku akan memberikan syarat padamu dan kamu harus menurutinya." Ucap Barra dengan wajah serius.

"Aku sendiri yang mencari wanita itu, dan sebelum dia hamil, kalian tidak akan saling bertemu."

"Tapi,,," Ucapan Cindy di potong oleh Barra.

"Turuti saja perkataanku kalau kamu ingin aku menuruti keinginan kamu." Ujar Barra cepat.

"Baiklah. Terimakasih,,"

Cindy menghambur kepelukan Barra. Dia bukan senang karna Barra mau menuruti keinginannya, tapi ingin merasakan dekapan disaat hatinya terasa sakit dan rapuh.

Barra membalas pelukan Cindy. Mendekap erat tubuh wanita yang sangat dia cintai.

Pada akhirnya mereka sama - sama berkorban untuk keutuhan rumah tangganya.

Flashback off

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

ok.. sekarang kamu bisa bilang kalau Cindy adalah kiblat cintau saat ini.. dan dia nomor satu di hatimu... tp nanti saat kamu udah menyentu Yuna.. udah dekat dgnnya.. udah tau karakter sifat dan pribadi Yuna.. hatimu akan mulai menilai.. membandingkan antara Cindy dan Yuna.. katena itu lah sifat dan kebiasaan manusia Bara...

2023-07-24

3

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-06-26

0

reinbow milk boba

reinbow milk boba

kenapa g angkat ank AZ .

2023-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!